Story About Us part 6
Yes!!! Part 6 ^^
Gw kmbali dengan cover baru!!! WKWKWK * gaya superman* (gaje) //PLAKK//
New Cast *again*
Yohana as Choi Hana
New Cast *again*
Yohana as Choi Hana
“Beritahu dulu siapa kau!” jawab Tanhee. Mendengar itu, namja tadi hanya tersenyum penuh arti sambil menatap lurus ke mata Tanhee.
“Aku…”
Tan tan taran tan tan tan tan tan. (ringtone victory korea)
Dan bunyi ringtone itu menghentikan omongan namja tadi yang segera mengangkat Hpnya yang terus berkicau itu.
“Yeoboseyo.”
“Eh, mwo? … Algesseumnida!” setelah menerima telepon tersebut, seketika raut wajah namja itu berubah. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Mungkin orang yang menelponnya memberikan kabar buruk bagi namja itu.
“Oh ya, tadi sampai mana?” Tanya namja itu sambil memperlihatkan senyum gusi yang sedikit membuatnya terlihat tampan. Namun, meskipun tersenyum, matanya menyiratkan kekhawatiran yang membuat Tanhee yang melihatnya menjadi sedikit prihatin.
“Hmm, namamu?” jawab Tanhee sambil menunjuk namja itu.
“ Eunhyuk. Kalo kamu?”
“Eh, mwo?” Tanya Tanhee bingung. Pikirannya sedang tidak bisa berkonsentrasi sampai-sampai ia tak mendengarkan kata-kata Eunhyuk.
“Em, Je ireumeun Eunhyuk Imnida, Nuguseyo?” Ulang Eunhyuk sejelas-jelasnya.
“Hm, Tanhee imnida.” Ujar Tanhee sambil menatap kosong kearah luar. Eunhyuk merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis di sampingnya. Tapi Eunhyuk tak ingin lancang dengan langsung bertanya pada gadis ini.
Eunhyuk terus menatap Tanhee lekat-lekat. Namun gadis itu tak pernah sadar kalau ia sedang di perhatikan seperti itu. Kemudian setetes cairan bening mulai mengalir dari ujung mata kanan Tanhee yang terlihat oleh Eunhyuk. Semakin lama cairan tersebut semakin banyak dan membentuk aliran sungai kecil di pipi kanannya. Dan kemudian tangisan itu menjadi isakan ringan. Eunhyuk sadar bahwa Tanhee sedang mempunyai masalah. Namun apa yang bisa Eunhyuk lakukan sekarang ini. Dia baru bertemu gadis ini beberapa jam yang lalu. Dan satu-satunya hal yang Eunhyuk ketahui dari gadis ini adalah namanya. Dia juga sedikit bingung karena tengah menghadapi masalah yang cukup rumit.
Tanpa sadar Eunhyuk meraih kepala Tanhee dan membiarkannya membasahi kaos Eunhyuk dengan airmatanya. Tapi bukannya makin reda, justru tangisan Tanhee semakin keras dan cukup mengundang perhatian semua penumpang bus.
“Sssttt, Tanhee-ssi, uljjima! Semua orang memperhatikanmu.” Kata Eunhyuk setengah berbisik di telinga Tanhee. Mendengar itu, Tanhee diam demi mempertahankan gengsinya. Dia segera melepaskan pelukan Eunhyuk dan kembali menatap ke luar seakan-akan tidak terjadi apapun. Tetesan hujan yang mengalir di kaca bus membuat Tanhee berpikir bahwa itu mampu mewakili perasaannya saat ini. Suram, menyedihkan, sendiri, dan segala perasaan yang membuatnya gusar.
“Ehm, Tanhee-ssi, kurasa aku harus pergi sekarang. Mianhae aku harus pulang. Tak apakan kalao kamu kutinggal. Jangan menangis lagi, ya!” ucap Eunhyuk lembut kemudian mulai berjalan menjauhi Tanhee yang hanya mendengar kata-kata Eunhyuk seperti angin lewat saja. Pandangannya masih terfokus ke luar dan memperhatikan hujan yang semakin deras dari waktu ke waktu.
Tanhee tau dia pasti akan sedih saat dia memutuskan hubungannya dengan Kyuhyun. Tapi ia akan lebih tersiksa lagi jika terus mempertahankan hubungan mereka. Tanhee merasa dialah yang salah atas semua yang telah terjadi. Tanhee merasa sudah tak cocok lagi dengan Kyuhyun. Mereka berdua jarang bertemu. Bahkan terkadang lost-contact selama berhari-hari. Perbedaan sekolah dan jarak rumah yang jauh membuat mereka memiliki sedikit masalah dalam hal komunikasi. Belum lagi kesibukan keduanya yang merupakan salah satu pengurus Osis dan ketua Klub Matematika di sekolah masing-masing. Ditambah dengan kegilaan Kyuhyun terhadap game yang seringkali tidak menghiraukan SMS dan Telpon dari Tanhee. Dan Umma Kyuhyun yang sepertinya tidak terlalu menyukai Tanhee.
Itu semua membuat Tanhee tersiksa karena tidak bisa mengatasi rasa rindunya. Lebih baik tak menjalani hubungan istimewa jika hanya menyiksa diri sendiri, bukan? Atas dasar itulah Tanhee berani mengatakan kata-kata keramat bagi semua orang yang menjalin hubungan seperti dirinya. P-U-T-U-S.
~~~
Still Author POV
Eunhyuk duduk tenang sambil memainkan Ipodnya dan sesekali bersenandung pelan. Matanya masih memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang di hadapannya. Jam makan siang sudah berakhir dan pria serta wanita karir sedang terburu-buru mencoba menembus hujan untuk sampai tepat waktu di tempat kerja. Tak lama kemudian, sebuah mobil ford hitam mengkilap berhenti di depan halte bis. Jendela mobil tersebut terbuka dan memperlihatkan seorang wanita dengan tampang manis sedang memberi isyarat ke Eunhyuk untuk naik ke mobil itu. Tanpa basa-basi, Eunhyuk segera beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke mobil tersebut.
