Story About Us part 9
Helllooooooooooo,,,,,
ayem kaming.. wkwkwkwk
ada yg nungguin ni ff kh???
law ada makasih...
langsung ajja yawh..
let's check this out!!!
Story Starts::>
ayem kaming.. wkwkwkwk
ada yg nungguin ni ff kh???
law ada makasih...
langsung ajja yawh..
let's check this out!!!
Story Starts::>
Kemudian ia menatap teman-temannya satu persatu dengan tatapan penuh arti, “Maukah kalian mengabulkan satu permintaanku?”
“Ne? Apa itu?” jawab yang lain kompak.
Donghae nyengir ikan dan sedikit cengengesan, “Aku ingin…”
“Cepat katakan ingin apa! Ini sudah jam setengah 9. Bahkan kita nggak jadi makan.” Eunhyuk berkata sambil menatap Donghae sebal.
Donghae terdiam dan menatap teman-temannya dengan tatapan penuh arti, “Aku ingin…” lagi-lagi Donghae menggantukngkan kalimatnya seakan-akan sesuatu yang akan terucap adalah kata-kata yang tak bisa tergambarkan. Dan hal itu membuat yang lain mendekat dan menatap Donghae penasaran.
“Ehm, chingudeul! Aku ingin ke karaoke! Maukah kalian menemaniku.” GUBRAK,
“Plis dech, Oppa!” cibir Yoora.
“Eh, ide bagus tuh! Mendingan kita ke karaoke dan beli pizza disana saja. Bukankah karaoke dekat sini juga menjual makanan?” Jisun mengabulkan permintaan Donghae dan yang lain setuju saja tanpa banyak komentar. Mungkin karena sudah kelaparan.
~~~
“Yak! Lee Hyukjae, Han Jisun! Pelan-pelan makannya! Jangan seperti orang nggak makan setahun gitu donk!” cibir Eunra sambil mencomot satu potong pizza dari box pizza yang terbuka di meja karaoke.
“Aish, mumpung gwatis i taktil Embum. *mumpung gratis di traktir embum*” Jawab Jisun dengan mulut penuh dan hanya dibalas dengan anggukan Eunhyuk.
“Woi, teman-temen! Kok kalian bisa ngumpul gini. Nggak ajak-ajak aku, lagi.” Kata Donghae dengan gaya kesal yang dibuat-buat.
“Kita kan emang janjian. Untuk pesta sebelum kepulangan Eunra Noona. Tapi HP mu dari tadi pagi nggak aktif. Jadinya kita nggak ngajak kamu.” Jelas Kyuhyun dan itu membuat Donghae kesal karena Kyuhyun berbicara tidak sopan dengannya yang notabene lebih tua setahun.
“Eh ayo nyanyilah! Kita kan kesini mau nyanyi-nyanyi! Kita maen duet yok!” Kata Eunhyuk setelah menelan semua pizza di mulutnya.
“Pertama siapa sama siapa?” Tanya Sohee sambil menatap teman-temannya satu persatu.
“Yoora ama Donghae ajja!” Jisun menawarkan untuk pilihan pertama yang langsung disetujui oleh yang lain.
Akhirnya setelah dibujuk dua orang ini mau berduet. Dengan sedikit pertimbangan, mereka memilih lagu ‘Way Back Into Love’. Dan kini orang-orang dalam ruangan ini hanya bisa melongo parah mendengar perpaduan suara keduanya. Semua aktivitas terhenti seketika ketika mereka berdua mencapai klimaks. Suara Donghae yang halus dan suara Yoora yang merdu benar-benar menghasilkan harmoni yang sangat enak didengar. Apalagi ditambah improvisasi keduanya yang benar-benar terkesan amazing. Yoora sedikit berteriak dan Donghae berperan sebagai suara satu. Betul-betul hebat dua orang ini. Nyanyian mereka mengalir sedikit menghibur telinga para pendengar. Namun itu semua mengesampingkan logat bahasa Inggris Donghae yang terdengar aneh. Tapi tetap saja pasangan duet ini daebak. Mungkin mengalahkan pasangan Anang-Syahrini atau Leeteuk-Joo LOL.
