Regret of Love

Hm, ni FF ngebut yang asli GAJE!!!!
Tapi buat yang mau baca, saya cuma bisa ngucapin "Terima Kasih Sebanyak-banyaknya"
Happy Reading ^^

Story Starts


Yeoja POV
                “Dia namja yang kau maksud? Yang sedang bersama temannya itu?” tanya sahabatku sembari memberi isyarat menunjuk pada seorang namja. Aku hanya mengangguk pelan pertanda mengiyakan.
                “OMO, temanku sedang jatuh cinta rupanya!” dia tertawa menyinggungku. Aku tahu. Mungkin aku bukanlah tipe orang yang mudah jatuh cinta. Tapi bila sudah jatuh cinta, akan sangat sulit bagiku untuk melupakannya. Dan orang ini berhasil meluluhkan hatiku.

                “Di tidak terlalu tampan.” Ujar temanku. Ya kuakui hal itu. Wajahnya sama sekali tak masuk dalam criteria ‘sangat’ tampan tapi tak bisa dibilang jelek juga. namun menurutku dia manis. Lagipula aku menyukainya bukan karena wajahnya tapi karena dia adalah ‘dia’.
Jika seseorang sudah masuk dalam perangkap cinta, tampang bukanlah menjadi
nomor 1 lagi. Apapun yang ada pada dirinya, terlihat sempurna dimata kita.
                Aku berjalan pelan di jalanan menuju rumahku. Belakangan ini pikiranku selalu dipenuhi semua hal tentangnya. Bagaimana bisa semua yang kulakukan justru mengingatkanku tentang dirinya. Senyumnya, wajahnya, tawanya. Argh, rasanya aku sudah gila.
Saat kau kehilangan akal sehatmu,
Saat itulah kau jatuh cinta.
                “Tak pernah berpikir untuk menyatakan cintamu?” tanya sahabatku saat kami makan di kantin berdua. Tak banyak bicara, aku hanya menggelengkan kepalaku. Jujur, Aku terlalu penakut untuk melakukan hal itu. Lagipula aku seorang perempuan. Aku masih berprinsip bahwa perempuan hanya harus menunggu sedangkan laki-lakilah yang mesti bertindak.
                “Apa susahnya sih, tinggal bilang ‘aku suka kamu’. Beres kan? Daripada kamu terus terjebak dalam cinta sepihakmu ini. Setidaknya kau harus tahu perasaannya padamu.”
Jika orang mudah menyatakan cinta,
Berarti dia orang yang meremehkan kekuatan cinta.
                Dia berdiri 100 meter dariku. Bercengkarama dengan teman-teman akrabnya. Aku melihatnya sekilas. Hanya sekilas. Karena akan sangat nampak bahwa aku menyukainya jika aku menatapnya lebih lama dari itu. Meskipun sangat ingin, aku tak mampu. Aku tak bisa membiarkannya tahu perasaanku yang sebenarnya. Sesuatu dalam diriku yang aku sendiri tak tahu apa itu mencegahku untuk melakukannya. Ya, kini aku hanya bisa menyimpannya dalam hati. Mengubur perasaanku dalam-dalam. Membiarkan rasa sakit itu mendera dan menghujam jantungku.
Satu-satunya hal yang mampu mencegah cinta mekar dan berkembang
Adalah ‘ego’.
                Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah menunggunya untuk memulai. Karena aku terlalu pengecut untuk memulai lebih dulu. Aku hanya harus diam. Tidak melakukan tindakan yang membuat perasaanku mencuat ke permukaan. Aku pasti bisa melakukan hal itu, karena aku adalah orang yang pintar menyembunyikan perasaan dan menyingkirkan semua di atas egoku.
***
Namja POV
                “Hei, itu dia kan? Lihat itu! Dia bersama temannya.” Temanku berbicara padaku, namun tatapannya terarah pada dua gadis yang sedang mengobrol dengan asyiknya di meja kantin. Aku terkekeh pelan kemudian memukul pundak temanku itu.
                “Memangnya kenapa? Kau jangan macam-macam padanya!” aku berkata dengan kesan mengancam. Tentu saja hanya main-main.
                Dia.. gadis itu. Adalah gadis yang sudah berhasil mengisi hatiku. Dia tak terlalu cantik. Matanya sipit dengan double eyelid yang menyertainya. Hidungnya mancung, tak seperti kebanyakan cewek korea lainnya yang mengandalkan operasi plastic untuk memencungkan hiasan wajah itu, ia natural bahkan sama sekali tak ada efek bedak pada wajahnya. Meskipun begitu wajahnya terkesan dewasa dan setiap lekuk memancarkan aura tegas.
