Story About Us Part 4
akhirnya.....
selese juga part ni..
nggak terasa dah part 4..
kaea'nya nie ff pling panjang yg pernah kubuat...
ada yg bisa nebak nie ff bakal nyampe part berapa?
langsung aja dech..
check it out...
N.B..
Segini ja dulu... tunggu lanjutannya yachhh.... yang sabar...
dan maaf karena banyak typo alias salah tulis. abisnya nggak sempet dikoreksi (bilang aja malas...)
hehehe >,<
oh ya, ucapan selamat ultah buat Bilqis, maaf telat 4 hari...
"Saengil Cukkaehae, nae dongsaeng!! wish u all the best >,<"
n' special thanks bwt orang2 yg msih mw nikmatin ni ff mskipun gejenya minta ampun!!!
salam dari author....
See ya on next part!!!
selese juga part ni..
nggak terasa dah part 4..
kaea'nya nie ff pling panjang yg pernah kubuat...
ada yg bisa nebak nie ff bakal nyampe part berapa?
langsung aja dech..
check it out...
Hari pertama masuk sekolah setelah libur. Tak terasa musim dingin telah berakhir digantikan dengan musim semi yang hangat. Meskipun kenyataannya udara masih dingin dan kebanyakan orang masih betah dengan baju musim dingin mereka. Semua murid SM high school sibuk dengan kegiatan masing-masing. Termasuk seorang Yeoja bernama Kim Hyoran yang kini tengah duduk di kelas 3 SMA. Dia sedang mengutak-atik netbook di depannya sambil menunggu teman sebangkunya yang selalu datang in time. Maksudnya tepat saat bel masukkan berbunyi. Yach lebih kurang dikit lah. Banyak hal yang ingin Hyoran ceritakan pada teman sebangkunya yang juga merangkap sebagai sahabatnya itu.
5 menit sebelum bel. Seorang yeoja masuk ke dalam kelas dengan mata sedikit bengkak karena masih ngantuk. Hyoran menoleh kea rah pintu dan mendapati sahabatnya berjalan ke arahnya. Tepatnya berjalan ke samping Hyoran yaitu tempat duduk yeoja itu. Dia menaruh tasnya dan menghempaskan pantatnya di bangku kayu yang tidak bisa dibilang empuk. Pandangan yeoja itu kearah layar netbook yang kini tengah dimainkan oleh Hyoran.
“Ran, nan jeongmal bogosipoyo!” kata Yeoja itu dengan lebay dan mengalihkan pandangannya dari layar kearah pengguna Netbook.
“OH. Jisun, na do bogosipoyo.” Kata Hyoran tak kalah lebaynya pada temannya yang bernama Jisun.
Akhirnya kedua sahabat itupun tenggelam dalam obrolan tentang liburan mereka masing-masing. Sampai akhirnya bel masukkan berbunyi dan itu tandanya mereka harus berkumpul di lapangan upacara untuk mendengarkan pidato hari pertama sekolah di musim semi sekaligus hari pertama di semester 2. Hampir 1 jam lamanya 750 siswa SM High School mendengar ceramah dari kepala sekolah mereka yang kebanyakan siswa tidak didengarkan tapi malah asik mengobrol sendiri.
Pelajaran hari ini belum intensif. Di jam pertama tidak ada guru. Suasana kelas Hyoran dan Jisun sudah seperti pasar. Ada yang ngerumpi sambil ngegosip, ada yang main gitar sambil nyanyi-nyanyi gak jelas. Ada yang asik baca novel Teenlit, ada juga menulis-nulis sesuatu di buku mereka. Tapi semua kegiatan itu terhenti saat wakil kepsek masuk dengan membawa pengikut di belakangnya. Seorang cewek berambut sebahu dengan bando berpita biru polkadot. Dari penampilannya sepertinya dia anak baru. Terlihat dari bajunya yang masih baru. Setelah Pak wakepsek berbicara sebentar, yeoja itu memperkenalkan diri. Namanya Park Youngmi pindahan dari Daegu.