Dan perform demi perform pun tampil. Tapi tetap saja yang menjadi juara adalah pasangan Donghae-Yoora kemudian disusul oleh pasangan Kyuhyun-Eunra. Kyuhyun memang terkenal bersuara merdu diantara mereka. Namun untuk kali ini suara merdunya itu tertutupi oleh suara Eunra yang terkadang sumbang. Sohee bernyanyi bersama Kibum, namun sayang sekali duet ini tak memiliki kecocokan, suara Kibum terlalu rendah untuk Sohee, hingga akhirnya hasil yang didapat sangat kurang memuaskan. Dan yang terakhir adalah duet Eunhyuk-Jisun yang membawakan lagu ‘One Love’ yang full rap. Tapi karena dua orang ini kebanyakan makan dan berujung pada kekenyangan, maka rapnya jadi hancur gara-gara mikirin sakit perut mereka.
Tak terasa sudah lebih dari 3 jam terlewat. Jam dinding dalam karaoke sudah menunjukkan pukul 11.55 dan hal itu membuat ke-8 sahabat itu terlihat shock. Rencana mereka hanya karaoke 1 jam atau paling lama 2 jam, namun memang saat berkumpul dengan sahabat, waktu itu akan terasa lebih cepat berjalan.
Kini mereka sudah berada di pelataran parkir Karaoke yang mereka kunjungi. Sohee, Yoora, dan Jisun menumpang mobil milik Kibum. Donghae yang semula ingin pulang jalan kaki dipaksa untuk ikut naik mobil Eunhyuk. Memang, semenjak kunci motornya jatuh entah dimana, ia lebih sering menggunakan mobil milik Noonanya. Lagipula ia tak ingin mengambil resiko dengan motor yang sudah butut itu. Meskipun sebenarnya mereka lebih suka naik motor, namun tak apalah sekali-kali naik kendaraan yang lebih elit sedikit. Dan Kyuhyun juga Eunra yang notabene kakak beradik tetap menggunakan motor milik Kyuhyun.
~~~
Eunhyuk POV
Aku menyetir pelan sambil mendengarkan siaran radio yang bergema dalam mobil ini. Kulirik sedikit Donghae yang menguap lebar tanpa berpikir untuk menutupinya dengan tangan. Kemudian tatapanku teralih keluar jendela dan memandangi toko-toko yang sudah tutup. Tak ada sedikitpun yang menarik perhatianku hingga akhirnya mataku terpaku pada papan reklame salon berteluskan ‘Joanne Barber Shop’. Joanne, sebuah nama yang mengingatkanku pada seorang gadis yang kutemui beberapa hari yang lalu.
Flashback
Aku berjalan mengendap-endap menuju restoran tempat kencan buta diadakan. Dengan menggunakan topi baseball, kacamata hitam, dan masker aku menyamar agar salah satu dari orangtuaku atau Noonaku tak sadar. Aku sama sekali tak berniat untuk mengikuti perjodohan ini. Tujuanku kemari hanya ingin melihat seseorang yang akan dijodohkan padaku. Barangkali dia cantik, karena kakaknya saja tampan. Namun walau secantik apapun dia aku tetap tidak akan menerima perjodohan ini jika tak mencintainya. Pernikahan tanpa cinta? Apa menariknya?
Sebuah mobil mewah terhenti di depanku. Merasa mengenali mobil ini, aku segera berjalan menjauh. Setelah mendapat spot yang cukup bagus aku berhenti dan berdiri di depan poster iklan sebuah produk kecantikan. Mataku melirik ke samping dan melihat orang tuaku dan noonaku berjalan masuk restoran. Setelah itu sebuah kaki melangkah keluar dari mobil mewah itu. Menunjukkan sesosok pria lanjut usia dengan gagah berjalan menuju pintu masuk resto.