“Soora Noona, ada masalah apa lagi? Kenapa Harabeoji ingin berbicara padaku.” Tanya Eunhyuk pada Noonanya yang kini tengah berkonsentrasi menyetir.
“Nan mollayo.” Jawab Soora enteng. Soora adalah kakak perempuan Eunhyuk. Setelah itu mobil itu melaju cukup kencang di jalan yang basah karena hujan.
~~~
Kyuhyun terbangun sambil mengucek-ngucek kedua matanya yang masih terasa ngantuk. Tetesan gerimis membasahi wajahnya dan membuatnya terbangun. Setelah merenggangkan tubuhnya, ia melirik ke sampingnya dan mendapati Hyechan menunduk karena tertidur.
“Heh, berapa lama aku tertidur?” Tanya Kyuhyun sambil melirik jam tangannya. Ternyata sudah 4 jam lamanya.
“Yak! Hyechan-ah, ireona! Jangan tidur disini.” Kata Kyuhyun setengah berteriak sehingga membuat Hyechan tersentak dan segera bangun.
“Eh, Kau sudah bangun? Kenapa malah meneriakiku, sih? Kalau aku tidak tahu kau sedang punya masalah, aku tidak akan berbaik hati meminjamkan pundakku untuk tempat kamu tidur. Cihh, bukannya malah berterima kasih malah teriak di telinga orang.” Kata Hyechan ketus.
“Hah, kau ini. Masih mending aku bangunin. Daripada aku meninggalkanmu sendirian disini. Ini sudah sore gerimis pula, kau tahu itu. Yasudahlah aku mau pulang.” Ucap Kyuhyun tak kalah ketusnya kemudian pergi meninggalan Hyechan sendiri. Tiba-tiba Hp Kyuhyun bergetar. Tanpa melihat siapa yang menelponnya, segera diangkat telpon itu.
“Yeoboseyo?” jawabnya ketus.
“Eh, Hyechan? Eh dia sedang bersamaku.” Kata Kyuhyun sopan setelah mengetahui bahwa yang menelponnya adalah Umma Hyechan yang sedang mengkhawatirkan anaknya.
“Ne algeseumnida. Annyeong.” Setelah itu Kyuhyun menutup flip telponnya dan kembali berjalan kearah Hyechan yang masih duduk dengan santainya.
“cish, Dia ini benar-benar merepotkan.” Desah Kyuhyun pelan.
“Ayo pulang! Ummamu mencarimu.” Kata Kyuhyun saat langkah kakinya berhenti tepat setengah meter dari Hyechan.
“Eh, Umma mencariku? Aigoo-ya, ini sudah jam 5. Haduh, eottokke? (g’ tw tulisan bner atou nggak) tadi aku berjanji hanya sampai jam makan siang. OMO, aku pasti dimarahi.” Ujar Hyechan panik kemudian segera berlari mendahului Kyuhyun kearah tempat parkir.
“Yak. Yak! Hyechan-ah jankkaman!” teriak Kyuhyun yang mulai kesal dengan tingkah laku Hyechan.
~~~
“Yak!, naiklah!” Perintah Kyuhyun yang kini sudah bertengger di atas motornya.
“Hah? Kau mau mengantarku pulang?”
“Haish, sudah jangan banyak Tanya! Kubilang NAIK SEKARANG JUGA!” teriak Kyuhyun sambil menatap bengis kearah Hyechan dan menampakkan seluruh aura evil di sekelilingnya. Sedangkan Hyechan hanya bisa melongo parah dan terlihat sedikit ketakutan. Bukannya malah bergerak, ia hanya menatap lemas kearah Kyuhyun yang masih saja memperlihatkan tatapan evil. Seakan-akan ada pancaran api yang berkobar dari kedua matanya.
“Heh, malah bengong lagi. Kau itu membuat moodku yang sudah jelek bertambah jelek hari ini, tau nggak?” ucapnya kesal kemudian menghela nafas panjang. “Kau tahu, sudah berapa joule energiku terbuang percuma hanya untuk menyuruhmu naik. Palliwa! (Cepatlah!) Aku masih banyak urusan.”
“Cish, PD sekali orang ini. Siapa juga yang mau habisin energinya. Mangkanya, kalau ngomong itu jangan pake otot!” desis Hyechan pelan. Langkah kakinya terasa berat berjalan kea rah motor Kyuhyun yang terparkir satu meter di depannya. Seakan-akan dia akan memasuki sarang iblis yang sedang marah. Dan iblis itu bisa memangsanya kapanpun ia mau.
“HUWAA! KYUHYUN-AH TURUNKAN SEDIKIT KECEPATANNYA!!!” Pekik Hyechan saat motor itu sudah berjalan dengan kecepatan tinggi. Namun Kyuhyun tidak perduli dan berpura-pura tidak mendengar pekikan Hyechan barusan. Malahan ia menambah kecepatan motornya sehingga membuat Hyechan dengan terpaksa berpegangan erat pada punggung Kyuhyun.
“Hosh, hosh, Yak! Cho Kyuhyun, kau sudah gila. Aku belum mau mati muda tahu.” Omel Hyechan saat motor Kyuhyun berhenti di lampu merah. Namun Kyuhyun tak mengindahkannya dan hanya menghembuskan nafas. Terlihat bosan mendengar omelan hyechan.
“Yak! Cho Kyuhyun, neo waegurae? (kamu kenapa?). habis di putusin cewek, kah?” Tanya Hyechan asal. Seketika itu emosi Kyuhyun meluap dan segera menjalankan motor dengan kecepatan yang sudah diatas batas normal bagi pengguna jalan. Dan kini Hyechan hanya bisa pasrah dan berdoa dalam hati semoga dia tidak mati muda.
~~~
Hyechan POV
Ya Tuhan, semoga aku tidak mati hari ini. Aku masih ingin hidup. Aku masih punya banyak dosa dengan kedua orang tuaku. OMO, siapapun, tolong aku. Hikz, Umma! Kurasa Kyuhyun sudah mulai gila. Kenapa dia seperti ini? Apa aku salah ngomong, ya?. Kini aku hanya bisa berdoa dan terus berdoa. Bagaimana kalau jatuh, setidaknya aku masih bisa bersyukur karena saat ini aku masih memakai helm. Kurasa sebelum bertemu di taman tadi siang, Kyuhyun pergi dengan seseorang. Dan kurasa orang itulah yang membuat Kyuhyun seperti orang stress kayak gini. *Sok detektif mode on* Hmm..
