The Autumn
Ni FF requesan Syifa Nuna!!! Wakakak. Menurutku ini cukup panjang 17 halaman. Tapi dia protes kependekkan. Wakakak
Maaf kalo ceritanya aneh, bahasanya ancur-ancuran, de el el!!!
Happy Reading!!!
Story Starts ::
Maaf kalo ceritanya aneh, bahasanya ancur-ancuran, de el el!!!
Happy Reading!!!
Story Starts ::
Sohee’s POV
Pohon-pohon di sekelilingku mulai menguning daunnya. Yah, wajar saja karena sudah memasuki musim gugur. Tapi udara panas masih menyelimuti kota Seoul. Tidak terasa sekarang sudah musim gugur. Padahal terasa baru kemari musim gugur dan sekarang musim gugur lagi. Aku berjalan perlahan-lahan sambil memandangi tanda-tanda datangnya musim gugur. Kira-kira hanya tinggal beberapa langkah lagi akupun sampai di tempat tujuanku, yaitu halte bis.
Aku melihat jam tanganku, dan angka jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sore ini aku terpaksa pulang sendiri naik bis karena kyuhyun, sahabatku yang biasa pulang denganku lagi sibuk dengan kegiatan klub matematikanya. Namaku Sohee. Lengkapnya Lee Sohee. Aku anak kelas 2 SMA di salah satu sekolah kebanggaan di Korea Selatan.
Huahh,,,, hari ini rasanya aku sangat ngantuk. Ini karena aku harus begadang untuk menyelesaikan makalah Bahasa Inggris yang nyusahin banget. Rasanya ingin cepat pulang dan tidur. Tak lama kemudian, bis yang kutunggu-tunggu akhirnya menampakkan diri dan berhenti tepat di depan halte bis. Asap knalpot yang keluar dari bis membuatku batuk-batuk dan rasanya ingin cepat-cepat merasakan dinginnya AC di dalam bis.
Tanpa membuang waktu, akupun masuk ke dalam bis untuk merasakan AC yang setidaknya bisa menyejukkan badanku. Untung saja hari ini bis tak terlalu penuh dan masih banyak kursi kosong yang belum berpenghuni. Aku memilih duduk di kursi bagian tengah. Perjalanan dari ke sekolah ke rumahku cukup jauh. Yah, kira-kira butuh waktu 30 menit-an untuk sampai ke rumahku dengan naik bis.
Untuk mengisi waktu di dalam bis, aku mengambil sebuah novel teenlit di tasku dan membacanya. Aku memang suka membaca. Apalagi novel-novel teenlit. Di tengah perjalanan, saat aku sedang asyik membaca entah mengapa mataku terasa sangat berat untuk melanjutka membaca. Mungkin ini pengaruh angin AC yang memang bikin ngantuk. Ditambah lagi aku kurang tidur. Aku tak ingin memaksakan kehendak untuk terus terjaga. Karena kurasa fisikku sepertinya tak mengizinkan. Akhirnya akupun tertidur pulas di dalam bis ber-AC yang semakin mempengaruhi badanku untuk beristirahat.
Perlahan-lahan kubuka mataku. Meski pandanganku masih buram, tapi setidaknya aku tau kalau sekarang sudah malam. TUNGGU, SUDAH MALAM? Apa yang sudah terjadi? Kenapa sekarang sudah malam? Akhirnya mataku yang sudah normal pun melihat sekelilingku. Ternyata aku sedang berada di sebuah halte bis yang menurutku agak asing, karena kurasa aku belum pernah ke sini. Kenapa aku bisa sampai sini ya?
“kamu sudah bangun?” kata seseorang yang membuat jantungku hampir lepas. “HA… HANTU…” teriakku. Aku memang sangat takut pada makhluk lain ciptaan tuhan itu. Akupun menutup mataku agar nggak melihat pemandangan-pemandangan aneh bin ganjil. Seperti wajah tanpa mata, hidung atau mulut. “ha..ha….ha… Kamu kenapa? Aku ini sama sepertimu yaitu manusia” kata orang itu yang ternyata seorang namja. Aku melihatnya. Dia sedang duduk tenang sambil membaca novel milikku.
Aku melihat jam tanganku dan betapa kagetnya aku saat mengetahui bahwa sekarang sudah pukul 11.00 p.m. OMO apa nanti yang dikatakan. Orangtuaku anak perempuan pulang semalam ini. Aku sangat khawatir memikirkan itu. “kenapa aku bisa ada disini?” tanyaku pada cowok yang dari tadi duduk di sampingku. Dia menghadapkan wajahnya ke arahku dan tersenyum. OMO. Aku bagaikan melihat malaikat. “tadi kau tertidur di bis. Aku tak mau membangunkanmu karna tidurmu sangat nyenyak. Kutunggu lama kamu tidak bangun juga, sedang supir bis itu mau istirahat. Jadinya aku menurunkanmu di sini.” Cowok itu berbicara dengan bahasa yang lembut dan sopan. “ini bukumu?” kata cowok itu sambil menyodorkan sebuah novel teenlit bercover warna ungu. Aku mengambil buku itu dan memasukkannya ke dalam tasku yang tergeletak disampingku.
“Naeirimyeon urriga mannadeon
Jeogil motungiro nan dasineun gal su eomneun geojyo”
Lagu blue tomorrow mengalun lembut dari handphoneku, menandakan ada telepon masuk. Aku segera mengangkatnya tanpa melihat siapa yang meneleponku. “Yeoboseyo.” Ucapku memulai percakapan. Ternyata yang menelepon adalah Ummaku. Suara di seberang sana adalah suara khas seorang ibu yang sedang khawatir. Dia mengomel-ngomel dan teriak-teriak. Akupun menceritakan semua yang terjadi. Mianhae Umma, aku sudah membuatmu khawatir. Terdengar suara ummaku meneriaki oppaku agar menjemputku. Umma menanyakan tempatku berada dan aku menanyakannnya pada cowok itu. Dia menjelaskan padaku dan aku menjelaskan pada Ummaku.