Bel istirahat berbunyi, anak-anak segera berhamburan keluar kelas. Tapi Hyoran dan Jisun masih asik memelototi layar netbook sambil beromegle-an. Sampai seseorang menghampiri Jisun dan berdiri di depan mejanya.
“Toleknya anak orang! Dipanggilin dari tadi nggak denger-dengar. Ji, pinjam kamus.!” Kata namja dari kelas lain.
“Nggak bawa. Kamu tuh, ganggu orang aja sih. Lagi seru nih!” kata Jisun dnegan gaya kesal yang dibuat-buat. Youngmi menoleh kearah namja itu dan betapa kagetnya dia. Itukan namja bersuara emas. Saat itu juga namja itu menoleh kearah Youngmi dan tersenyum.
“Kamu kan yang di rumah sakit waktu itu?” kata Youngmi bertanya kepada namja itu.
“Ne.” jawabnya. Jisun menoleh ke arah namja di depannya. Dia heran ternyata temannya ini sudah kenal dengan anak baru.
“Eh kita belum kenalan. Youngmi Imnida.” Kata youngmi sambil membungkukkan badan di depan namja itu.
“Kibum Imnida.” Jawab Kibum singkat tapi jelas. Hati Youngmi sangat bahagia mengetahui Kibum satu sekolah dengannya bahkan seangkatan. Apakah Youngmi sedang jatuh cinta? Tapi dia merasa lebih jatuh cinta pada suara emas itu yang terdengar dari toilet pria di rumah sakit tempat Oppanya kerja praktek.
~~~
Jam dinding di kelas Hyeoran menunjukkan pukul 02.10. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak semenit yang lalu. Tapi Hyoran masih betah di dalam kelas. Dia kehilangan buku diary kesayangannya yang isinya tentang semua isi hatinya. Sudah yang kedua kalinya Hyoran berkeliling di kelasnya sambil memeriksa laci meja teman sekelasnya. Tapi tak kunjung ditemukannya buku itu. Buku kecil bersampul kulit warna coklat. Dia tak mungkin membiarkan buku itu jatuh ke tangan nggak benar. Apalagi semua rahasianya ada di dalam buku itu.
Jisun berlari menghampiri teman-temannya. Sudah ada Sohee, Yoora, dan Donghae yang kini memasang muka sebal karena menunggu Jisun yang harus ke kantor guru dulu untuk mengumpulkan tugasnya.
“Ntar dulu! Kayaknya ada yang ketinggalan deh. Perasaanku nggak enak nih.” Mendengar pernyataan Jisun itu serentak Sohee, Yoora, dan Donghae melotot kearah Jisun. Jisun yang dipelototin hanya cengengesan lalu memriksa tasnya.
“OMONA! Flashdisk ku ketinggalan di kelas.” Pekik Jisun. “Kalian pulang duluan aja dech. Nanti aku pulang sendiri aja. Hehehe.” Tambahnya kemudian berlari kembali ke kelasnya yang lumayan jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Akhirnya Sohee, Yoora, dan Donghae memutuskan untuk pulang duluan.
Jisun memeriksa tasnya lagi untuk memastikan Flashdisknya benar-benar tidak ada. Saat membuka kancing pertama, matanya tertuju pada benda asing. Sebuah buku kecil dengan sampul kulit warna coklat. Sepertinya ia mengenali benda itu. Perlahan diambilnya buku itu dan dibuka dari halaman pertama. Tak ada nama disitu hanya tulisan jepang yang Jisun tidak tahu maksudnya. Jisun kembali berjalan. Lembaran kedua dibuka. Berisi tulisan-tulisan seperti sebuah diary. Menceritakan tentang seorang cowok yang disukai oleh yang empunya buku. Nama cowok itu adalah Choi Siwon. Tertera di baris terakhir dari halaman itu. Sepertinya yang punya buku ini adalah penggemar berat dari ketua OSIS SM High School itu.