Aku sedikit menghela nafas lega saat kecepatan motor ini melambat. Wajar saja, kurasa segila apapun Kyuhyun, dia tidak akan menyetir seperti orang kesetanan di jalan yang ramai ini. Lagipula ini malam minggu banyak orang yang refreshing, sehingga jalan dipinggir Sungai Han ini terbilang cukup ramai. Tapi, rasanya ada yang aneh… hmm,,,, apa ya?? Aku terdiam sejenak memikirkannya dan akhirnya aku mulai sadar. INI BUKAN JALAN MENUJU RUMAHKU. LALU DIA AKAN MEMBAWAKU KEMANA?? Seketika itu pikiranku melayang kemana-mana, memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi, bahkan yang terburuk sekalipun. OMO!!! Jujur, aku ingin bertanya, tapi tidak jadi saat dia menggumamkan sesuatu yang membuat nyaliku ciut.
“Cish, baiklah kalau ini yang kau mau. Aku akan membunuhmu.” Desis Kyuhyun dengan dingin. Dan membuatku melonggarkan pegangan tanganku di punggungnya. Saat ini aku merasa dia benar-benar ingin membunuh seseorang. Aura evil yang menyeramkan sangat terasa di sekelilingnya dan membuat keringat dingin mengalir di pelipisku. Tuhan, apakah orang ini adalah titisan raja iblis. Mengapa auranya sangat menyeramkan. HUWAA, EVERYBODY HELP ME!!! Kurasa aku tidak akan mati karena jatuh dari motor, tapi justru mati karena dilahap hidup-didup oleh iblis ini.
Tak lama kemudian Kyuhyun menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang cukup mewah di sebuah komplek perumahan. Seorang lelaki paruh baya mebukakan pagar untuk motor ini masuk. Dan sekarang aku menguntit di belakang Kyuhyun yang dengan santainya masuk ke dalam rumah ini. Entah aku kerasukan apa, tapi kini aku tengah menarik bagian belakang jaketnya. Menyadari sesuatu menahan langkahnya, Kyuhyun berbalik dan menatapku masih dengan tatapan membunuh.
“kita dimana?” tanyaku pelan. Entah dia mendengarku atau tidak.
“Ini rumahku.” Jawabnya singkat. Kemudian menghempaskan tanganku yang masih bertengger di jaketnya dan berjalan masuk dengan santainya. Cish. Apa-apaan orang ini, apakah ini balasannya untukku yang tadi siang dengan berbaik hati meminjamkan pundakku untuk tempatnya tidur, dan dia dengan seenaknya melakukan hal ini padaku. Bahkan tidak mengantarku pulang. Padahal tadi ia yang memaksaku ikut dengannya. Seketika emosiku naik, dan kulempar tas selempangku sehingga mengenai bagian belakang kepalanya.
“YAK, KIM HYECHAN! APA YANG KAU LAKUKAN, HUH?” teriaknya sambil berjalan menghampiriku. Tangan kanannya kini menenteng tas yang tadi berhasil mengenai kepalanya.
“JUSTRU AKU YANG HARUS BERTANYA SEPERTI ITU. APA YANG KAU LAKUKAN, HUH?” jawabku tak mau kalah.
“KAU TAHU, TADI KAU MEMBUAT JANTUNGKU HAMPIR COPOT SAAT KAU MENGENDARAI MOTOR SEPERTI ORANG KESURUPAN SEPERTI ITU.” Aku menghirup nafas panjang kemudian melanjutkan teriakanku. “DAN SEKARANG KAU BAHKAN TIDAK MENGANTARKU PULANG. PADAHAL TADI KAU MEMAKSAKU IKUT DENGANMU!! LALU KAU BERTERIAK KEPADAKU. INIKAH BALASANMU PADAKU YANG SUDAH DENGAN BAIK HATI MEMINJAMKAN PUNDAKKU UNTUK KAU TIDUR. DASAR NGGAK TAU DIRI!!” aku menarik nafas lagi lalu mengambil tasku dengan kasar. Kemudian kugerakkan kakiku untuk melangkah pergi, namun sebelum itu sebuah suara menghentikan langkahku.
“Hyechan-ah, Kyuhyun-ah, apa yang terjadi, mengapa kalian teriak-teriak?” merasa mengenal suara itu, aku memutar kepalaku dan kini mataku bertatapan dengannya.
“Umma?” ucapku pelan.
“Yak, Hyechan-ah, kau mau kemana? Kemari ayo masuk!” kata seorang wanita yang berdiri di samping Ummaku. Kuperhatikan wajahnya dan kini mataku beralih ke wajah Kyuhyun. Kesan pertama yang kudapat adalah, mereka berdua mirip. Naluriku berkata dia Ummanya Kyuhyun. Umma Kyuhyun memanggilku sekali lagi dan memintaku masuk. Namun aku tetap berdiri diam dalam posisi awalku tak bergerak sedikitpun. Sampai Ummaku mendekat dan menyeretku masuk ke dalam rumah berlantai dua ini. Aku mencoba melepaskan tarikan tangan Ummaku dan memberontak.
“Umma, aku mau pulang. Aku lelah!” pintaku lirih. Entah karena gengsi atau apa, rasanya berat memasuki rumah ini. Tapi sepertinya Ummaku berlagak tak mendengarku dan terus menyeretku sampai di ruang tamu. Ummaku melepaskan tangannya dan menatapku dengan tatapan yang bisa diartikan ‘duduklah!’. Karena tak ingin menjadi anak durhaka, akupun mengikuti perintahnya untuk duduk.