Tiba-tiba cowok itu berdiri dari duduknya. “Huh, lega! Akhirnya bisa berdiri juga.” Kata orang itu sambil tertawa-tawa kecil. “Apa maksudmu?” tanyaku penasaran dengan tingkahnya. “Dari tadi sore aku terus duduk disini karena ada seorang cewek yang terus tidur di pundakku.” Ha… ha… ha… aku yakin pasti cewek yang dia maksud itu aku. Aku jadi malu. Aku yakin sekarang ini pasti pipiku merah. “Mi…mianhae!” ucapku malu-malu. “mianhae hargeoskkajineun eopseo!” kata cowok itu lagi yang semakin membuatku nggak enak. “kamu mau dijemput, ya?” tanya cowok itu sambil menatap ke arahku. Swear deh, wajahnya manis banget. “Ye!” jawabku singkat. “baguslah, sepertinya aku juga harus pulang.” Katanya lagi.
Tiba-tiba ponselku berbunyi lagi. Kuangkat ternyata yang menelpon adalah oppaku. Dia menanyakan tempatku berada. Aku pun menjelaskan padanya. Aku menutup teleponku. Cowok itupun pamit pulang saat lampu mobil oppaku terlihat dari jauh. Aku tahu kalau itu adalah lampu mobil oppaku karena ada bekas kecelakaan di lampu mobil depannya. Aku melihat kepergian cowok itu. Dia berjalan menuju jalan kecil di dekat halte sambil melambaikan tangan padaku dan aku membalasnya.
Mobil oppaku berhenti di depanku. “Donghae oppa” panggilku. Donghae oppa membukakan pintu mobil dan menyuruhku masuk. Aku pun masuk ke dalam mobil. Donghae oppa melihatku dengan tatapan heran. “Waeyo?” tanyaku heran dengan tatapannya. “kenapa kau memakai jas seragam cowok sekolahku?” tanyanya. Aku memperhatikan tubuhku. Sekarang aku kelas 2 SMA dan oppaku kelas 3 SMA. Kami berbeda sekolah, jadi seragam sekolahnya juga berbeda. “coba sini kulihat jas itu.” Kata oppaku sambil menarik jas itu dari tubuhku. Dia membaca tulisan di depan jas itu. “apakah ini milik Lee Sungmin yang itu?” ucap oppaku bergumam. “Mwo?” tanyaku heran .”Aniyo.” ucapnya.
Sungmin’s POV
Aku berjalan di jalan setapak menuju rumahku. Sesekali aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kananku. Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.15 p.m. Aku yakin pasti aku akan kena marah nanti. Aku pun melanjutkan langkah menuju rumah besar yang terkesan mewah. Kini aku sudah sampai di depan rumahku. Rumah dengan penerangan yang cukup. Pagar rumahku terkunci. Aku melihat security yang menjaga rumahku sedang tertidur lelap di posnya. Karena tak ingin membangunkannya akupun memanjat pagar setinggi 2 meter ini. Hup, aku mendarat dengan sempurna di tanah berlapis semen yang kini tengah kuinjak.
Aku merogoh kantong tas ranselku yang dari tadi berada di pundakku. Akhirnya aku mendapatkan benda yang kucari. Beberapa kunci berwarna perak bergantung pada gantungan kunci kecil berbentuk dadu. Tanpa pikir panjang akupun memasukkan salah satu kunci itu di dalam lubang kunci di pintu besar didepanku. Aku memutar kenop kunci itu dan pintu besar didepankupun terbuka. Aku masuk kedalam rumahku yang sepi. Syukurlah sepertinya penghuni rumahku sudah tidur semua. Aku berjalan melewati perabotan rumah mewah yang berjejer di sekelilingku. Bukan pemandangan yang ganjil bagi anak pengusaha sukses sepertiku.
Namaku Lee Sungmin, umurku 18 tahun dan sekarang kelas 3 SMA. Ayahku adalah seornag pengusaha sukses yang memiliki beberapa perusahaan. Aku punya kakak laki-laki yang bernama Leeteuk. Dia sekarang sedang kuliah di Amerika. Apapun yang kuingikan bisa kudapatkan dengan kekayaan orangtuaku. Tapi aku tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari mereka. Yang mereka sayangi hanyalah hyungku. Mereka selalu membangga-banggakan dia di depan keluarga ataupun teman-teman orang tuaku. Yang aku tidak senangi adalah mereka juga senang membanding-bandingkanku dengannya. Memang aku tidak sepintar dia, tidak secerdas dia dan tidak lebih dari segalanya yang dia miliki.
Mungkin karena perlakuan kedua orangtuaku itu akupun menjadi liar dan nakal. Aku selalu tertekan bila mereka sudah membanding-bandingkanku. Aku tidak mengerti dengan mereka. Bisa nggak sih mereka terima aku apa adanya. Meskipun mereka punya anak yang lebih baik dari aku. Aku seperti tidak dihargai. Mungkin karena itu nilai-nilai di sekolahku anjlok. Aku naik kelaspun karena berkat kekayaan orang tuaku. Aku sering bolos sekolah dan berkumpul dengan teman-temanku yang juga nakal sepertiku.
Aku mengganti bajuku kemudian merebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku teringat pada cewek yang nggak ku kenal, yang seharian ini tidur di pundakku. Jas seragamku kan ada padanya. Tadi aku melihatnya kedinginan. Akupun menyelimutinya dengan jas seragamku. Kurasa itu bisa menghangatknnya. Biarlah jas itu ada padanya. Toh aku tidak akan sekolah di tempat itu lagi. Karena aku terlalu sering bolos, akupun di D.O. dari sekolahku. Entah bagaimana dengan masa depanku nanti.
Cewek itu, cewek berambut panjang sepunggung, rambutnya hitam. Matanya bulat, tidak sipit dan bola matanya hitam. Saat dia tersenyum lesung pipit Nampak di kedua pipinya yang mempermanis wajah imutnya yang polos tapi terkesan dewasa. Siapa ya namanya. Sepertinya tadi di seragam sekolahnya tertulis nama Lee Sohee, apa benar itu namanya?. Tunggu, sepertinya saat dia menelepon tadi, dia menyebut nama Donghae. Apakah donghae yang itu?
Sohee’s POV
Aku masuk ke dalam rumahku. Donghae oppa masih memasukkan mobil ke dalam garasi. Appa dan Umma sedang duduk di sofa di ruang tamu. Aku yakin pasti akan kena marah. Aku berjalan menghampiri mereka. Dan dugaanku benar. Akupun kena semprot kedua orang tuaku. Tapi karena aku menjelaskan yang terjadi sebenarnya, merekapun memafkanku. Sampai di kamar aku segera mengganti seragam sekolahku dengan piyama bergambar teddy bear. Karena penasaran dengan kata-kata oppaku tadi, akupun pergi ke kamar oppaku.