Lembar-lembar berikutnya berisi puisi-puisi yang menggambarkan isi hatinya. Jisun pun berinisiatif untuk membuka lembaran terkhir. Tertulis tulisan hangul kecil di pojok Cover. Tulisan itu Kim Hyeoran. Jisun kaget. Pantas saja dia merasa pernah melihat buku itu. Buku itu milik Hyoran. Tapi Hyoran nggak pernah membiarkan orang lain mengetahuinya. Ternyata buku itu adalah diary. Bersamaan dengan itu kaki Jisun menyentuh lantai kelasnya. Dan tepat saat itu juga Hyoran melihat Jisun sedang membaca diarynya. Dengan cepat Hyoran segera berlari kea rah Jisun dan merebutnya. Muka Hyoran benar-benar merah. “Pasti Jisun sudah membaca isinya” batin Hyoran dalam hati.
Jisun memandangi sahabatnya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Hyoran selama ini adalah penggemar berat Siwon. Karena dia sama sekali tidak pernah menyinggungnya di depan jisun.
“Apa yang sudah kamu baca? Kamu nemuin ini dimana?” Tanya hyoran dengan sedikit takut-takut. Rahasianya kini sudah terbongkar.
“Aku nemuin di tasku. Nggak banyak yang sudah kubaca. Tapi yang pasti intinya…” Jisun menghentikan omongannya lalu menghela nafas panjang. “Kamu suka sama Siwon.” Lanjutnya. Dia merasa tidak enak pada Hyoran. Tapi dia benar-benar tidak ingat kalau buku itu punya Hyoran.
“Mianhae. Aku sama sekali nggak tahu.” Ucap Jisun pelan. Hyoran hanya mengangguk menanggapinya. Kemudian Jisun berjalan kearah mejanya dan memeriksa lacinya. Sebuah benda kecil berwarna putih tergelatak disana. Tanpa banyak basa-basi dia mengambilnya. Hyoran masih tetap berada di posisinya. Yaitu berdiri menghadap pintu. Dia ingin marah, tapi juga tidak bisa menyalahkan Jisun. Perasaannya campur aduk. Antara marah, malu, sedih, dll. Jisun berpamitan kepada hyoran kemudian berjalan keluar kelas. Dia merasa sangat tidak enak, tapi nasi sudah menjadi bubur. Andaikan dia segera membuka lembar terakhir dan membaca nama pemilik buku itu, pasti semuanya tidak akan seperti ini.
~~~
Hyoran POV
Huft. Sepertinya ini hari sialku. Kenapa bisa buku itu masuk ke tas Jisun? Tapi memang rahasia itu nggak selamanya bisa terjaga. Pasti suatu saat juga pasti terbongkar. Salahku yang tidak pernah cerita kepadanya. Dia pasti marah. Tapi dia juga nggak pernah menceritakan rahasianya kepadaku. Dia hanya bercerita tentang sesuatu yang menurutnya membahagiakan dan menyenangkan. Kesedihannya hanya dia yang tahu. Dia juga nggak pernah memberitahuku orang yang dia sukai. Dia mengaku kalau dia nggak suka hanya nge-fans.
Aku berjalan lunglai sambil mengenakan jaket putihku dan tak lupa memasang penutup kepala. Tiba-tiba sesuatu yang hangat menyentuh pundakku dan sesuatu melingkar di leherku. Kesimpulannya adalah seseorang tengah memelukku dari belakang. Kaget juga geli. Inilah yang kurasakan sekarang ini. Perlahan ku lepaskan kedua tangan itu yang masih melingkar di pundakku, saat orang itu berkata dengan suara beratnya. “Joengmal bogosipoyo!”. Aku mengenal suara berat itu. Kuhempaskan tangannya dan berbalik menghadapnya. Dia tersentak kaget melihatku. Demikian juga aku. Entah apa yang harus kurasakan sekarang ini. Senang atau apa. Orang ini adalah Choi Siwon. Namja yang sudah lama ini mengisi hatiku dan membuat tanganku menulis puisi tentangnya di buku harianku.
“Hyoran! Mianhae. Kukira kau…” dia menghentikan omongannya seperti berpikir.