Dan sekarang ini aku dan Kyuhyun seperti kambing conge’ yang tenggelam dalam obrolan ala Umma-Umma yang membahas tak lain tak bukan masalah gossip dan mulai membuka aib anak masing-masing. OMO, bagaimana aku bisa punya Umma seperti ini. Kulirik Kyuhyun yang sekarang sedang asyik dengan majalah game di depannya. Dan kini aku benar-benar seperti kambing conge’ yang hanya bisa menonton kesibukan orang-orang di sekelilingku.
“Kyuhyun-ah? Bagaimana keadaan Tanhee?” kudengar Umma Kyuhyun bertanya seperti itu dengan nada menggoda. Seketika itu atmosfer berubah, aura menyeramkan mulai muncul lagi. Aku melirik Ummaku dan Umma Kyuhyun yang bergidik ngeri melihat ekspresi Kyuhyun.
BRAKK! Kyuhyun membanting majalah dan memukul meja di depannya.
“Jangan sebut nama itu di depanku!” desisnya mengerikan. Bahkan kini lebih dingin dan lebih mengerikan dari yang tadi. Kyuhyun berdiri dan berjalan pergi menuju lantai dua. Mungkin menuju kamarnya. Rasanya seperti semua benda yang dilewatinya seketika meleleh karena auranya tersebut. Kulirik dua orang Umma-Umma yang kini berpegangan tangan dan gemetar dengan ekspresi wajah takut dan ngeri. Akupun sempat kaget dengan suara pukulan tadi. Tapi sepertinya dua orang ini lebih kaget.
“Umma! Ajjumma!” panggilku mencoba mencairkan suasana. Dua orang itu menghela nafas lega seraya melepaskan pegangan tangan mereka.
“Aish, bocah itu benar-benar! Apakah dia ingin membuat Ummanya jantungan?” ujar Umma Kyuhyun sambil mengelus dadanya.
“Neon gwaencana, Hyechan-ah?” Tambahnya lagi. Kali ini menanyakan keadaanku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi pertanyaan itu.
“Ah iya, bagaimana bisa kau tadi sore bisa bersama Kyuhyun?” Tanya Umma Kyuhyun. Kurasa orang ini sangat mudah mengganti ekspresi wajahnya. Barusaja tadi wajahnya ketakutan dan sekarang wajahnya berseri-seri dan terlihat penasaran. Sebelum menjawabnya, aku melirik ummaku yang sekarang ini masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.
“Hmm, tadi siang tidak sengaja aku bertemu dengannya di Taman.” Jawabku sopan.
“MWO? Tadi siang? Berarti sepanjang siang ini kau bersama bocah itu?” aku mangangguk dengan ragu-ragu. Perasaanku tidak enak.
“Jadi, apa saja yang kalian lakukan tadi?” tanyanya terlihat penasaran dan kini ditambah Ummaku yang sepertinya juga penasaran dengan pembicaraan ini.
“Kami…” aku sedikit ragu melanjutkannya sedangkan dua Yeoja dihadapanku terlihat antusias mendengar kelanjutannya.
“Tidur.” lanjutku dengan suara pelan nyaris tak terdengar. Tapi kurasa dua Yeoja ini memiliki pendengaran yang tajam. Dan kulihat ekspresi keterkejutan dari wajah keduanya.
“MWO? kalian berdua tidur?” ucap keduanya bersamaan. Kurasa aku tahu apa yang mereka pikirkan. Insting yadongku bekerja mencoba mengartikan tatapan keduanya yang mengarah padaku.
“Eh ani! Ini tidak seperti yang kalian pikirkan!” ujarku panic mencoba mengklarifikasi dugaan mereka. Dan kini mereka terlihat lebih antusias mendengar ceritaku. Dan akhirnya aku terpaksa menceritakannya. Tanpa kukurangi ataupun kulebihkan aku menceritakan semuanya dari awal bertemu di taman tadi siang sampai perkelahian kami di depan rumah ini tadi.
Mereka hanya manggut-manggut mengerti. Terlihat sekali ekspresi kelegaan di wajah keduanya mengetahui dugaan mereka SALAH BESAR.
“Dasar bocah itu memang suka sekali menyusahkan orang lain. Maafkan dia, ya Hyechan-ah!” lagi-lagi aku hanya menggaguk pelan.
“Yak! dia kan menurunkan sifatmu.” Celoteh Ummaku yang kemudian dihadiahi lemparan majalah oleh Umma Kyuhyun. Sifat mereka ini seperti anak-anak saja. Jujur sekarang ini aku malu melihat tingkah mereka berdua. Oh ya, ada satu pertanyaan yang sedikit mengganjal ku.
“Ehm, Ajjuma!” panggilku pelan. Seketika itu dua orang yang tengah berseteru menghentikan kegiatan mereka dan melihat kearahku.
“Ne, Hyechan? Waeyo?” aku diam lalu menelan ludah dan menatapnya sopan.
“Hm, kalau aku boleh tahu, Tanhee itu siapa?” tanyaku ragu-ragu.
“dia itu yeoja chingunya Kyuhyun. Aku kurang suka dengan anak itu. Sepertinya dia bukan cewek yang baik. Dan dia juga kurang perhatian pada Kyuhyun.” Curhat Ummanya Kyuhyun. Aku mengangguk mengerti. Tapi satu yang membuatku heran. Bagaimana bisa masih ada cewek yang mau berpacaran dengan titisan raja iblis seperti dia. Pasti cewek itu sangat tersiksa dan seperti terteror oleh tingkah laku Kyuhyun. Bahkan membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri. Setiap hari harus berhubungan dengan orang abnormal seperti Kyuhyun.
Panggilan Ummaku membuyarkan lamunanku. Ummaku memanggilku menuju ruang makan untuk makan malam. Ternyata sudah pukul 07.30. dan memang benar sepertinya perutku sudah meronta-ronta meminta diisi. Aku duduk diam di meja makan sementara dua orang di depanku sibuk merapikan dan menyusun makanan di meja makan yang agak besar tersebut.