Di kamarnya, oppaku sedang memperhatikan jas seragam milik orang tadi. “Lee sungmin.” Ujar oppaku. “siapa Lee Sungmin, oppa?” tanyaku mengagetkan donghae oppa. “Pemilik jas ini.” Jawabnya spontan. “berarti orang yang tadi itu namanya lee sungmin?” tanyaku. “bisa jadi. Sepertinya dia itu Lee sungmin yang itu.” Jawab donghae oppa. “apa kau mengenalnya?” tanyaku penasaran. “Tidak terlalu, Dia seangkatan denganku. Dia itu…” oppaku menhentikan omongannya kemudian menatapku. “dia itu, kenapa oppa?” tanyaku. “tidak kenapa-kenapa. Pokoknya jangan berhubungan dengannya lagi. Jas ini biar aku yang kembalikan. Sudah tidur sana!” perintah oppaku sambil mengusirku keluar dari kamarnya.
** *
Sungmin’s POV
Tic toc, tic toc. Jan dinding dikamarku berdetak pelan. Sesekali aku melirik jam dinding itu dan terkadang sedikit kaget melihat jarum dinding yang menunjukkan pukul 1 dinihari. Kenapa aku belum bisa tidur? Tidak seperti biasanya. Akupun mengutak-atik hpku mendengarkan beberapa lagu dari earphone yang terhubung ke hpku. Tak lama kemudian, rasa kantuk pun mulai menggorogoti tubuhku.
“Sungmin-ah, bangunlah, bukankah kau mau mendaftar di sekolah baru.” Suara samar-samar itu terdengar di telingaku. Yang kemudian berhasil membangunkanku. Aku duduk di tempat tidur dengan mata masih setengah tertutup. “Hya! Sungmin, bangun!” ujar yeoja yang kini sudah berada di sampingku. Dia membangunkanku sambil mengguncang-guncang tubuhku. “Iya, aku bangun.” Ujarku bermalas-malasan. Aku berdiri dari tempat tidurku, kemudian mengambil handuk yang tergeletak di meja belajarku.
Aku menatap diriku di cermin. Sambil mengancingkan kemeja kotak-kotak berwarna hitam putih yang mempergagah penampilanku. Aku memperhatikan lingkaran hitam di sekeliling mataku akibat dari kurang tidur. Belakangan ini rasanya aku menderita insomnia. Mungkin karena terlalu banyak pikiran. “Sungmin-ah, apakah kau sudah siap?” ujar yeoja yang tadi membngunkanku. “Ne. Aku segera keluar.” Ucapku sambil berjalan keluar kamarku.
Hari ini aku akan mendaftar ke sekolah baru. Atas anjuran dari adik sepupuku yang membangunkanku tadi, aku pun mendaftar ke sekolah nya . Meskipun pada awalnya Appaku tidak setuju, tapi dia merayu Appaku agar aku dizinkan bersekolah di sana. Dan akhirnya Appaku luluh dengan rayuan cewek tomboy itu. Bahkan meskipun dia adik sepupuku, di nggak pernah mau memanggilku oppa.
Aku harap di sekolah baruku nanti aku mendapat banyak teman. Doakan aku ya,,, Sungmin, hwaiting!!!
Sohee’s POV
Sudah seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Hari ini hari Senin dan aku berangkat sekolah dengan perasaan senang. Entah mengapa firasatku mengatakan bahwa hari ini sangat baik. Dan kurasa sekarang jas milik Lee Sungmin sudah kembali ke pemiliknya. Sebenarnya aku ingin mengenal cowok itu lebih dekat. Tapi apa daya, Donghae oppa melarangku berhubungan dengan orang itu. Bagaimana mau berhubungan, bertemu lagi saja belum tentu.
Bel istirahat pertama berbunyi. Menurutku jam istirahat itu kesempatan untuk menyalin PR atau sekedar mencocokkan jawaban PR. Seperti biasa kalau aku belum mengerjakan PR, selalu satu orang yang kucari yaitu Kyuhyun. Akupun memandang kyuhyun di sebelahku dengan tatapan Puppy eyes. Dia melirikku sebentar dan kurasa dia mengerti karena dia segera mengeluarkan buku PR matematikanya. Tanpa membuang waktu, aku segera menyalinnya ke buku PR matematikaku.
Saat sedang asyik menyalin, tiba-tiba “Sohee, ada yang mencarimu!” teriak Jaehyeon dari pintu kelas. Aku dan Soojin yang sedang menyalin PR kaget mendengar teriakan Jaehyeon yang keras. Karena teriakan itu pun aku menjadi ingin tahu siapa yang mencariku. Aku berjalan menuju keluar kelas dimana orang yang mencariku sedang menunggu. Tebak, siapa yang kulihat! Aku aja nggak tau, soalnya dia menghadap kearah lain sehingga hanya bagian belakangnya saja yang terlihat.
Aku mendekati orang itu. Dia berbalik dan sekarangaku bisa melihat wajaknya dengan jelas. Kurasa aku mengenal namja yang berdiri di depanku ini. “Annyeong Sohee, eoteosimnika?” tanya namja itu dengan suara khasnya. “A…a…apa… apa kau Lee Sungmin?” tanyaku tergagap-gagap karena keget. “Dari mana kau tau namaku?” tanya Sungmin sambil menatapku. “Dari Donghae oppa.” Jawabku. “Apa kau benar dongsaengnya Donghae?” tanyanya lagi. “Ye, kau mengenalnya?” tanyaku spontan. “Sedikit.” Jawabnya lagi. Dan kami pun mengobrol sampai bel masukkan berbunyi.
Sungmin berpamitan kembali ke kelasnya. Tapi kan, kelasnya jauh sekali. Sekolah Oppaku kira-kira berjarak 2KM dari sekolahku. Apa sempat dia kembali ke kelasnya. Ah sudahlah, kurasa bukan saatnya memikirkan hal itu karena guru MTK ku , Kim Songsaenim sudah terlihat dan sedang berjalan menuju kelasku. Untung saja aku sudah selesai menyalin PR tadi.