“Hyung, ige mwoya?” terdengar suara dari belakang Siwon. Aku menoleh kearah suara tersebut. Diakan Kim Ryeowook, sahabat Siwon. “Hyung, lihatlah!” tambahnya sambil menunjuk ke bawah tangga. Aku melihat kearah yang ditunjuknya. Begitupun Siwon. Disana berdiri seorang cewek yang sedang menatap kearah kami. Namun, kemudian cewek itu berlari pergi. Kalau tidak salah tadi itu Park Chaerin, anak kelas 11. Walau bagaimanapun, aku ini anggota OSIS. Jadinya aku tahu sebagian nama-nama hoobaeku.
Aku mengalihkan pandanganku kearah Siwon dan Ryeowook yang berdiri di depanku. Mereka bertatapan kaget. Kemudian mereka berlari kearah tangga meninggalkanku sendiri disini. Aku jadi bingung, ada hubungan apa Chaerin dengan mereka berdua. Dan yang paling ingin kutahu sekarang ini adalah kenapa tadi dia memelukku. Apakah dia nggak tahu, rasanya geli sekali tadi itu. Jangan-jangan dia diam-diam nge-fans sama aku. OMO?
Dan pertanyaan-pertanyaan itu terus berkelebat dalam pikiranku tanpa kutahu apa jawabannya dan berhasil membuat aku nggak bisa tidur malam ini. Bahasa kerennya Insomnia. Siapa yang kira bakal dipeluk orang yang kita suka. Yang paling aku sukai darinya adalah senyumnya yang menghasilkan lesung pipit di kedua pipinya. OMO. Am I falling in love? Bahkan aku sendiri nggak mengerti dnegan perasaanku ini. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, lebih baik sekarng ini aku tidur and kembali tenggelam dalam mimpi-mimpi indahku.
~~~
Leeteuk POV
Drrt… drrt… drrt… kurasakan Handphone di saku kanan jinsku bergetar. Kontak dengan nama dr.Kim tertera di layar. Kucari headphoneku di dasbor mobilku. Kenapa tidak ada, rasanya tadi kutaroh disitu. Kutundukkan kepalaku untuk melihat lebih jelas, tapi bunyi “BUUK” pelan dari depan mobilku membuatku menghentikan aktifitasku kini. Aku mengerem mendadak mobilku yang berjalan cukup kencang saat beberapa orang tiba-tiba mencegatnya. Apa yang terjadi, jangan-jangan aku menabrak sesuatu.
Sesosok tubuh tak berdaya terbaring tepat di depan mobilku. Badanku terasa kaku saat melihat darah segar mengalir dari kepalanya. Beberapa orang berusaha menggotongnya, dan beberapa orang lainnya mengomeliku yang tidak berhati-hati saat mengendarai mobil dan meminta pertanggung jawabanku atas kecelakaan dengan korban gadis SMA ini. Seorang Ahjussi menyuruhku mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Reflex segera kubuka pintu mobilku dan membantu membaringkan gadis ini di bangku tengah. Segera kutancap gas menuju rumah sakit terdekat. Aku benar-benar bingung sekarang ini. Apa yang harus kulakukan, aku baru saja menabrak gadis SMA tak berdosa.
**
Kutatap lagi pintu bertuliskan UGD di depanku. Sekarang ini gadis itu ada di dalam, aku sangat bingung, aku tidak mengenal gadis ini dan keluarganya, lebih lagi aku harus bertanggung jawab atas kecelakaan, gaji honorku sebagai asisten dokter pasti tidak akan cukup untuk membiayai pengobatan ini. Pada akhirnya pasti aku akan mneyusahkan kedua orang tuaku. Apa yang akan aku katakana pada mereka, aku pasti akam mengecewakan mereka kalau anak laki-laki kebanggaan mereka menabrak seorang gadis karena mau mengangkat telpon.
Wajahnya pucat, rambutnya panjangnya yang hitam tergerai di bantal biru yang kini menahan kepalanya. Perban membalut kepalanya membuat jidatnya tertutup kain putih perban.
“Permisi, apakah anda keluarganya?” Tanya seorang perawat berbaju putih kepadaku.