“Hyechan-ah, daripada kau duduk diam disitu dan tidak membantu, lebih baik kau suruh Kyuhyun turun untuk makan malam. Kamarnya di lantai dua tepat di setelah tangga.” Perintah Umma Kyuhyun seenaknya. Tidak, aku tidak mau berhubungan dengan Iblis itu lagi. Paling tidak di suasana hatinya yang seperti sekarang ini. Aku melirik Ummaku mencoba meminta pertolongan, tapi beliau malah menatapku dengan tatapan yang bisa diartikan sebagai LAKUKANLAH!!! Akhirnya dengan langkah gontai aku berjalan kea rah kamar Kyuhyun yang mungkin lebih bisa kuanggap sebagai sarang iblis.
Knock… knock… knock… aku mencoba mengetuk pintunya. Tak ada tanggapan dari dalam. Namun tak lama kemudian terdengar suara yang kukenali sebagai suara Kyuhyun.
“Masuklah! Tidak kukunci!” serunya. Aku menelan ludah kemudian memberanikan diri untuk memasuki sarang iblis itu.
Kyuhyun tetap diam seperti tak menghiraukan kedatanganku sama sekali. Dia berbaring di kasurnya dnegan tatapan masih focus pada PSP di hadapannya.
“Ehm! Apakah aku sangat tampan sampai-sampai kau menatapku seperti itu?” gumamnya yang berhasil mengalihkan tatapanku yang tadi memang sempat terpaku kearahnya. Ku akui wajahnya memang tampan. Tapi itu tidak mengubah pikiranku untuk menjauhinya. Aku mengembungkan pipiki sebal kemudian mengalihkan topic ke awal tujuanku yaitu memanggilnya.
“Ummamu memanggilmu untuk makan malam.” Ucapku ketus.
“Cish, nenek sihir itu. Aku lagi malas bertemu dengannya. Dia membuat moodku jelek.” Jawabnya ketus kali ini dia menaruh PSPnya dan menatap kearahku. Tatapannya seperti anak kecil kali ini. Bukan tatapan evil seperti ingin membunuh. Jujur kali ini Kyuhyun berhasil membuat jantungku berdetak tak karuan. Tapi tunggu! Durhaka sekali anak ini menyebut Ummanya sendiri sebagai nenek sihir.
“Hyechan-ah! Kemarilah!” Kyuhyun bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggir ranjang. Entah apa yang mrasukiku, aku berjalan pelan kerahnya. Mungkin tatapannya kali ini berhasil menghipnotisku untuk menuruti perintahnya. Sampai di dekatnya, dia menarikku ke dalam pelukannya. Aku kaget dan hampir saja menghempaskan tubuhnya, namun tidak jadi saat aku merasa sesuatu yang basah menyentuh pundakku tempatnya bersandar. Kemudian isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya. Apakah Kyuhyun… menangis??
Kira-kira 20 menit sudah posisi kami seperti ini. Kyuhyun melepas pelukannya dan menggosok-gosok matanya yang terlihat sembap.
“Kyuhyun-ah, jika kau ada masalah, aku siap menjadi mendengarkannya jika kau ingin cerita.!” Tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku. aku sendiri kaget dengan perkataanku. Mataku mencoba melirik Kyuhyun yang kini sudah terlihat lebih tenang. Dia tersenyum tipis dan lagi-lagi ada desiran aneh di dadaku melihat pemandangan tersebut.
“Mian… gomaweoyo.” Gumamnya pelan. Aku hanya menangguk kemudian teringat pada dua orang yang kini tengah menunggu kami berdua di bawah.
“ayo turun!” ucapku kamudian pergi mendahuluinya. Desiran aneh ini pasti akan semakin menjadi-jadi jika aku terus disini berdua dengannya di dalam satu ruangan.
Kedua orang di depan ku menatapku dan Kyuhyun dengan tatapan aneh penuh selidik. Jujur, aku merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan mereka. Kulirik Kyuhyun yang sepertinya tidak memedulikan tatapan dua orang ini. Aku memainkan makanan di piringku tanpa ada sama sekali nafsu untuk melahapnya. Padahal perutku terus meronta ingin makan. Rasanya canggung duduk di samping Kyuhyun setelah kejadian barusan ditambah kegugupanku karena tatapan Umma-umma ini.
“Kenapa kalian lama sekali diatas!” Ummaku memulai interogasi.
“dan kenapa bajumu basah, Hyechan-ah?” Tambah Umma Kyuhyun sebelum aku menjawab pertanyaan Ummaku.
“Jawab yang benar!” perintah Umma Kyuhyun. Bagaimana bisa kami menjawab jika mereka tak memberi kesempatan kami untuk berbicara. Aku menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan ini. Namun baru aku membuka mulutku, suara lain sudah menyahut.
“Cish, apa kalian ini tidak punya urusan lain selain mengurusi urusan orang lain?” sahut Kyuhyun sambil menatap sebal kearah dua wanita paruh baya di depan kami. Kemudian mereka terdiam dan kini fokus dengan makanan di piring mereka masing-masing.
“Aku sudah selesai!” kata Kyuhyun datar kemudian melenggang pergi.
“HOAMZ,,, Umma, bisakah kita pulang sekarang. Aku juga sudah selesai dan aku sangat ngantuk.” Ummaku diam dan menatap makanan di piringku yang sudah tak beraturan bentuknya. Aku mecoba cuek dan tak mempedulikannya.
“Kurae, ayo pulang. SaeYeon-ah aku duluan ya! Terima kasih untuk hari ini.” Pamit Ummaku kemudian berpelukan dan cipika-cipikid engan Umma Kyuhyun yang kini kuketahui bernama Saeyeon. *ini bukan nama Ummanya Kyuhyun beneran. Aku Cuma ngarang*
Di dalam mobil aku hanya diam memandang keluar jalanan Seoul yang basah. Aku benar-benar lelah hari ini ditambah kebingungan yang aku sendiri bingung apa penyebabnya.
“Hyechan-ah, apa yang tadi kau dan Kyuhyun lakukan?” Tanya Ummaku memecahkan keheningan yang sedari tadi tercipta diantara kami. Cish, kenapa Umma membahas ini lagi. Aku benar-benar bingung sekarang. Setiap mengingat kejadian tadi, jantungku beretak tidak karuan.