                Menurutku ia berbeda, tipikal gadis yang tidak terlalu memikirkan penampilan. Bahkan tingkahnya terkadang tak tahu malu. Ia memiliki sifat yang blak-blakan. Tapi tak urung tingkahnya selalu berhasil membuatku tersenyum. Meskipun aku hanya bisa memandanganya dari jarak jauh dan menikmati cinta sepihak ini. Aku cukup bahagia dengan segalanya.
                “Hei, jangan menyia-nyiakan kesempatan. Dia sedang sendiri sekarang! Kapan kau akan menyatakan cintamu? Kau mau dia diambil orang?” kata-kata temanku tadi pagi terus terngiang-ngiang di pikiranku. Perkataan itu sedikit banyak benar adanya. Tapi aku ini tak lebih dari seorang pengecut. Aku terlalu takut. Bagaimana jika aku mendapat penolakan? Bagaimana jika dia menyukai namja lain? Aku takut jika tak bisa menjadi sosok yang sempurana dimatanya.
Cinta bukanlah menjadi sosok yang sempurna bagi seseorang,
tapi mencari seseorang yang menjadikan kita sosok yang sempurna.
                Lagi-lagi aku melihatnya. Dia lewat masih dengan sohib setianya. Entah mengapa aku merasa tadi dia melirikku meski hanya sekilas. Tapi apakah itu cukup membuktikan bahwa dia memperhatikanku? Kurasa tidak. Bahkan aku yakin ia tak pernah berpikir bahwa namja bodoh ini menyukainya. Aku meliriknya sesaat. Terbersit sebuah keinginan dihatiku. Tuhan… aku ingin, aku ingin menatapnya, melihat lebih detail pada lekuk wajahnya. Memandang dalam pada kedua bola mata hitamnya. Ingin, aku sangat ingin memeluknya. Mengungkapkan pada dunia bahwa aku menyukainya. Tidak! Aku men… aku mencintainya? Aku ingin membiarkannya tahu apa yang kurasa.
Terkadang kita seperti orang bodoh saat berhadapan dengan cinta,
Bukan karena kita bodoh,
Tapi karena kita tidak cukup pintar untuk mengungkapkannya
                Bagaimana ini? Perasaanku padanya sudah tak bisa terbendung lagi. Aku terlalu mencintainya. Apakah ini saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku. Namun lagi-lagi keyakinanku goyah mengingat semua perlakuannya padaku tak dapat menunjukkan seseorang yang sedang jatuh cinta.
Terkadang apa yang kau lihat bukanlah kenyataan,
Tapi selalu ada kenyataan terselubung dari apa yang kau lihat.
                Apa yang harus kulakukan? Diam? Atau menyatakan? Bisa kurasakan hati kecilku berkata agar menyatakan, namun keraguanku lebih besar dari keyakinan dihatiku. Siapa yang harus kupercaya? Hatiku atau pemikiranku.
Jika membicarakan tentang cinta,
Jangan pernah membandingkan dengan logika,
Karena cinta tak butuh logika.
***
Author POV
                Namja itu berdiri dalam kebisuan. Ia menunduk mencoba menutupi ekspresi gugup pada wajahnya. Sebentar lagi, kurang dari 5 menit lagi, ia akan mendapatkan hasil yang akan membimbingnya menuju masa depan dan cita-citanya.
                “Chukae! Kau lulus! Kau salah satu dari 5 orang yang akan mendapat beasiswa music di Prancis.” Tutur seorang lelaki setengah baya pada namja itu. Namja itu tersenyum sumringah menyadari usahanya tak sia-sia.
                “Gomapsumnida, Songsaenim!” namja itu membungkukkan badannya beberapa kali sambil terus bergumam terima kasih.
***
-Another place-
                “Kau beruntung! Selamat, ya!” ujar wanita setengah baya itu sambil tersenyum simpul.
                “Ne, Songsaenim. Gomapsumnida!” kata Yeoja itu tak henti-hentinya tersenyum bahagia. Entah bagaimana ia menggambarkan perasaannya saat ini. Ia sangat beruntung. Memenangkan satu dari 2 beasiswa melanjutkan Kuliah di salah satu universitas bergengsi di Jepang.