Pulang sekolah, aku terpaksa naik bis lagi karena Kyuhyun yang biasa pulang bersamaku dengan motornya sedang sibuk. Seperti biasa dia sibuk dengan klub Matematikanya yang akan menghadapi olimpiade. Akhirnya aku pulang dengan teman-teman sekolahku yang lain. Yaitu Soojin, Jaehyeon, Hana, Hyechan, Youngmi, Gyeoul, Haneul, Jungmin, dan Hyeoran yang segera mengambil tempat duduk masing-masing.
Aku yang naik belakangan terpaksa tak bisa memilih tempat duduk karena hanya tersisa satu tempat duduk kosong. Karena tak ingin berdiri akupun segera duduk di kursi itu. Tak kusangka ternyata yang duduk disampingku adalah Sungmin oppa. Aku baru sadar kalau dia memakai seragam sekolahku. Dia yang baru menyadari keberadaanku pun akhirnya mengajakku ngobrol. Ternyata dia pindah ke sekolahku karena suatu alasan yang tidak bisa diceritakannya kepadaku.
Bis yang kutumpangi sampai di halte dekat rumahku. Aku turun bersama Soojin yang rumahnya dekat dengan rumahku (baca: tetanggaan). Kami bercerita panjang lebar. Dia bercerita tentang orang yang sangat dia benci, yaitu Kibum , teman sebangkunya yang nyebelin karena terlalu dingin dan irit ngomong. Aku pun menceritakan tentang Sungmin oppa. Aku bilang bahwa aku merasa sedikit suka pada Sungmin, aku merasa jantungku selalu berdebar lebih cepat jika berada di dekat Sungmin Oppa. Dan kulihat ekspresi Sujin seperti tidak senang saat aku menceritakan tentang hal tersebut. Akupun berhenti membicarakan Sungmin dan terus berjalan sampai halaman depan Rumahku.
** *
Sungmin’s POV
Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 4 sore. Dengan masih berseragam lengkap aku masuk ke dalam rumahku. Sebenarnya pulang sekolah dari tadi yaitu pukul 2 siang. Tapi aku bertemu teman-temanku untuk sekedar nongkrong-nongkrong sambil merokok beberapa batang rokok. Inilah kelakuan nakalku. Yang membuat Appa dan Ummaku stress. Setelah kuperhatikan, di ruang tamuku duduk seorang cewek berambut pendek sedang duduk sambil melirik jam tangannya.
Aku menghampirinya. Ternyata yang duduk disitu adalah adik sepupuku, Sujin. Tatapan matanya terhadapku terasa aneh. Dia menatapku seakan-akan aku adalah namja berbahaya. Satu-satunya orang yang mengenalku luar dalam hanya dia. Dia yang sangat mengerti sifatku dan alasanku menjadi seperti ini. Dia memang baik dan tidak ember. Sehingga aku mempercayakan semua rahasiaku padanya. Dia juga tak pernah melapor kepada kedua orang tuaku.
“Sungmin, aku mau bicara.” Ucapnya dengan dingin juga dengan tatapan tak bersahabat. “Hey, bisakah kau lebih sopan kepadaku. Jangan panggil aku dengan namaku! Aku lebih tua darimu. Dan jangan menatapku seperti itu!” dia terdiam sebentar mendengar ocehanku. “Keurae, Oppa, aku mau berbicara tentang Sohee.” Katanya lagi masih dengan nada dingin. “Ada apa dengannya? Dia anak kelasmu kan?” tanyaku dengan nada biasa saja. “Oppa, apa kau masih belum mengerti juga? Ok, kalau begitu akan menjelaskan padamu.” Ucapnya kemudian berhenti sambil menarik napas dalam-dalam. “Dia itu anak baik-baik. Jadi kuharap jangan mendekatinya lagi. Aku nggak mau dia terpengaruh olehmu, oleh pergaulanmu yang mengerikan. Dia itu sahabatku. Jadi aku juga pasti akan sedih jika dia sampai terpengaruh olehmu.” Katanya dengan suara meninggi.
Aku hanya diam mendengarkan kata-kata adik sepupuku ini. “Oppa, apa kau mendengarku? Kalau kau dengar, tolong jawab aku!”. Aku menarik napas dalam-dalam sebelum angkat bicara. “Aku tidak akan mempengaruhinya. Tapi kurasa aku tidak bisa menjauhinya. Kalau di dekatnya aku selalu merasa nyaman dan tenang. Dan aku merasa seperti tidak punya masalah. Aku berjanji aku akan menjaganya dan aku berjanji akan berusaha untuk berubah.” Ucapku meyakinkannya. Entah mengapa aku tidak bisa menjauhi Sohee. Meskipun baru kenal beberapa hari tapi rasanya ada ikatan batin antara kami.
“Oppa, tidakkah kau mengerti dia terlalu baik untuk orang sepertimu. Bukannya aku melarang untuk kau dekat dengannya tapi aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Dia itu tidak hanya menganggapmu sebagai teman. Dan aku hanya ingin mencegah sebelum terlambat.” Ucapnya lagi. “Aku berjanji tidak akan mencintainya. Aku hanya menganggapnya sebagai dongsaeng sama sepertimu.” Kulihat dia sedikitlega mendengar ucapanku. “Kupegang janjimu, Oppa. Ingat itu!” kali ini dengan tatapan mengancam.
Dalam hatiku aku berjanji akan menjadi orang baik. Aku tidakperduli lagi dengan kedua orang tuaku dan Hyungku apapun yang mereka lakukan, aku akn berusaha menjadi orang baik.
** *
Sohee’s POV
Semakin lama hubunganku dengan Sungmin Oppa semakin dekat. Saat jam istirahat kami selalu bersama juga selalu pulang bareng. Aku jadi semakin mengenal Sungmin Oppa. Dia orang yang sangat baik juga perhatian. Aku rasa aku menyukainya bahkan mungkin mencintainya. Saat di dekatnya aku selalu merasa aman dan nyaman. Tapi aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti biasa aku segera keluar kelas untuk menemui Sungmin Oppa yang belakangan ini selalu menungguku di depan kelas untuk pulang bareng. Tapi hari ini dia tidak ada di depan kelasku. Mungkin kelasnya sedikit terlambat. Dengan sedikit berlari, aku pergi menuju kelasnya. Akhirnya sampai juga di depan kelasnya. Tapi ternyata kelasnya sudah kosong. Dengan perasaan kecewa, aku pun berjalan gontai kearah toilet yang letaknya di pojok sekolah.