“Apakah Umma tidak punya urusan lain selain mengurusi urusan orang lain?” kataku ketus sama sekali tidak mengalihkan pandanganku dari luar. Aku sengaja meng-copas kata-kata Kyuhyun tadi. Dan rupanya kata-kata itu mempan dan membuat Ummaku tak membahas soal itu lagi.
“Cish, baru sebentar kalian bertemu dia sudah menularkan sifat jeleknya padamu.” Gumam Ummaku pelan namun masih tertangkap oleh telingaku. Tapi aku terlalu lelah untuk menggubrisnya.
Sampai di rumah, aku segera pergi ke kamar dan menyalakan laptopku. Baru beberapa minggu di Korea berhasil membuatku rindu dengan teman-temanku di Indonesia. Akhirnya hampir 4 jam lamanya aku menghabiskan waktu di depan laptop.
~~~
Author POV
.: Incheon International Airport – Sunday, 13th of March 2011 :.
- 01.15 a.m-
Seorang cewek berambut pendek mendorong troli yang berisi dua koper besar. Di sampingnya berdiri seorang namja memakai kacamata hitam dengan tangan kanan ikut mendorong troli di depannya sedangkan tangan kirinya asyik mengetik sesuatu di handphone blackberry bold-nya.
“Huft, Oppa, what time is it?” Tanya cewek itu pada namja di sampingnya. Yang ditanya hanya melirik jam tangannya kemudian bergumam pelan. “one fifteen” kemudian kembali fokus pada aktifitas semula. Merasa tak dihargai cewek itu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan Iphone merk Apple warna ungu dan mengetik beberapa nomor yang sudah samar teringat di kepalanya. Matanya melirik ke kanan masih terus memaksa otaknya untuk mengingat nomor itu. Kemudian seakan ada bohlam yang menyala terang, wajahnya sumringah dan melanjutkan mengetik nomor itu kemudian menempelkan Iphone itu di telinganya.
“Hello, my lovely cousin? What’s Up?” cecarnya begitu telepon tersambung ke nomor tujuan. Tapi tak ada tanggapan dari nomer itu yang ada hanyalah decakan kesal yang dilanjutkan dnegan bunyi tuut… tuut.. tuut… pertanda telepon telah terputus.
“HUH, what’s up with this girl? She isn’t miss me?” gumamnya pelan. Kemudian matanya teralih pada HP di genggaman Oppanya. Tanpa basa-basi di tariknya barang itu ke genggamannya yang dibarengi dnegan kata-kata kasar meminta barang itu kembali dari pemegang awal.
“SHUT UP!!! I just borrow a minute.” Ucapnya kesal kemudian mengetik beberapa nomor dan menjejalkan BB Bold putih itu di telinga kanannya.
Tak beberapa lama kemudian, telepon disana terangkat dan disambut oleh kata-kata keluhan kesal.
“HUH, kenapa hari ini banyak sekali orang yang suka mengganggu tidurku.” Ucapnya kesal.
“Yeoboseyo! Nuguseyo?” tanyanya mencoba sedikit sopan namun masih dengan nada kesal sehingga menghasilkan perpaduan nada yang aneh di dengar.
“Hm, I’m your cousin, Marcha.” Kata cewek tadi memperkenalkan diri.
“Haduh, plis dech. Sekarang ini otakku lagi nggak bisa mencerna bahasa lain selain Korea. Jadi Korean, plis!!”
“Marcha ieyo!”
“Hah, Marcha? Makanan apaan itu?”
“Aishh,,, nan Moonhwa, Lee Moonhwa. Sepupumu. Masih kurang jelas?”
“Oh.”
“Heh, nggak adakah kata-kata lain untuk berbicara pada sepupumu itu selain satu kata dua huruf itu?”
“Cerewet! Ada apa?”
“Aku di Incheon sekarang.”
“Terus?”
“Heh, bisa nggak sih jangan kayak gitu. Setidaknya kau harus sedikit takjub dan berkata ‘hah di Incheon? Ngapain? Bukannya kamu di NY?’ jnagn Cuma ngomong Terus, dengan eksprei datar gitu donk!”
“halah banyak cincong. Kenapa sih?”
“Jemput kami di Bandara Incheon sekarang!”
“HEH, APA KAMU SUDAH GILA, MOONHWA? INI SUDAH JAM BERAPA? KAMU PIKIR INCHEON-SEOUL ITU DEKAT, APA? PALING ENGGAK 4 JAM PULANG PERGI.” Teriak cewek di seberang sana kesal.
“Lagipula kau kan bisa naik Taxi.” Tambahnya kini dengan intonasi yang sedikit santai.
“Tapi…”
“Nggak ada tapi-tapian, aku mau tidur. Jangan ganggu aku lagi.”
TREK, tuut… tuut… tuut… kemudian sambungan terputus.
“Ck!” decak gadis bernama Moonhwa itu kesal kemudian mengembalikan HP itu kepada pemiliknya dan mendorong troli di depannya kearah deretan taxi yang berjejer di luar pintu bandara.
“YAK, Moonhwa, where do u go?” teriak namja dari belakangnya.
“Minho Oppa, Hurry Up!”
Kemudian kedua kakak-beradik itu memasuki Taxi yang sudah siap jalan. Moonhwa mengecek sesuatu di Iphone-nya kemudian menunjukkan tulisan yang tertera disana pada driver Taxi itu. ‘Sohee’s Adress’.
~~~
Moonhwa POV
“Moonhwa-ya! Get up! We’re arrive.” Suara itu berhasil membangunkanku dari tidur singkatku. Aku merenggangkan tubuh dan memutar leherku lalu melihat pemandangan diluar. Sebuah rumah sederhana dua lantai dengan penerangan yang cukup, menyambut kedua mataku.
“Ayo turun!” perintah Minho Oppa sambil membuka pintu taxi ini. Karena bangun tidur, reflekku tidak begitu bagus. Kugerakkan tubuhku perlahan dan mulai menjejakkan kakiku di jalanan. Minho Oppa sedang menurunkan bawaan kami dari bagasi dan menyeret kedua koper itu ke arahku. Tak lama kudengar deru mobil berjalan menjauhi kami.