Sebelum kakinya melangkah, laki-laki yang adalah kakekku berhenti sebentar. Ia menatap ke arahku. Gawat! Bagaimana jika ketahuan. Di batas penglihatanku aku bisa melihat tatapannya menatapku curiga, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah menjadi ekspresi datar yang biasa ditunjukkannya. Ia pun masuk ke dalam restoran itu. Huft! Aku bisa bernafas lega sekarang. Kulepas maskerku dan menaruhnya di kantong jaket hitamku. Menyisakan topi baseball dan kacamata hitam yang masih setia berada di tempatnya.
“Owh, what the hell!” seru sebuah suara di sampingku. Aku menoleh ke samping mendapati seorang wanita yang tingginya hampir sama denganku. Kepalanya tertutupi topi rajutan berwarna hijau lumut. Rambutnya dimasukkan ke dalam topi menyisakan beberapa helai di depan, membingkai wajah ovalnya. Dari beberapa helai itu bisa kuketahui rambutnya panjang dan pirang.
Tangannya asik beradu dengan touch screen Iphone4 di tangan kirinya. Sesekali mengumpat dengan umpatan bahasa Inggris yang tak kumengerti maksudnya. Dari raut wajahnya tersirat kekesalan yang tak terlampiaskan. Wajahnya tak seperti orang Korea pada umumnya. Sepertinya ia memiliki darah campuran dari ras kulit putih. Pipinya kemerahan, matanya tak bisa di bilang sipit tapi juga tak belo’. Itulah kesan pertama yang bisa kudapat dari gadis ini. Wajahnya cantik dengan hanya sapuan bedak tipis dan lipgloss yang sedikit membantu mengkilapkan bibir merahnya.
“Oh My God! They’re coming! What should I do?” jujur, dengan bahasa inggrisku yang amat sangat paspasan di tambah logat bicara gadis ini yang amat kental membuatku sama sekali tak bisa menangkap maksud kata-katanya. Yang jelas dia terlihat panic, ia menggigit bibir bawahnya seperti mencari ide. Kemudian tangannya bergerak dan melakukan sesuatu yang sangat tak terduga. Ia memeluk lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Sedikit bergelayut manja sedangkan mulutnya berceloteh dengan bahasa korea yang sangat lancar. Aku terpaku di posisiku tak memberikan tanggapan apapun atas tingkah aneh gadis ini. Bahkan otakku seakan macet dan tak bisa mencerna perkataan gadis ini.
Sejenak aku berpikir yeoja ini mabuk atau psikopat atau mungkin orang gila. Sayang sekali wajah secantik ini jika dia gila. Namun beberapa saat kemudian ia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan tatapan minta maaf pada wajah cantiknya. Baru saja ia melakukan hal aneh itu padaku dan sekarang sepertinya ia akan minta maaf.
“Mianhae! Jeongmal mianhae, Tuan! Aku tak bermaksud melakukan hal itu tadi. Aku melakukan itu untuk menghindari orang-orang itu!” tuturnya yang semakin membuatku bingung. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal dan menatapnya heran, meskipun ia tak akan sadar dengan tatapanku yang tersembunyi di balik kacamata hitam legam yang kukenakan.
“Aduh, aku akan jelaskan tapi tidak disini!” ucapnya kemudian menarik sedikit ujung lengan jaketku. Ia membawaku masuk ke dalam restoran ini! Waduh bisa kacau ini. Bagaimana jika mereka melihatku berada di restoran ini. Bisa-bisa mereka menyeretku dengan paksa untuk ikut perjodohan menyebalkan ini.
Aku berhenti melangkah dan membuatnya ikut berhenti. Ia menoleh kebelakang tepatnya kearahku. Aku hanya tersenyum dan membiarkan ia mengartikan sendiri arti senyuman itu. Ia kembali menatapku heran dan membuka mulutnya, “Aku akan mentraktirmu di restoran ini sebagai tanda terima kasih, berkatmu mereka tidak mengenaliku. Kau tidak mau?” tanyanya memastikan. Mendnegar kata ‘traktir’, mataku berbinar-binar. Seketika kutarik tangannya masuk ke dalam restoran dan memilih bangku di pojok agar tak terlalu mencolok.