Setelah berjalan beberapa saat, aku mendengar dua orang yang sedang bercakap-cakap di salah satu ruangan kelas. Yang satu suara seorang yeoja dan yang satunya lagi adalah suara seorang namja. Kurasa aku mengenal dua suara itu. Karena penasaran, akupun mendekati sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya aku dengan apa yang kulihat. Dua orang itu adalah Sungmin Oppa dan Sujin. Mereka berdua terlihat sangat akrab. Sesekali mereka tertawa dan Sungmin Oppa mengacak-acak rambut pendek Sujin. Inilah percakapan mereka.
Sujin : “Sungmin, kemarin sore aku kerumahmu. Trus, Appa mu membangga-banggakanmu didepanku. Dia bilang kau sudah berubah sekarang. Bagaimana bisa kau berubah?”
Sungmin : “HYA, bisakah kau memanggilku Oppa? Kemrin-kemarin kau memanggilku Oppa. Kenapa sekarang kau kembali memanggilku dengan namaku lagi?”
Sujin : “Aku tidak mau memanggilmu Oppa, aku panggil hyung saja yach!”
Sungmin : “Ok, kurasa aku berubah karena ada seseorang yang membuatku berpikir untuk berubah.”
Sujin : “ Kurasa aku tau siapa orang itu. Pasti orang itu aku.”
Sungmin : “Narsis sekali kau. Tapi aku suka sifat narsismu itu” (sambil mengacak-ngacak rambut Sujin)
Mereka berdua terlihat sangat akrab. Sejak kapan mereka sedekat itu. Melihat keakraban mereka membuat hatiku sakit. Aku menggigit bibir bawahku agar air mataku tidak keluar. Tapi semakin lama air mata ini semakin tidak bisa kubendung lagi. Akupun berlari dan terus berlari. Hatiku hancur berkeping-keping. Air mataku terus mengalir tanpa kuperintahkan. Aku tidak menyangka sahabat yang selama ini kupercaya menghianatiku. Aku juga tidak menyangka orang sebaik Sungmin Oppa tega melakukan ini terhadapku. Aku terus berlari. Tiba-tiba aku seperti menabrak seseorang.
Ternyata yang kutabrak adalah Kyuhyun. Melihatku menangis, kyuhyun segera menarik tanganku ke salah satu kelas yang kosong. “kenapa kau menangis? Ceritakan padaku!” ucap kyuhyun sambil memberikan tissue padaku. Akupun menceritakan apa yang kulihat tadi. Dia hanya tertawa. Dan berkata. “Apa Sujin belum cerita?” kata-katanya itu membuatku penasaran. Jangan-jangan Sungmin Oppa dan Sujin berpacaran. Aku tak berani menanyakan hal itu. Kalaupun mereka berpacaran kenapa mereka nggak pernah cerita. Aku hanya menggelengkan kepalaku saat Kyuhyun menanyakan itu. “ohya, sebaiknya kau cepat pulang. Aku harus kemabali ke ruangan klub MTKku. Jangan sampai orangtuamu khawatir karena kau pulang lama! Aku pergi dulu ya!” ucapnya sambil berbalik menuju pintu.
“Tunggu!” teriakku sambil berlari kearah Kyuhyun. “Apa lagi?” tanyanya sambil berbalik kearahku. “kurasa hubungan persahabatan kita semakin jauh.” Kataku. “kau juga berpikir begitu? Mungkin kau terlalu asik dengan pacarmu itu sehingga melupakan sahabat-sahabatmu.” Komentarnya. “Sebagai permintaan maafku, mau nggak besok jam 4 kita ke restoran prancis di daerah Apgujung. Aku traktir kamu dech.” Rayuku. “baiklah, kutunggu di restoran itu. Jangan terlambat ya!” katanya. Aku hanya mengangguk.
Pulang sekolah aku pulang dengan Sungmin Oppa. Karena kejadian kemarin, hari ini aku bersikap dingin kepada Sujin. Tapi nggak tau kenapa aku tidak bisa marah kepada Sungmin Oppa. Bahkan pulang sekolah ini dia bilang ingin mengajakku ke suatu tempat dan aku mengikutinya. Meskipun nanti sore aku ada janji dengan Kyuhyun aku tetap saja mengikuti Sungmin. Apa mungkin aku sudah terlalu cinta sama Sungmin sehingga apa yang Sungmin Oppa suruh selalu kuikuti.
Setelah berjalan beberapa lama akhirnya kami sampai di tempat yang Sungmin oppa maksud. Ternyata tempat itu adalah perpustakaan kota. Ternyata Sungmin Oppa tahu kalau aku suka membaca. Darimana dia tahu yawh. Tunggu, aku nggak boleh kepincut sama perlakuannya hari ini. Aku hanya ingin mencari tahu apakah mereka berdua benar-benar pacaran. Kalau mereka benar-benar pacaran kenapa Sungmin Oppa malah lebih sering dekat denganku daripada Sujin. Sepertinya ada yang tidak beres. Pokoknya aku sudah bertekad hari ini aku harus dapat penjelasan atas semua yang terjadi.
“Ayo kita masuk. Kurasa kalau lama diluar kamu bisa kedinginan. Sekarang kan musim gugur.” Kata Sungmin Oppa sambil menarik tanganku masuk. Kami pun masuk ke dalam ruangan luas yang dipenuhi berpuluh-puluh rak yang berisi buku-buku. Kami berdua segera berjalan menuju ke tempat novel-novel. Aku memperhatikan kembali perpustakaan ini. Sudah hampir dua tahun aku tidak pernah kesini lagi. Mungkin karena kesibukanku setelah masuk SMU. Dan aku selalu menggunakan internet untuk mencari kalau ada tugas. Rasanya aku sangat rindu tempat ini. Dulu aku sering kesini bersama Appa dan Oppaku.