                                                                                                    ***
-10 years later-
_Narita Airport, Japan_
                Yeoja memeluk erat seorang lelaki berkebangsaan Jepang.
                “Aku akan merindukanmu!” ujar lelaki itu dengan bahasa Jepang.
                “Kaito, Aku juga! jaga dirimu baik-baik ya!” Ucap yeoja itu sembari melepaskan pelukannya.
                “Aku akan menyusulmu! Aku akan pergi ke Korea setelah semua urusanku disini selesai.” Lelaki Jepang itu mengucapkan sebuah janji untuk menemui Yeoja-nya di kampung halaman sang Yeoja.
                Yeoja hanya tersenyum. Ia merutuki dirinya sendiri yang terus-terusan membohongi perasaannya dan laki-laki dihadapannya. Ia sadar, bayang-bayang cinta masa lalunya masih terus menghantui hidup Yeoja itu. Meski sudah berusaha keras, ia sama sekali belum mampu untuk menghapus ingatan tentang namja itu sepenuhnya. Ia masih sangat mencintai namja itu.
                Laki-laki Jepang ini sudah mejalin hubungan selama setahun dengannya. Yeoja tak bisa memungkiri bahwa Kaito sangat baik dan perhatian padanya. Meski begitu, itu semua belum cukup untuknya bsia mencintai laki-laki ini. Ia tak ingin memberikan harapan kosong, tapi ia juga tak mau menyakiti hati lembut milik Kaito.
***
_Incheon International Airport, South Korea_
                Namja menyeret koper besarnya keluar dari pintu kedatangan. Matanya bergerak-gerak menyapu setiap penjuru mencari seseorang yang berjanji akan menjemputnya di airport. Setelahnya matanya terfokus pada satu titik. Seorang wanita memegang troli berisi 2 koper cukup besar di atasnya. Namja memperhatikan wanita itu lekat-lekat merasa familiar dengan wajahnya. Perlahan kakinya melangkah kearah wanita itu namun seseorang tiba-tiba memegang tangannya mengurngkan niat namja itu untuk mendekat.
                “Oppa!” tegur seorang wanita dari belakang Namja. Namja itu memutar kepalanya melihat pada wanita imut yang masih memegang tangannya.
                “Moonhwa-ya! Ayo kita pergi!” ujar Namja itu kemudian menaggandeng wanita tadi kearah tempat parkir airport.
                “Biar aku yang menyetir.” Kata namja itu berjalan ke pintu pengemudi.
                “Ani, Oppa! Kau pasti lelah sehabis perjalanan jauh. Biar aku saja!” cewek itu mengambil alih posisi namja kemudian membuka pintu mobil dengan tombol otomatis yang menempel pada kunci.
                Namja itu melihat keluar jendela. Sama sekali tak menikmati alunan music pop ballad dari seorang penyanyi solo terkenal di Korea yang mengalun lembut dari CD desk di mobil. Pikirannya melayang pada perempuan tadi. Siapa dia? Apakah orang yang dicintainya selama ini? Entahlah, ia tak ingin berharap. Lagipula dia sudah memiliki yeojachingu sekarang. Gadis yang tengah menyetir disampingnya. Lee Moonhwa, salah satu dari 5 orang yang mendapat beasiswa music di Prancis. Namun Moonhwa pulang setahun lalu karena sudah selesai dengan segala urusannya di Prancis, sedangkan Namja meski sudah wisuda, masih punya kontrak dengan salah satu label rekaman di Prancis yang mengharuskannya pulang kebih lama.
                Moonhwa tengah menyenandungkan lirik dari Lagu ini. Namja menatapnya dengan tatapan sedih. Ia tak ingin membohongi Moonhwa. Ia sangat menyayanginya seperti adik sendiri. Namun hanya sebatas adik. Ia belum bisa melupakan perasaan cintanya pada Yeoja. Perasaan cinta yang tak pernah memudar dari hatinya. Karena sekeras apapun usahanya, ia tak pernah bisa melupakan Yeoja.
***
Jangan pernah bilang “aku cinta kamu” kalau kamu tak pernah merasa begitu
Jangan pernah bicara tentang perasaan kalau hal itu tak pernah ada
Jangan sentuh hatinya kalau niatmu mematahkannya
Hal paling kejam yang bisa dilakukan seseorang adalah membuat orang lain jatuh cinta padahal dia tak berniat membalasnya.