Setelah sampai di tempat duduk, aku memperhatikan sekeliling mencari sosok yang kukenal, namun tak seujung hidung pun ku temukan mereka. Sepertinya pertemuan ini dilakukan di ruang VIP. Syukurlah, aku bisa makan dengan tenang kini. Setidaknya sampai pertemuan kencan buta konyol itu berakhir dan orang-orang aneh itu pergi. Sekarang ini aku hanya bisa membayangkan ekspresi mereka yang panic karena ketidak hadiranku.
“What do you want to eat?” tanya gadis itu tiba-tiba dan hanya mendapat balasan tatapan konyol dariku. Menyadari tatapanku, ia tertawa ringan yang semakin mempermanis wajahnya. “Maksudku, anda mau makan apa, tuan?” katanya dengan bahasa formal.
“O! terserah kau sajalah. Kau kan yang traktir.” Kemudian ia memanggil pelayan dan terjadi perbindangan singkat antara keduanya hingga akhirnya pelayan itu pergi.
“Oh ya, kita belum berkenalan. Namaku Joanne. Kau?” tanyanya. Bahkan namanya sama sekali tak melambangkan orang Korea asli.
“Eunhyuk imnida.” Jawabku singkat. Aku tidak memberitahu nama asliku karena jujur, aku tidak terlalu suka nama itu.
Tak lama kemudian pesanan lami datang dan perbincangan kami berlanjut. Kami tak terlalu banyak bercerita karena takut mengganggu pengunjung lain. Hingga akhirnya obrolan kami sampai di satu topic.
“Jadi, alasanmu meluk aku tadi kenapa?” tanyaku penasaran dengan nada selembut mungkin. Ia tersenyum hingga akhirnya bibirnya bergerak hendak menggumamkan sesuatu. Tapi entah mengapa tak ada suara yang keluar. Matanya membesar melihat apda sebuah objek di belakangku, kemudian ia menunduk seakan berusaha menyembunyikan wajahnya.
Tanpa mengangkat wajahnya ia berdiri.
“Mianhae, Eunhyuk-ssi! Aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Ada sesuatu yang penting yang harus kulakukan. Kau silahkan lanjutkan makanmu. Aku yang membayar. Sekali lagi, jeongmal kamsahamnida!” ia membungkuk kemudian pergi ke kasir. Sepertinya ia sedang gelisah. Terlihat dari gesturenya yang bergerak-gerak tak tenang. Saat pembayaran selesai, ia berjalan cepat keluar sambil terus menundukkan kepalanya.
Aku menggerak-gerakkan kepalaku melihat sekeliling. Kira-kira apa yang membuat gadis tadi menjadi panic seperti itu. Karena makananku telah habis, aku memutuskan untuk pulang sekarang. Entah mengapa rasanya sudah tidak ada lagi rasa penasaran dengan gadis yang akan dijoohkan padaku. Lagipula aku tak ingin membuat masalah baru jika kakek tua itu menemukanku disini.
End of Flashback.
“Hyukki-ah! Sudah sampai! Turunkan aku disini!” suara Donghae membuyarkan lamunanku, menarikku ke dunia nyata dimana sekarang ini sudah malam. Sekaligus menyadarkanku bahwa kejadian itu terjadi beberapa hari yang lalu. Aku mengerem dan menghentikan mobil sedikit lebih jauh dari gerbang rumah Donghae.
Dengan malas Donghae keluar dari mobilku. Aku melihat sedikit keraguan pada raut wajahnya. Namun saat ini aku terlalu malas untuk bertanya. Akhirnya ia sudah benar-benar keluar dari mobilku. Sebelumnya ia sempat mengucapkan terima kasih padaku sambil membungkuk 900. Memang dibalik sifatnya yang liar, tersembunyi seorang Donghae yang berhati lembut dan sopan. Karena memang pada dasarnya Donghae pemuda seperti itu. Hanya karena kurang kasih sayang, beginilah dia jadinya. Aku hanya bisa menarik nafas dan membiarkan semua ini berjalan seperti semestinya.