Setelah mencari beberapa lama, akhirnya aku mendapatkan buku-buku yang ingin kubaca. Aku melirik Sungmin Oppa yang sedang mengamati buku-buku yang bertumpuk di depannya. Dia melihatku seakan-akan bertanya apakah aku sudah mendapat buku yang kuinginkan. Akupun hanya mengangguk. Kemudian dia mengambil salah satu buku di hadapannya kemudian menarik tanganku menuju salah satu meja yang kosong. Di tempat duduk itu aku mulai membaca novel yang kupegang. Apa aku harus menanyakannya sekarang? Tapi aku takut. Lagipula apa hubungannya denganku kalau mereka berdua benar-benar pacaran. Aku kan bukan siapa-siapanya Sungmin Oppa. Lagipula aku tidak boleh egois. Kalau Sungmin Oppa sukanya sama Sujin aku harus rela. Bukannya cinta tak harus memiliki.
Aku sudah putuskan. Aku harus mendapat kejelasan. Meskipun bukan urusanku tapi sebagai sahabat Sujin aku harus tahu. Akupun memberanikan diri untuk bertanya pada Sungmin Oppa. “Oppa, aku mau tanya sesuatu.” Ucapku dengan dada yang berdebar-debar. Walau bagaimanapun aku harus siap dengan semua kemungkinan jawaban yang akan dilontarkan Sungmin Oppa. “Ini perpustakaan jangan ribut. Kalau mau tanya sesuatu nanti saja kalau sudah keluar.” Katanya sambil tetap memperhatikan buku di depannya. “Tapi Oppa,…” “Tak ada tapi-tapian. Baca sajalah!” potong Sungmin Oppa pada ucapanku. Ya sudahlah nikamati saja buku yang kubaca. Lagipula ceritanya cukup menarik.
Sudah sekitar 100 halaman yang kubaca dari novel ini. HUAHH, ngantuk sekali. Meskipun aku suka membaca, tapi aku selalu mengantukdipertengahan membaca. Aduh, rasanya mataku berat sekali. Sudahlah, tidur saja sebentar. Masih ada waktu setengah jam sebelum jam janjianku dengan Kyuhyun. Paling-paling nanti aku akan terbangun sendiri.
Aku membuka mataku perlahan-lahan. Perpustakaan ini tidak berubah. Rupanya aku sudah bangun dari tidurku. Aku mengucek-ngucek mataku yang belum sepenuhnya sadar. Oh ya, aku kan janjian dengan Kyuhun. Aku melirik Sungmin Oppa disampingku yang sedang memandangiku. Melihat matanya membuatku semakin tak ingin jauh darinya. Aku melihat jam tanganku yang ternyata sudah menunjukkan pukul 18.00 atau jam 6 sore. OMO, aku terlambat dua jam dari waktu janjian Kyuhyun. Akupun segera berpamitan dengan Sungmin Oppa. Dan beranjak pergi dari perpustakaan itu..
Dengan sedikit berlari aku menyusuri jalan kota Seoul. Musim gugur membuat uadara di kota ini menjadi lebih dingin dari biasanya. Untung saja perpustakaan itu dekat dengan restoran tempatku janjian dengan Kyuhyun. Kuharap dia masih menunggu. Meskipun kemungkinannya kecil kalau dia masih menunggu. Sekali lagi aku melihat jam tanganku. Sudah 5 menit aku berjalan. Dan restoran kini hanya berjarak 5 meter dari tempatku berdiri. Segera kupercepat langkahku menjadi setengah berlari.
Kini pintu kaca restoran ini tepat di depanku. Aku menarik nafasku sebelum kulangkahkan kakiku menuju ke dalam restoran. Hap, kini aku benar-benar berada didalam restoran. Mataku menyapu ke seluruh sudut dari restoran ini berharap menemukan wajah yang kukenal. Mataku berhenti di salah satu meja di pojok dekat jendela. Itu pasti Kyuhyun. Tanpa membuang waktu lagi, akupun berjalan menuju meja itu. Tapi Kyuhyun tidak sendiri disitu. Dia bersama yeoja berambut pendek yang duduk berhadapan dengannya. Siapa dia. Bukannya Kyuhyun janjiannya sama aku. Akupun memperhatikan mereka berdua. Itu memang banar-benar Kyuhyun. Kurasa aku tidak salah orang. Hei, sepertinya aku mengenal yeoja itu. Bukannya dia itu Sujin. Kenapa dia bisa ada disini?
Dengan segera aku memakai penutup kepala jaketku. Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Sedikit-sedikit mereka tertawa. Aku berjalan kearah meja disamping meja mereka yang kebetulan kosong. Aku sengaja menghadap kearah lain agarmereka tidakmenyadari keberadaanku. Yach, kurasa aku berhasil. Karena sepertinya kedua sahabatku ini tidak menyadari keberadaanku. Mereka ini sungguh tidak tahu malu. Di tempat umum seperti ini suara mereka tidak pelan-pelan tapi keras. Dan inilah percakapan mereka.
Sujin : “Kenapa yach, hari ini sifat Sohee terhadapku sangat aneh. Dia ngacangin aku terus seharian. Setiap kusapa atao kuajak ngomong dia selalu pura-pura nggak dengar.”
Kyuhyun : “Kayaknya aku tahu dech masalahnya. Jadi, kemarin itu Sohee nangis waktu pulang sekolah. Trus dia bilang dia nangis karena lihat kamu sama Sungmin Hyung lagi berduaan. Trus kalian tuh akrab abnget dech. Emangnya kamu belum cerita ya, kedia?”
Sujin : “Belum sih. Aku belum dapet waktu yang pas aja”
Kyuhyun : “ngapain perlu waktu? Aku kasihan liat dia salah paham trus nangis-nangis. Kamu kan tinggal bilang, kalau kamu sama Sungmin Hyung itu sepupuan. Beres toh! Lagian kenapa kamu nggak kasih tahu dia sih?”
Sujin : “Awalnya, aku sama sekali nggak merestui hubungan mereka. Kamu tahu kan dulu sifat Sungmin Hyung seperti apa. Dia pindah ke sekolah kita juga karena dia dikeluarkan dari sekolahnya yang lama. Tapi sekarang dia udah berubah. Dan kurasa itu semua karena Sohee. Mungkin karena kepolosan Soheelah yang membuat Sungmin Hyung jadi berubah. Lagian setelah kupikir-pikir kalau aku ngasih tau dia sekarang pasti dia tanya ini-itu tentang Sungmin Hyung. Aku bisa stress kalau ditanyain terus. Jadi, biarkan waktu yang memberitahunya.”