***
                Yeoja tersenyum dan merentangkan tangannya sambil menghirup dalam-dalam udara sejuk kota Seoul. Angin menggerak-gerakkan sisa-sisa rambutnya yang tak tergapai oleh kuncir. Ia senang akhirnya bisa pulang ke kampong halaman setelah hamper 6 tahun ia tak pulang. Setelah puas menikmati semilir angin, ia berjalan pelan menyusuri trotoar pinggir jalan yang cukup ramai di lalui orang. Ia mengambil HP di kantongnya kemudian menghubungi sebuah nomor.
                “Hyoran-ah, kau tahu! Aku ada di Seoul sekarang.” Ucapnya bahagia sampai lupa member salam.
                “…”
                “Kau ada waktu untuk bertemu? Nan jeongmal bogoshipo!” rajuknya.
                “…”
                “Baiklah jam makan siang di restaurant dekat kantormu. Kutunggu ya!”
                “…”
                “Ne, Annyeong!”
~~~
                Yeoja dan sahabat lamanya duduk berhadapan di sebuah restoran. Tak henti-hentinya Yeoja memerhatikan penampilan sahabatnya yang notabene adalah Hyoran. Kacamata kotak berbingkai penuh, rambut yang digulung ke atas, kemeja pastel dibalik jas putuh yang dikenakannya benar-benar menggambarkan dokter muda. Yeoja bangga karena kini sahabatnya sudah sukses menggapai cita-cita yang memang telah lama diidam-idamkannya.
                Mereka berbicara banyak. Bernostalgia mengenang saat-saat lampau yang tak mungkin bisa terulang kembali. Sampai akhirnya mereka sampai di satu topic. Topic yang sedikit sensitive untuk Yeoja, yaitu mengenai dirinya dnegan Namja.
                “Jisun-ah, kau tahu! Saat dulu kita SMA, namja yang kau sukai itu, si Kim Kibum ternyata juga menyukaimu saat itu.” Cerita Hyoran. Yeoja a.k.a Jisun terkejut kemudian memandang Hyoran dengan tatapan tidak percaya.
                “Hah, jangan mengarang cerita bohong!” Kata Jisun mencoba mengelak dari kenyataan. Ia hanya ingin menghindari perasaan menyesal.
                “Aku tidak mengarang. Siwon menceritakannya padaku. Kau ingat Siwon kan? Dia sahabat Kibum saat SMA.” Jelas Hyoran. Jisun menunduk. Badannya terasa lemas seketika. Seakan-akan nyawanya diambil secar tiba-tiba. Ia merasa mati.
                “Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang? Terlambat! Semuanya sudah terlambat.” Pekik Jisun dalam hati.
                “Aku sudah punya Kaito.” Gumamnya pelan.
***
                “Hai bro, lama tidak bertemu.” Seru Siwon sambil merangkul lengan Kibum. Kibum hanya tersenyum menaggapinya. Tapi ia tak bisa memungkiri bahwa ia sangat merindukan sahabatnya yang satu ini.
                Setelahnya, mereka berbincang akrab. Berbicara tentang masa-masa SMA mereka yang tidak terlupakan. Kemudian topic itu beralih tentang Kibum-Jisun.
                “Hei, Kibum-ah! Kau tahu? Hyoran sahabat Jisun bertemu dneganku beberapa waktu yang lalu. Dan ia menceritakan bahwa dulu saat SMA sebenarnya Jisun juga suka padamu.” Kibum menatap Siwon. Terlihat ekspresi kaget pada wajahnya.
                “Siwon-ah, jangan bercanda!” ucap Kibum sambil tersenyum garing.
                “Aku tidak sedang bercanda, Kibum-ah. Hahaha lucu sekali ya, kalian! Sama-sama merasa cinta sepihak padahal saling mencintai.” Canda Siwon. Namun ia tak sadar, kata-kata itu justru menusuk untuk Kibum. Ia sangat menyesal baru mengetahuinya sekarang. Di saat ia tak tahu dimana Yeoja yang dicintainya itu. Belum lagi ia sudah punya Moohwa disampingnya.
                Kibum hanya bisa menunduk menyesali kebodohannya yang tak mau menyatakan cinta dulu. Namun apa daya? Ia tak bisa melakukan apapun. 10 tahun rasanya cukup untuk Jisun melupakan perasaan padanya. Dan itu semakin membuat Kibum menyesal.
***
Yeoja hanya diam dan menunggu. Tapi apa yang dilakukan Namja, ia meragukan segala keyakinan dihatinya.