***
Author POV
Kibum menyetir dengan Jisun duduk di samping kemudi. Sedangkan Yoora dan Sohee duduk berdua di kursi tengah yang cukup luas untuk dua orang bertubuh ideal seperti mereka. Tak terdengar sedikitpun suara yang terucap dari bibir ke-empatnya. Yang tedengar hanya suara deru mesin mobil bercampur dengan nafas mereka yang teratur membentuk melodi tak beraturan yang tidak bisa dibilang enak untuk dinikmati. Mungkin pengaruh rasa kantuk dan lelah yang mulai menyerang ke-empatnya.
Mobil berhenti di sebuah komplek perumahan yang cukup asri. Di tempat pertama ini Yoora turun dengan membawa seluruh rasa kantuk dan lelahnya. Ia berjalan pelan masuk ke rumah yang sudah ditinggalinya semenjak berumur 5 tahun. Satu-satunya yang ingin dilakukannya sekarang ini adalah tidur untuk melepaskan seluruh letih di tubuhnya.
Tak lama kemudian mobil berhenti di depan sebuah rumah berpagar besi yang tertutup. Sebuah pohon besar tertanam kokoh di balik pagar dan sedikit menutupi tampak depan dari rumah itu. Dengan sedikit lambat, Sohee menggerakkan tubuhnya yang lelah keluar dan mencoba membuka pintu pagar. Ia memasukkan tangan kanannya di sela-sela pagar dan mencoba menggerakkan kunci pagar yang tak bergembok. Setelah berusahah beberapa saat, akhirnya pagar itu terbuka, membiarkan sosok Sohee masuk dan tenggelam dalam kegelapan yang tercipta oleh bayangan pohon.
Mobil Kibum kembali melaju, masih di kawasan yang sama ia kembali memberhentikan mobil itu. Jisun yang duduk disampingnya menengok ke arah Kibum dan tersenyum kecil. Ia mengucapkan kata tak bersuara yang terbaca oleh otak Kibum sebagi ucapan terima kasih. Namja itu hanya tersenyum dan mengangguk. Pandangannya tak lepas dari gerak-gerik Jisun yang sedang membuka pintu mobil dan mulai menurunkan badannya. Jisun melangkah pelan memasuki pekarangan depan rumah yang cukup luas hingga kakinya terhenti di depan pintu kayu yang berdiri kokoh. Tangannya menggapai kenop pintu dan mulai menggerakkannya.
Kibum masih memperhatikan Jisun yang mulai mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil-manggil Hankyung yang dipanggilnya dengan sebutan ‘gege’ yang berarti kakak laki-laki dalam bahasa mandarin. Melihat tanda bahwa Jisun terkunci, Kibum mematikan mesin mobilnya dan berjalan menuju Jisun. Laki-laki itu berdehem pelan dan membuat Jisun memutar kepalanya kebelakang.
“Embum-ah, kau belum pulang?” tanya Jisun dengan panggilan kesayangannya pada Kibum, yaitu Embum. Kibum menggeleng pelan kemudian maju satu langkah dan membuat posisinya dan Jisun sebaris.
“Rumahmu terkunci?”
“Ne! Di rumah hanya ada Gege, dan dia pasti sudah tidur. Orang tuaku sedang ada di Cina sekarang karena nenekku sedang sakit.” Tutur jisun pelan. Ia mengetuk pintu rumahnya lagi dan memanggil nama Hankyung lirih. Sebenarnya bisa saja ia berteriak-teriak memanggil kakak laki-lakinya itu, namun ia masih punya tata krama dan tak berpikir membangunkan tetangganya di tengah malam seperti ini.
“Kau tidak coba menelfonnya?” kata Kibum memberi solusi.