Kyuhyun : “Dasar, sok puitis loe,,,!! Oh ya, jeongmal gomaweo, kamu dah mau datang kesini nemenin aku nungguin Sohee. Sayang yach, Jaehyeon ada urusan keluarga. Sohee nggak datang juga sampe sekarang. Kalau kita ngumpull semua kan seru jadi kayak dulu lagi. Yach meskipun aku harus ngeluarin duit buat nraktir kamu.”
Sujin : “Itulah gunanya teman. Menghabisakan duit temannya. … Tapi jangan-jangan Sohhe bener-bener lupa lagi. Sudah dua jam lebih belum datang juga. Oh ya, aku curiga jangan-jangan Jaehyeon pergi dengan Siwon. Katanya dia baru jadian sama Mas kuda itu.”
Kyuhyun : “Mungkin juga seeh,ya udah dech. Aku capek nih, Bulik yukz!”
Sujin : “yukz…”
Mereka berdua beranjak dari meja dan berjalan menuju kasir. Jadi ternyata Sungmin Oppa dan Sujin sepupuan. Aku sedikit lega mengetahui mereka tidak pacaran. Mian ya Kyuhyun, aku sudah bikin kamu nunggu lama. Kurasa alasan Sujin tidak memberitahuku cukup masuk akal. Yach, sekarang aku bisa pulang dengan tenang. Tapi, apakah hubunganku dengan sahabat-sahabatku sejauh itu. Bahkan aku sampai tidak tahu Jaehyeon sudah jadian. Ini semua salahku. Lain kali aku akan mentraktir mereka.
Sungmin’s POV
Aku menutup buku di depanku. Dan melihat jam dinding besar yang tergantung di dinding perpustakaan ini. Sudah jam setengah tujuh rupanya. Sohee bilang dia ada janji, jadi dia pulang duluan. Aku penasaran dengan apa yang mau ditanyakan oleh Sohee tadi. Sudahlah besok saja kutanya. Akupun mengembalikan buku-buku di hadapanku kembali ke raknya semula. Kemudian berjalanpelan-pelan kearah pintu keluar perpustakaan ini.
Diluar sudah gelap, dan bertambah dingin pastinya. Aku berjalan sanatai meninggalkan bangunan besar yang kudatangi tadi. “Hyaa! Lee Sungmin, tunggu!” teriak seseorang dari belakangku. Aku berbalik dan melihat seorang namja berjalan kearahku. Sepertinya aku pernah melihat namja itu. Namja itu terus berjalan sampai jaraknya hanya 1 meter di depanku. “Ada perlu apa?” tanyaku pada namja di depanku. “Kau masih ingat aku kan” tanya namja itu padaku. “Tentu saja aku ingat. Kau Lee Donghae kan?” jawabku. “Baguslah kalau aku ingat. Jadinya aku nggak perlu memperkenalkan diri lagi padamu.” Ujarnya dengan dingin.
“Langsung saja! Ada perlu apa denganku?” tanyaku dengan nada datar. “Aku ingin membicarakan tentang dongsaengku.” . “Maksudmu Sohee?” tanyaku. “ye, aku ingin tanya apa hubunganmu dengannya?” tanyanya. “ hanya teman!” jawabku singkat. “huh,,, aku nggak percaya. Aku melihat kalian berdua tadi di perpustakaan dan kalian terlihat mesra. Saat Sohee tidur kau mengelus-elus rambutnya… Apa itu yang namanya teman. Kau harus ingat yach! Sampai kapanpun aku nggak akan setuju kalau kau berhubungan dengan dia lagi. Jauhi dia!” donghae berkata panjang lebar padaku. Aku yakin Donghae berpikir kalau aku belum berubah. Dia pasti sangat mengkhawatirkan dongsaengnya. “Aratseo.. Aku akan menjauhinya. Aku berjanji. Tapi bisakah aku tetap berteman dengannya.” Sangat berat mengatakan hal tersebut. Tapi aku yakin kalau aku adalah Donghae, aku juga akan melakukan hal yang sama dengan Donghae. “bertemanlah seperti layaknya seorang teman. Bukan seperti pacaran. Aratseo?” katanya lagi dengan sedikit berteriak. “Ne, Aratseo”
Donghae berjalan menjauhiku. Terus berjalan sampai tak terlihat lagi. Aku berdiri diam di tempatku. Sambil menata hatiku. Sekarang sudah dua orang yang menentang hubungan kami. Meskipun kami belum pacaran, tapi kurasa hubungan kami sudah seperti orang pacaran. Kau tau cinta tanpa kata-kata. Itulah yang terjadi pada kami. Kami tak pernah bilang saling mencintai, tapi hati kitalah yang berkata. Meskipun aku tau kalau aku tak bisa menjauhinya. Aku harus menjauhinya. Meski aku tau akan sangat sakit hati kita berdua nantinya, tapi aku harus melakukannya. Mianhae, Sohee. Jeongmal Mianhae.
Kini aku sudah berada di depan pintu rumahku. Aku membuka perlahan-lahan pintu besar rumah ini. Dengan berjalan gontai aku masuk ke dalam rumah besar ini. “Ya, deongsaeng-ah, kau sudah pulang?” ucap seseorang yang ternyata Leeteuk Hyung. “Hyung, Kenapa kau pulang?” tanyaku spontan. “Waeyo? Kau tidak ingin aku pulang? Kalau begitu aku akan kembali ke Amerika besok.” Jawabnya sedikit bercanda. “Aniyo, bukankah studimu belum selesai?” tanyaku. “memang belum. Tapi Appa menyruhku pulang. Lagipula ada seseorang yang ingin kukenalkan pada kalian.” Katanya. “oh, kalau begitu aku ke kamar dulu yach. Aku mau mandi.” Ucapku sambil berjalan ke arah kamarku.
Appaku memanggilku untuk makan malam bersama. Dia bilang ingin membicarakan sesuatu yang penting. Aku pun menuruti perintahnya dan menuju meja makan. Di meja makan, aku melihat seseorang yang asing. Dia duduk di samping Leeteuk Hyung. Tapi aku tak terlalu memperdulikannya. Aku penasaran dengan apa yang Appaku ingin bicarakan. Makan malam pun berjalan dengan tenang. Tak ada yang berbicara selama makan malam berlangsung.