“Aniyo, aku yang membawanya kesini.” Jawabku ramah. Entah kenapa sangat susah buat bibirku berkata “Aku yang menabraknya.” Mungkin karena selalu dicap anak baik-baik membuatku enggan untuk mengatakan hal itu. Itu membuatku merasa seperti orang paling jahat sedunia. Taoi, walau bagaimanapun sekarang ini aku harus menghubungi keluarganya. Kuputuskan untuk mengambil tasnya yang tertinggal di mobilku. Barangkali disana ada handphone atau kartu identitasnya.
Lee Hyeona, itu nama yang tertulis di kartu identitasnya. Sekarang ini aku harus menghubungi keluarganya. Ku obrak-abrik tasnya dan menemukan handphone yang kurasa itu miliknya. Kucar nama kontak yang mungkin adalah kontak orang tuanya. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya kudapat kontak dengan nama “Nae Appa” dan segera menghubungi nomor itu dengan handphoneku. Setelah menunggu beberapa saat telepon di seberang sana diangkat. Suara berat menyambutku dengan sapaan ramah. Aku diam sebentar kemudian memberanikan diri untuk membalas salamnya.
Kurasakan ekspresi kaget dari suara di sebrang sana saat kukatakan Hyeona kecelakaan. Aku benar-benar minta maaf pada namja ini dan mengakui bahwa akulah yang manabrak anak perempuannya. Tak lupa aku berjanji akan bertanggung jawab dan membayar biaya pengobatan. Dia menanyakan rumah sakit mana dan akan segera berangkat. Herannya, dia sama sekali tidak marah padaku. Setelah itu aku memberi tahunya.
Kedua orang tuaku hanya menasehatiku agar tidak mengulanginya. Mereka memang orang tua yang snagat baik. Dan mereka bilang akan segera mengirimkan biaya pengobatan. Aku sungguh ingin menangis tapi sepertinya Ummaku menyadari itu dan melarangku untuk menangis. Dia menyuruhku tabah. Aku berjanji akan mengganti uang yang mereka keluarkan jika nanti aku sudah menjadi dokter yang sukses. Bukankah gaji dokter cukup banyak.
~~~
Umma Hyeona menangis melihat putrinya terbaring lemah dengan perban meutupi kepalanya dan gips di tangan kirinya. Sedangkan Appanya mencoba menenangkan istrinya. Aku berlutut di depan mereka dan meminta maaf. Hanya itu yang mampu kulakukan sekarang ini. Kalau aku mampu, ingin kugantikan posisi Hyeona yang kini terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.
“Nan jeongmal mianhanda! Kumohon! Tolong maafkan saya. Saya sungguh sangat menyesal. Saya berjanji akan membiayai pengobatan Hyeona sampai dia pulih.” Kataku sambil meneteskan airmata yang sedari tadi tertahan. Namun aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikannya. aku memang sedikit cengeng.
“Berdirilah Nak! Kami sudah memaafkanmu. Mungkin ini sudah takdir dari tuhan. Jangan biarkan kejadian ini membuatmu jatuh dan terpuruk. Kau masih muda. Jalanmu masi cukup panjang.” Kata Appa Hyeona dengan bijak. Kata-katanya itu membuat airmataku semakin deras.
“Appa, Umma! Bagaimana bisa kita memaafkan orang seperti dia. Dia hampir saja membuatku kehilangan Noona!” kata seseorang yang berdiri di pintu. Aku menghapus airmataku kemudian mengalihkan pandanganku kearah pintu. Disana berdiri seorang cowok yang memakai seragam SMP. Dia menatapku sinis.
“Taemin, jangan seperti itu! Orang ini sudah meminta maaf dengan tulus. Lagipula Noonamu pasti akan sembuh.” Nasehat Appanya terhadap cowok yang kini kuketahui bernama Taemin. Sepertinya dia dongsaeng Hyeona. Kemudian dia berjalan masuk dan berdiri di pinggir ranjang sambil memandang noonanya yang terbaring tak berdaya.