“Aku tidak bawa HP, HP ku low bat, mangkanya kutinggal di rumah saat mau pergi tadi.” Mendengar itu, Kibum merogoh jaketnya dan menyodorkan HP miliknya untuk digunakan Jisun. Sedangkan Jisun hanya melirik HP itu dan tersenyum kecil.
“gomaweo! Aku menghargainya! Tapi percuma, aku tidak menghafal nomornya.”
“Haish, ya sudahlah! Lalu kau mau bagaimana sekarang?” tanya Kibum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berharap ide akan muncul jika ia melakukan itu. Meskipun tentunya tak akan ada ide datang.
Jisun mengangkat bahunya. Ia bergerak dan duduk menyender pada pintu sambil memeluk kedua lututnya. Ia cukup lelah dengan segala aktivitas yang dilakukannya seharian ini. Dan hal itu membuat otaknya sedikit tak mau diajak kompromi untuk memikirkan cara terbaik masuk ke rumah. Kunci rumah ada dua, namun tak satupun berada di tangan Jisun. Lewat jendela pun percuma, karena dijendelanya terpasang jeruji besi untuk menghindari malingyang selalu datang tak dijemput dan pulang tak diantar.
Kibum menatap Jisun prihatin. Hanya dengan melihat wajah Jisun, ia bisa merasakan rasa letih yang dirasakan oleh Jisun. Laki-laki itu bergerak dan mendudukan diri di samping Jisun.
“Disini dingin. Ayo masuk ke mobilku! Disana ada penghangat, lagipula kau bisa beristirahat!” bujuk Kibum.
“Shireo! Itu akan menghabisakan banyak bensin. Kau tahukan bensin sekarang mulai langka. Meski diluar dingin, tak masalah bagiku asalkan aku tak sendirian.” Ujar Jisun sambil sedikit melirik Kibum.
Kibum yang mengerti arti ucapan Jisun hanya tersenyum dan berkata, “Baiklah, aku akan menemanimu disini.”
Mereka berdua tenggelam dalam kesunyian malam yang tercipta. Sesekali angin musim semi berhembus membuat udara semakin dingin. Jisun menenggelamkan kepala di atas kedua lututnya. Sedangkan Kibum hanya memandanginya dengan tatapan buram karena matanya sudah terserang kantuk. Tangannya bergerak hendak merangkul gadis disampingnya dan memberikan kehangatan, namun kemudian niat itu hilang saat teringat bahwa gadis ini sangat tidak suka dirangkul. Dan kini tangan itu terlipat di depan dada, mengikuti instruksi yang dikirim oleh otak Kibum.
~~~
Kibum POV
“Hoamz!!!” mataku terasa berat, ingin rasanya kupejamkan mata ini untuk merasakan mimpi indah yang mungkin akan kudapatkan malam ini, namun di satu sisi aku tak ingin lengah untuk menjaga gadis lemah yang sok kuat di sampingku.
Untuk mencegah kemungkinan aku tertidur secara tak sengaja, aku memutuskan untuk bermain-main dengan tas Jisun dan memeriksa isinya. Tas selempang warna hijau army masih setia terpasang dengan rapi pada tubuh Jisun. Aku mulai membuka resleting utama dan mendapati benda serba hitam di dalamnya. Dompet dan tempat kacamata. Kedua benda ini berwarna hitam, wajar saja karena itu adalah warna favorit Jisun.
Namun sesuatu yang mengkilat sedikit menggodaku untuk mengambilnya. Kukerahkan tanganku mengambil benda berwarna perak keemasan itu, setelah melihat bentuknya secara utuh, aku hanya bisa memandanginya sambil tersenyum. Ingatanku melayang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang tak akan mungkin bisa kulupa. Kejadian yang membuatku selalu teringat dengan gadis ini.
Whuzz… angin berhembus cukup kencang menyadarkanku dari lamunan singkatku barusan. Seketika dingin menyergapku dari arah barat dimana angin datang. Sepertinya akan turun hujan. Mataku menatap langit malam yang tak berbintang. Bahkan keadaan langit kini menandakan akan turun hujan. Bagaimana ini, meskipun sudah musim semi, tapi tetap saja akan terasa dingin.