“HOAMZZ!! Oppa!” seruku sambil menunjuk pergelangan tanganku bermaksud menanyakan jam. Minho Oppa hanya mengangkat tangannya dan memperlihatkan jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Aku memperhatikan arah yang ditunjuk oleh jam itu. Jam 03.20. selama perjalanan dari Incheon ke Seoul aku tertidur, pasti lelah karena menghabiskan waktu berjam-jam di dalam pesawat.
Minho Oppa Nampak memainkan HP-nya. Tak berapa lama kemudian pintu rumah in terbuka dan Nampak berdiri seorang wanita paruh baya yang wajahnya sangat familiar.
“Ahjjumma!!!” pekikku kemudian menghambur ke pelukannya. Dengan gaya free hug, ahjjumma manyambutku.
“Oh, Ahjjumma, I miss you so much!!!” seruku riang sambil bergelayut manja di tangan kanan dongsaeng Appaku ini.
“Aigoo, Moonhwa-ya! Berbicaralah dengan bahasa ibumu. Ahjjumma tahu meskipun kau tinggal di Amerika, tapi sehari-hari kau tetap menggunakan bahasa Korea jika berkomunikasi dengan keluargamu. Jadi tidak mungkin kau lupa bahasa korea. Iya kan?” oceh Ahjjumma mantap. Aku hanya menggembungkan pipiku sebal.
“Hahahaha. Dia itu memang suka seperti itu Ahjjumma. Suka pura-pura lupa bahasa ibunya sendiri.” Sahut Minho Oppa yang sedang menyeret Koper kearah kami. Aku memelototinya yang masih tertawa dengan santainya.
“Ne, ne, geumanhe! Daripada kau diam disitu, lebih baik kau bantu aku membawa koper ini. Kau tahu, kopermu berat sekali!” ucapnya ketika melihat ekspresiku sambil sedikit melirik koper di tangan kirinya yang besarnya dua kali lipat daripada koper di tangan kanannya. Aku mendesah sebal kemudian menghampirinya yang tersenyum puas.
“Ah sudahlah! Ayo masuk. Apa kalian tidak lelah?” suara ahjjumma mengalihkan perhatian kami. Dengan segera ku tarik koperku menuju pintu rumah yang terbuka lebar. Sampai di dalam, segera kuhempaskan tubuhku yang lelah ini di atas sofa yang empuk. Oh, enaknya!!!
“Moonhwa-ya! Jika ingin beristirahat, kamar Sohee yang itu.” Kata Ahjjumma sambil menunjuk pintu yang mengarah ke ruang tengah, aku hanya mengangguk menanggapinya.
“Dan Minho, Kamar tamu disebelahnya.” Tambahnya lagi-lagi hanya dibalas anggukan.
Setelah cukup kuat untuk berjalan lagi, aku menyeret koperku menuju pintu yang ditunjukkan oleh Ahjjumma tadi. Kubuka pintunya perlahan, ternyata tidak dikunci. Lampu yang tidak dimatikan membuatku bisa melihat pemandangan seorang cewek berambut panjang yang tidur sambil memeluk guling di sampingnya. Beruntung kasur di kamar ini cukup lebar untuk menampung tubuh kami berdua yang kebetulan masih tergolong ideal. Tanpa banyak bacot, segera kurebahkan diriku ke kasur yang langsung membuatku terlelap.
~~~
“AAHHH!” aku terbangun mendengar teriakan itu. Kekucek mataku mencoba mengembalikan penglihatanku yang kini buram.
“YAK!! NUGUSEYO?” Sohee berteriak sambil menunjukku ketakutan. Aku hanya diam masih mencoba mengumpulkan kesadaranku kembali.
“Sohee, do you forget me?” ucapku ketuika kesabaranku telah terkumpul sepenuhnya. Dia sedikit melongo sesaat sebelum akhirnya dia sadar.
“UWO, Moonhwa-ya! Neorago??” tanyanya sedikit tak percaya.
“Ne.” jawabku singkat lalu ia merangkulku dan mencubit pipiku.
“kupikir aku hanya mimpi kau pulang ke Korea. Ternyata beneran. Ada angin apa nih?” tanyanya antusias.
“Tidak ada apa-apa. Hanya ingin refreshing habis ujian.” Jawabku singkat kemudian meninggalkannya dan berjalan menuju koperku. Saat ini aku sangat ingin mandi. Badanku terasa lengket semua. Perjalanan yang memakan waktu lama, sama sekali tak memberiku kesempatan untuk mandi. Dan kurasa kini saatnya untuk menyegarkan badanku.
Segar rasanya setelah menyentuh air, tubuhku benar-benar serasa dimanjakan dengan air hangat yang kupakai untuk mandi. Kuhandukkan rambut pendekku yang masih basah dan ulai mengulung handuk itu di kepalaku. Bajuku sudah berganti dengan kaos oblong yang terlihat santai dipadukan dnegan celana kain selutut yang menambah kesan santai pada penampilanku kini. Aku berjalan kearah ruang tengah dan ikut bergabung dengan Minho Oppa yang sudah terlihat segar. Dia kini sedang bersenda gurau dan mengobrol hangat dengan Ahjjussi dan Ahjjumma ku.
Tak lama kemudian, aku melihat Sohee keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Sepertinya ia mau pergi jalan. Aku menghampirinya untuk menanyakan kemana dia pergi. Sejujrunya aku ingin ikut jika dia mau jalan. Sekedar untuk mencuci mataku sekalian melihat-lihat kemabali kota yang sudah lama tak kupijak ini. Keluargaku memang pindah ke New York saat Appa memutuskan untuk mengfokuskan perusahaannya yang ada di New York, dan itu 7 tahun yang lalu. Kini Appa memutuskan untuk lebih mengurusi kantor pusat di Seoul yang sebelumnya diurus oleh asistennya. Maka dari itu tujuanku dating ke Seoul bukan hanya untuk berlibur, melainkan mengurusi kepindahan kami.
“Sohee-ya! Where’ll you go?” sapaku sambil tersenyum.