Yeoja masih terus menungu dan asyik memendam perasaan cintanya sendiri.
Memang, rasa penasaran atas perasaan Namja terus menghantui dirinya. Namun sekali lagi, ego membuatnya memutuskan hanya diam dan menunggu. Menunggu keputusan akhir sang Namja.
Apa yang bisa dilakukan oleh Namja?
Terus berusaha mengambil keputusan yang tak merugikan kedua pihak.
Tapi tak pernah berpikir akan kemungkinan lain yang lebih menguntungkan.
Apa yang terjadi jika terus seperti ini?
Yeoja masih bertahan pada pendirianya untuk tetap diam dan menunggu.
Namja?
Tak jauh berbeda, terus bergeming dalam keadaan yang menghanyutkannya.
Hingga akhirnya tanpa mereka sadari jarak diantara keduanya sudah terpaut terlalu jauh.
Tak tahukah mereka bahwa sebenarnya hati keduanya terhubung oleh suatu ikatan tak kasat mata bernama ‘CINTA’
Tapi lihatlah yang terjadi,
Baik Yeoja maupun Namja tak pernah mencoba melihat lebih dalam.
Hingga akhirnya waktu pun berhenti untuk memberi kesempatan.
Mereka hidup dalam ketidakpastian dan ketidakjelasan.
Selalu ingin tahu, namun tak pernah mencari tahu.
Saat akhirnya mereka dihadapkan pada kenyataan,
Mereka hanya bisa terdiam tanpa tahu harus berbuat apa.
Apakah kalau sudah begini menyerah dan pasrah adalah tindakan yang paling tepat?

Itulah, kini keduanya merasa sangat bodoh karena tak menyadari semua lebih awal.
Dan waktu pun tak mau mentolerir,
Mereka terlalu lemah untuk melawan kekuatan maha dasyat dari sang waktu.
Kini yang ada dipikiran keduanya hanyalah keinginan semu yang mustahil untuk terwujud.
andai aku mampu memutar waktu dan kembali pada saat itu.
andai aku menyadari semua lebih awal.

Tak ada akhir yang bahagia. Yang ada hanyalah penyesalan yang terlalu dalam dan sakit untuk sekedar disesali.
Baik Yeoja maupun Namja sudah punya kehidupan sendiri-sendiri untuk dinikmati.

Yang lalu biarlah berlalu,
Dan yang terjadi kini biarlah mengalir layaknya sungai dengan sumber mata air bening.
Apa yang terjadi nantinya adalah sebuah misteri yang terlalu rumit untuk dipecahkan.
Bahkan terlalu sulit untuk sekedar dipikirkan.

Dan kini, tersenyum dan dewasa adalah satu-satunya cara untuk keluar dari dalam lingkaran penyesalan. Bukankah penyesalan memang selalu datang terlambat?
Jangan biarkan penyesalan membuat kita berhenti melihat sekeliling.

Kita melihat ke atas : memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah : bersyukur atas semua yang ada
Melihat ke samping : semangat kebersamaan
Melihat ke belakang : sebagai pengalaman yang berharga
Melihat ke dalam : untuk introspeksi
Melihat ke depan : Untuk jadi lebih baik.
***
Jadikanlah kisah ini pelajaran berharga agar tak pernah melewatkan kesempatan yang ada
Karena kesempatan hanya datang sekali
jika mereka menyadari semua labih awal.
Apakah yang akan terjadi?
Apakah menjadi akhir yang bahagia?
Entahlah, tak ada yang tahu
Kecuali ‘Dia’ yang menulis scenario hidup setiap makhluk.

Dan aku berharap, kisahku dengannya tak berakhir seperti ini.
Bagaimana dengan kalian?
Akhir seperti apa yang kalian harapkan?

Sad or happy ending?
Ataukah ending yang menggantung yang tak seorangpun tahu akhirnya.

-FIN-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku lagi galau waktu bikin ini.. kutipan-kutipan yang warna ungu kuambil dari berbagai sumber, ada juga yang ngarang bebas.....
Ceritanya sedikit diambil dari kisah nyata, tapi banyak ngarangnya.
Jadi maaf kalau gaje coz ngebut semalam.....
Thx a lot bwt yg mau baca... kalao bisa komen^^ Plizzzz
Akhir kata,
Wassalamualaikum Wr. Wb. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How it feels when you fall in love?

Ulzzang Girl List Name Part 2