Terbersit sebuah ide dikepalaku, kurogoh saku jinsku dan mengambil benda kotak untuk menghubungi seseorang. Setelah mendapat nomor yang kutuju, kutekan tombol Call dan tak lama bunyi telepon tersambung pun terdengar. Setelah cukup lama, telepon di seberang sana terangkat, suara serak orang mengantuk sangat jelas terdengar pada cara bicaranya. Yaampun! Bagaimana bisa tak terpikirkan cara ini olehku tadi.
“Hyung-ah! Mian aku mengganggumu.” Ucapku pelan agar tak membangunkan JiSun.
“Ada apa Bummi, ini sudah malam. Kau mengganggu tidurku tauk!” suara di sebarang sana merenggut kesal. Aku bisa tau dari nada bicaranya.
“Heechul Hyung, aku sedang butuh bantuanmu.” Pintaku pelan agar tak membangunkan Jisun meskipun aku yakin suaraku dengan volume biasa saja mungkin tak akan membangunkannya.
“Mwoya? Tunggu! Kau tidak ada di rumah sekarang?” serunya.
“Ani Hyung!”
“Yak! Kau ini bagaimana? Appa dan Umma menitipkanmu padaku agar aku menjagamu! Kalau selarut ini kau belum pulang aku bilang apa pada mereka, huh?” yach, beginilah dia! Suka sekali mengomel jika aku berbuat salah.
“Mian Hyung, nanti kuceritakan. Sekarang tolong kirimkan aku nomor Hankyung Hyung.” Pintaku.
“Ne! sebentar.” Setelah kata-kata itu, telepon terputus namun tak lama kemudian sebuah pesan masuk. Kubuka pesan itu dan tertera sebuah nomor yang kurasa milik Hankyung Hyung. Dengan cekatan ku hubungi nomor itu dan cukup lama menunggu hingga akhirnya diangkat. Setelah kujelaskan maksudku menelponnya, ia hanya bergumam pelan kemudian menutup telpon.
Tak lama kemudian suara langkah berderap menuju pintu, aku menyenggol tubuh disampingku bermaksud membangunkannya. Namun ternyata cara itu tak mampu.
“Jisun-ah!” tegurku pelan. Ia tetap bergeming.
“Han Jisun!” ucapku sedikit berteriak. Ia tersentak kaget sambil memegang dadanya dan menatapku heran.
BRAK
Pintu terbuka sedikit kasar, hal itu membuat pandanganku dan Jisun teralihkan kea rah pintu. Disana sudah ada Hankyung Hyung yang berdiri sambil menggaruk-garuk pipinya yang tak gatal. Dengan tatapn bingung, ia menatap kami yang duduk membelakanginya.
Setelah itu kami bertiga. Tanpa banyak bicara Jisun segera menuju kamarnya dan merebahkan diri. Sedangkan aku berdiri disini berbincang singkat dengan Hankyung Hyung. Aku berniat pulang dan pamit namun dicegah oleh Hankyung Hyung yang merasa ini sudah terlalu malam. Tapi dengan alasan Heechul Hyung akan memarahiku akhirnya ia mengizinkanku pulang dengan setengah hati. Tentunya karena dia tahu bagaimana watak Heechul Hyung.
TBC
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ada yg nungguin kah?? *nengok kiri kanan*
maaf yach, part ini lama banget, udah gitu pendek pula!!!
belakangan ini saya sibuk *maklum, baru masuk SMA* hehehehe..
tapi untuk berikutnya saya usahakan lebih cepat...
Part selanjutnya mungkin akan q bahasa per couple.. n' i2 langsung ending...
maaf, kalo ada yg g' puas ma part ini...
sekali lagi.. maaf, krena banyak typo.. wakakak
akhir kta,
wassalamualaikum Wr. wb...
partku alay ya ji == ckck wakakak
BalasHapus