“Haish! Bisakah kau pake bahasa Korea saja! Aku mau pergi bersama teman-temanku. Kami mau jalan-jalan.” Jawabnya sambil menatapku sebal. Aku tahu dia bahsa Inggris sepupuku ini tidak terlalu lancer meskipun tergolong bisa.
“Wae? Kau mau ikut?” tanyanya santai. Aku sedikit kaget dan melirik ke arahnya.
“What? Are you serious? Did you ask me to join with you?” tanyaku memastikan.
“Ya. Tapi berhentilah berbicara dengan bahasa itu. Sudah sana ganti baju!” suruhnya sambil mendorong badanku ke arah kamarnya.
~~~
Aku sudah siap sekarang, dengan memakai kemeja kotak-kotak merah dan rompi berbulu dengan warna perpaduan beage dan coklat. Setidaknya aku merasa nyaman di musim semi yang masih terasa dingin ini. Sohee sudah siap dengan motor skuternya. Tanpa basa-basi, aku naik di di tempat duduk yang tersisa di belakang Sohee.
“Sohee-ya? Kenapa nggak naik mobil aja? Kan lebih hangat.” Tanyaku ketika skuter ini sudah meluncur dnegan tenang di jalan raya.
“Aku tidak terlalu bisa naik mobil.” Jawabnya sambil tetap fokus ke jalan raya. Melihat itu aku hanya bergumam pelan dan tak berniat mengganggunya lagi.
Tak lama kemudian, Sohee memarkirkan motornya di sebuah kafe. Seingatku ini di daerah apgujjeong. Kuharap itu benar. Setelah itu aku hanya mengikuti langkah kaki Sohee masuk ke dalam kafe itu. Suasana santai dan sederhana amat terasa ketika aku masuk. Sofa-sofa berjejer dengan rapi dan masing-masing satu meja diantara 2 sofa yang berhadapan. Sohee berjalan kearah segerombolan remaja yang melambaikan tagan dari kursi diseberang kami. Lagi-lagi aku hanya bisa mengikuti langkah Sohee menuju orang-oarang yang kurasa adalah teman-temannya itu.
“Annyeong haseyo! Lee Moonhwa imnida.” Ujarku sambil membungkukkan badanku 900 ketika Sohee memperkenalkanku keada teman-temannya.
“Kau sepupu Sohee, tapi kenapa margamu Lee?” Tanya salah seorang dari mereka. Sohee memang memperkenalkanku sebagai sepupunya tadi.
“Eunhyuk-ah, apakah otakmu tidak bisa dipakai untuk berpikir? Memangnya sepupu harus sama marga? Siapa tahu Moonhwa ini anak dari saudara Ummanya Sohee.” Sahut salah seorang dari mereka kepada cowok yang bertanya tadi yang kini kutahu bernama Eunhyuk. Cewek yang menyahut tadi melirik kearahku sekilas dan tersenyum yang kubalas dengan senyum juga. Setelah itu acara perkenalan pun dimulai. Ada 4 orang cowok yang masing-masing bernama Eunhyuk, Donghae, Kibum, dan Kyuhyun. Sedangan dua lainnya perempuan bernama Yoora dan cewek yang menyahut tadi bernama Jisun. Mereka tampaknya ramah.
Sambil menunggu pesanan, kami mengobrol panjang lebar. Mereka teman-teman yang asyik. Beruntung sekali Sohee yang bsia punya teman seperti mereka, tidak seperti teman-temanku di Amerika. Sepertinya aku iri pada Sohee. Apalagi teman-teman laki-lakinya tampan-tampan.
“Aku ke toilet dulu ya, teman-teman!” ujar Sohee kemudian berdiri.
“Aku ikut!” ujarku karena sepertinya aku ingin buang air kecil. Aku mengikuti Sohee yang sudah lebih dulu berjalan di depanku. Tapi…
BRUKK
PRANG
“ARGHH!!! SHIT!!”TBC!!!
LOL.... Part nie spesial bwat kopel KyuChan...
Oh, ya!!! Aye pengin ngucapin buat temen aye yang hari ini semakin tua...
"HAPPY BIRTHDAY, TEMEN AYE. ASNI MARLIA a.k.a LEE MOONHWA a.k.a MARCHA LEE,,, SELAMAT HARI BURUNG !!!! WKWKWKWK MAKIN TUA NIE!!! CIE//CIE...CIE... WELCOME IN 15 LINE..... LOL!!!" *tiupterompet*
part nie lebih panjang dari part2 sebelumnya. biasanya cuma 8 lembr, ini 14 lembar... jadi bagi yang bilang masih kependekkan nih kukasih lebih...
oh ya, seperti biasa jangan lupa Komen... Aye bener2 butuh...
Semakin banyak Komen, semakin semangat, semakin cepet publish part selanjutnya....
jadi yang pingin part selanjutnya cepet publish, jangan pelit komen... hehehehe
kalo bisa isi komennya Kritik ama saran, lagi buntu ide nich....
tapi kalo komennya sedikit, mungkin seperti biasa, part selanjutnya bakal gw publish bulan depan dan tanggalnya nggak tetap, kalo banyak, mungkin 2 minggu lagi... *betawi mode on*
Maaf yach, law banyak typo di ff nie, maklum ngerjaennya ngebut seminggu ini... n' nggak sempet *sebenernya males* meriksa.... N' maaf juga kalo bahasa Inggrisnya ancur-ancuran... saya sudah cukup stress dengan ujian2 yang tersu datang menertpa *4L4Y* lol!!!
dan makasih sebesar-besarnya buat yang masih mau ngikutin perkembangan ni ff gaje...
Gimana covernya? bagus yang ni, ato sebelumnya??
n' ni bonus pict....
nie foto Ulzzang,,, mnurutQ mirip sama Gusti... iya, nggak??? kalo nggak, maafkan!!! mungkin mata saya error!!! hehehehehe
*XOXOXO*
cr pics: random
agak mirip ~~ haha
BalasHapus*biar dibilang cantik*
mirip kok....wakakak...cantik banget guuusss...
BalasHapuswaaa....makasih banyak jihaan...part ini khusus buat aku ama Kyuhyun..:*
aku tunggu part berikutnyaaaa...