“Tapi, sekarang dia koma, Appa! Dan kita semua tidak tahu kapan dia siuman.” Kata Taemin sedikit berteriak. Lagi-lagi dia menatapku sinis. Kurasa dia benar. Seharusnya mereka tidak memaafkanku. Aku memang pantas disalahkan karena ini semua memang kesalahanku.
~~~
Keesokkan Harinya,
Semenjak kejadian kemarin, aku merasa tidak bersemangat. Kabar terakhir yang kudapat dari Dr. Park (Dokter yang mengurus Hyeona) Hyeona belum siuman. Apalagi Youngmi marah-marah padaku karena aku tidak hati-hati dan hampir menghilangkan nyawa anak orang. Untung saja Hyeona dirawat di rumah sakit tempatku kerja praktek. Jadi aku bisa bebas menjenguknya pada jam makan siang. Atau jam-jam kosong karena kerjaku hanya menjadi asisten dokter, jadi tidak terlalu banyak pekerjaan.
Sebelum melihat keadaan Hyeona, aku memutuskan untuk pergi ke toilet dulu. Apalagi kalau bukan untuk BAK. Begitu memasuki toilet yang sepi, entah mengapa bulu kudukku merinding. Jangan-jangan ada sesuatu yang aneh di toilet ini. Tapi seingatku sebelumnya tidak begini. Tidak ada suasana mencekam yang kurasakan seperti sekarang ini.
Setelah mengeluarkan semua tabunganku, aku mencuci tangan. Bertapa kagetnya aku saat melihat cermin dan mendapati seorang cewek berambut panjang berdiri di belakangku. Seketika itu badanku kaku. Bahkan air yang kina mengalir dari keran yang menyentuh tanganku tidak terasa sama sekali. Dengan memaksakan diri, aku mencoba nerbalik. Disana berdiri seoang cewek berambut panjang yang wajahnya familiar. Aku manatap wajahnya lekat-lekat. Di… dia kan…
Melihat wajahnya, aku segera berlari. Bukan karena ketakutan, tapi berlari kesenangan dan untuk memastikan sesuatu. Mungkin orang-orang di rumah sakit ini memandangku aneh Karen berlari sambil tersenyum-senyum sendiri. Akhirnya aku sampai di tempat yang kutuju. Aku sudah membayangkan ranjang yang kosong. Namun, tidak seperti bayanganku, sesosok tubuh masih terbaring disana. Lalu siapa yang tadi bertemu denganku. Hanya miripkah, atau hanya bayanganku. Kurasa itu begitu nyata dan benar-benar dia.
“Siapa gadis ini?” Tanya suara lembut di belakangku. Ketika menoleh, pemandangan yang kulihat benar-benar membuatku merasa gila. Ada dua orang Hyeona sekarang ini.
“Ka… kau siapa?” tanyaku terbata-bata.
“Nan mollayo.” Jawabnya singkat. Wajahnya menampakkan ekspresi kebingungan. “kumohon, jangan bercanda. Apakah kau saudara kembarnya?” tanyaku sambil menunjuk Hyeona yang tidak sadarkan diri.
“Apajah wajahku mirip dengannya?” bukannya menjawab malahan balik nanya.
“bukan hanya mirip, tapi persis.” Jawabku sejujur-jujurnya.
“Aku tidak tahu aku saudara kembarnya atau bukan. Bahkan, aku tidak tahu siapa aku.” Katanya dengan wajah khawatir + bingung. Sepertinya dia benar-benar tidak tahu siapa dia.
“Kau Jungsoo? Park Jungsoo?” tanyanya spontan. Mendengar pertanyaannya itu membuatku kaget. Bagaimana dia tahu siapa aku.
“aa…Y..ye. Kk..kau mengenalku?” tanyaku terbata-bata. Bagaimana bisa dia mengenalku. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.
“Itu.” Jawabnya sambil menunjuk jas putih khas seorang dokter yang kini kukenakan. Aku melihat kearah tunjukkannya. Sebuah nametag yang tertulis Park Jungsoo dengan sangat jelas tertempel di jasku bagian dada sebelah kiri. Nametag itu menjawab pertanyaanku.
Aku mendekatinya mencoba menyentuh lengannya, entah apa yang membuatku ingin melakukan hal itu. Tapi sesuatu yang sangat mengagetkan terjadi, aku tidak bisa menyentuhnya. Dia seperti tembus. Menyentuhnya hanya seperti memgang angin. Aku mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama. Dia kaget sekaligus takut dengan apa yang terjadi.
“ja.. jangan kau…” aku menarik nafas sebentar, kemudian melanjutkan omonganku. “Arwah hyeona.” Lanjutku dengan suara kupelankan. Dia terlihat sangat kaget mendengar perkataanku. Kemudian menggeleng pelan.
“Nan mollayo. Nan jeongmal mollayo.” Katanya pelan seperti menahan tangis.
“aku pernah membaca cerita. Di cerita itu ada seorang namja yang kecelakaan. Kemudian dia koma dan arwahnya penasaran. Katanya kalau tidak juga kembali ke tubuhnya, itu artinya ada sesuatu yang membuatnya penasaran.” Jelasku sesuai dengan cerita yang pernah kubaca.
“Tolong ceritakan mengapa aku bisa seperti ini.” Tanyanya sambil menatap sendu kearah tubuhnya yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit ini.
Aku menceritakan tentang kecelakaan itu. Tapi aku tidak bilang bahwa aku lah yang menabraknya. Mungkin karena aku takut dia akan membalas dendam kepadaku. Walau bagaimanapun, sekarang ini dia bukanlah manusia seutuhnya. Kini dia adalah sosok gaib yang membuatku takut.
Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sejujurnya hatiku sangat tidak enak berbohong kepadanya. Tapi rasa takutku mengalahkan rasa tidak enakku. Aku ini pembohong. Mungkin sangat pembohong. Dia adalah korban, dan sudah sepatutnya dia mengetahui siapa yang menabraknya.
“Apakah kau tahu siapa orang yang menabrakku?” tanyanya sambil menatapku penuh harap. Kurasa aku kerasukan setan jahat, dan membuatku menggelengkan kepalaku.
“Waeyo?” tanyaku.
“Eh, ani. Kurasa aku seperti ini karena penasaran dengan orang yang menabrakku.” Katanya kemudian tersenyum getir.
“Maukah kau membantuku?” pintanya. Kini dia menatapku penuh harap. Dan entah setan seperti apa lagi yang merasukiku dan membuatku menganggukkan kepala.
“Oh ya, siapa tadi namaku?” tanyanya.
“Lee hyeona.” Jawabku singkat. Dia mengangguk-angguk kepalanya dan seperti mengingat-ingat.
“Ohya, kau siapaku?” tanyanya lagi. Pertanyaan itu membuatku bingung harus menjawab apa.
“Aku asisten dokter yang mengurusmu.” Jawabku akhirnya setelah berpikir cukup lama. Sebenarnya aku ingin menjawab akulah yang menolongnya, tapi lidahku tercekat saat ingin menjawab seperti itu. Entahlah kenapa seperti itu, tapi aku cukup puas dengan jawabanku. Toh, itu memang kenyataan dan untungnya dia tak bertanya lebih jauh lagi.
Dia memintaku mengajaknya berkeliling rumah sakit ini. Dan anehnya tidak ada yang bisa melihatnya. Bahkan rekan kerjaku mengiraku stress karena berbicara dan tertawa-tawa sendiri. Mungkinkah hanya aku yang dapat melihatnya? Entahlah. Semoga saja iya. Karena itu membuatku seperti istimewa.
~~~
Hyeoran POV
Minggu pagi yang cerah. Hari minggu pertama setelah masuk sekolah. Aku senang sekaligus lega. Hubunganku dengan Jisun baik-baik saja. Awalnya aku marah dan tapi kemudian dia memohon-mohon agar kumaafkan. Karena kasihan dan nggak tega melihat muka memelasnya, akhirnya dia kumaafkan. Kurasa ini tidak sepenuhnya kesalahannya. Ini juga kesalahanku yang tidak menjaga dengan baik barang yang penting. Setelah kumaafkan, dia malah sering menggodaku. Dan kadang-kadang nyanyi nggak jelas. Yach, aku sudah maklum. Karena memang begitulah sifatnya.
Hp ku berbunyi membuyarkan konsentrasiku yang tengah memandangi layar laptop di depanku. sepertinya nomor baru. Aku mencari earphone-ku. Karena Hp ku agak error dan hanya bisa menerima telepon jika memakai earphone. Suara seorang namja yang sepertinya kukenal. Tanpa salam dia langsung berbicara.
“Kau Hyoran?” tanyanya to the point. Nada suaranya sedikit kasar. Sepertinya orang ini sombong. Terlihat dari cara berbicaranya yang angkuh.
“Ne! Sapa ni?” jawabku singkat dan ketus.
“Choi Siwon.” Kata orang di seberang sana.
“Lima menit lagi kau harus siap. Orangku akan menjemputmu di rumahmu.” Lanjutnya.
“Jangan lelet!” tambahnya tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara. Kemudian dia menutup telpon tanpa memberiku sedikitpun penjelasan. Apa-apaan dia ini tiba-tiba menyuruhku siap-siap. Mau pergi kemana juga aku nggak tahu. Tapi yang membuatku penasaran adalah, apakah orang ini benar-benar Siwon. Suaranya memang mirip, tapi nada dan cara berbicaranya tidak seperti Siwon yang kukenal. Yang biasanya berbicara dengan lembut dan sopan. Tapi orang ini kasar dan tidak sopan. Tapi karena penasaran, akhirnya aku bersiap-siap juga.
Ternyata orang yang mengaku Siwon itu menepati janjinya. Lima menit setelah dia menelponku ada seorang namja yang menjemputku. Dia mengaku orang suruhan Siwon. Karena penasaran, aku ikut aja. Lagian kesempatan ketemu dia. Hehehe
Setelah melewati 10 menit di dalam mobil, kami sampai di sebuah café. Selama di perjalanan, aku banyak ngobrol dengan orang itu. Dia mengaku bernama Seunghwan dan sebenarnya dia adalah kakak sepupu Siwon. Sepertinya dia lebih tua sekitar 5-6 tahun dari Siwon, tapi wajahnya tak kalah tampan. Dia juga ramah dan enak diajak ngobrol.
Seunghwan Oppa menunjuk meja di pojok dekat jendela. Disana sudah duduk dua orang namja yang kuketahui adalah Siwon dan Sobatnya, Ryeowook dan seorang yeoja bermabut panjang bergelombang yang membelakangiku. Mereka bertiga terlihat diam dan tidak terlibat percakapan apapun. Perlahan kudekati mereka bertiga sedangkan Seunghwan Oppa sudah kembali ke mobilnya, katanya dia ada keperluan.
“Akhirnya kau datang juga!” kata Siwon setelah aku sampai di meja tempat mereka duduk.
“Hyoran, aku ingin kau menjelaskan padanya tentang beberapa hari yang lalu itu. Jelaskan yang sebenarnya agar dia tidak salah paham lagi.” Kata Siwon sambil melirik kearah yeoja di depannya. Kulihat yeoja itu yang kini kuketahui adalah Park Chaerin, hoobaeku. Wajah ke jepang-jepangannya terlihat bete dan seperti tidak bersemangat. Aku semakin penasaran. Apa hubungan Siwon dengan Chaerin.
N.B..
Segini ja dulu... tunggu lanjutannya yachhh.... yang sabar...
dan maaf karena banyak typo alias salah tulis. abisnya nggak sempet dikoreksi (bilang aja malas...)
hehehe >,<
oh ya, ucapan selamat ultah buat Bilqis, maaf telat 4 hari...
"Saengil Cukkaehae, nae dongsaeng!! wish u all the best >,<"
n' special thanks bwt orang2 yg msih mw nikmatin ni ff mskipun gejenya minta ampun!!!
salam dari author....
See ya on next part!!!
ayook lanjutkaaaaannn......
BalasHapusnggak sabar partku...
hahaha...