“Ada yang ingin aku kenalkan pada kalian.” Ucap Leeteuk Hyung saat makan malam telah selesai. “Namanya Hyeonna, yeojachingu ku. Dia orang Korea yang juga kuliah di Amerika.” Kata Leeteuk Hyung sambil memandang pada Yeoja disampingnya. Aku melirik yeoja yang duduk di samping Leeteuk Hyung. Aku memperhatikan Appaku yang sedang memandang dengan teliti Hyeonna Nuna. Sedangkan orang yang dipandang hanya menunduk seperti ketakutan. “hmm,,” gumam Appaku. “Kurasa dia wanita baik-baik.” Lanjut Appaku. Ummaku tersenyum kepada Hyeonna Nuna dan dibalas dengan senyuman manis yang tersungging di bibir Hyeonna Nuna.
“Appa, sebenarnya apa yang ingin Appa bicarakan?” tanya Leeteuk hyung. Appa hanya diam seperti memikirakan kata yang tepat. “Appa ingin kalian memimpin cabang perusahaan Appa di Amerika. Appa sudah mengatur kepergian kalian dan kalian akan pergi minggu depan. Dan kau, Sungmin, kau berhenti sekolahmu di sini dan melanjutkan sekolahmu di Amerika.” Kata Appaku dengan tatapan yang mengartikan kalau kata-katanya tak bisa dibantah. Aku hanya diam mendengar kata-katanya. Aku nggak berani membantah. Minggu depan aku akan pergi ke Amerika. Kurasa aku akan benar-benar menjauh dari Sohee. Mungkin sudah takdir. “Appa, tak bisakah menunggu aku lulus SMA?” tanyaku mencoba menawar keputusan Appaku. Appaku memandangku dengan tatapan tegas. “Apakah kau ingin membantah keputusanku? Keputusanku tidak bisa diganggu gugat. Kau harus berangkat minggu depan.” Aku hanya menelan ludah mendengar jawabannya.
Aku berjalan ke kamarku dengan gontai. Bahkan keadaan pun tak mendukung hubungan kami. Umurku masih 18 tahun dan aku harus memimpin perusahaan Appaku. Aku ingin bercerita tapi dengan siapa. Dengan Sohee? Kalau dia tahu minggu depan aku harus ke Amerika pasti dia akan sedih. Akupun memutuskan untuk bercerita kepada adik sepupuku yaitu Sujin. Dengan segera aku menelponnya. Tapi handphonenya tidak aktif. Dengan terpaksa, akupun harus menyimpan masalah ini sendiri.
“kamu punya masalah, ya?” ujar seorang namja dari depan pintu kamarku yang terbuka. “Hyung sedang apa kau disini. Mana Hyeonna Nuna?” tanyaku pada Hyungku. “dia sudah pulang. Jawablah pertanyaanku! Apa kau sedang ada masalah? Kuperhatikan kau seperti orang yang sedang punya masalah. Ceritakanlah kepadaku.” Kata Leeteuk Hyung sambil berjalan masuk ke kamarku. “Aniyo, gwaencanayo!” bantahku. “jujur sajalah! Kau tidak bisa membohongiku.” Dengan terpaksa aku pun menceritakan masalahku pada Hyungku ini. Rasanya lega bisa berbagi masalah dengan orang lain. Leeteuk Hyung hanya diam saat aku berbicara dan sedikit berkomentar.
“Aku senang sekarang kau sudah berubah. Tidak seperti dulu. Sekarang kau sudah sedikit loyal padaku.” Kata Leeteuk Hyung setelah aku selesai curhat padanya. “Dulu aku sangat egois dan tidak memikirkan orang lain. Sekarang aku tidak seperti dulu lagi.”kataku membanggakan diri. “Baguslah kalau begitu. Aku kembali ke kamarku dulu yawh.” Kata Leeteuk Hyung sembari berjalan keluar kamarku.
Sohee’s POV
sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Sungmin Oppa. Kata teman-teman sekelasnya dia tidak masuk sekolah. Aku ingin tanya pada Sujin, tapi nanti dia kaget aku mengetahui kalau dia adalah sepupu Sungmin Oppa. Sekarang hubunganku dengan sahabt-sahabat menjadi akrab seperti sedia kala. Tapi perasaanku tidak enak. Aku merasa seperti tidak akan bertemu dengan Sungmin Oppa lagi. Apa perasaan ini benar. Tapi rasanya hati ini sedih sekali. Seperti ada yang hilang dari hati ini.
Karena tak sabar akupun menanyakan perihal Sungmin pada Sujin. Bertapa kagetnya aku dnegn jawabannya. Dia bilang Sungmin Oppa pindah ke Amerika karena ada urusan keluarga. Kenapa aku tidak diberi tahu. Sujin pikir Sungmin sudah memberitahuku. Akupun menanyakan kapan kepergian Sungmin. Ternyata dia pergi sore ini. Dengan berbaik hati Sujin mengajakku mengantar kepergian Sungmin Oppa ke Amerika. Jaehyeon yang mendengar pembicaraan kami juga akan ikut bersama kami. Aku setuju dan pulang sekolah nanti aku, Sujin dan Jaehyeon akan langsung pergi ke bandara.
Kami sudah sampai di bandara. Tapi semua terlambat. Pesawat Sungmin sudahlepas landas. Hatiku benar-benar hancur. Bahkan untuk bilang selamat tinggal saja tidak sempat. Akupun belum bilang Saranghaeyo padanya. Bbabonya aku. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin Sujin memberitahuku. Tapi menyesalpun percuma. Cinta pertamaku sudah meninggalkanku pergi ke negeri orang tanpa ku tahu alasannya. Air mata ini keluar tanpa perintahku. Sujin dan Jaehyeon yang dari tadi berdiri di sampingku memelukku sembari menenangkanku. Aku tahu semuanya sudah terlambat. Rasanya aku ingin mengejarnya. Bahkan sampai sekarang aku belum tahu perasaan Sungmin Oppa padaku.
Aku masih menangis di dalam taxi. Kami terpaksa naik taxi karena aku ingin segera pulang sedangkan keluarga Sujin masih ingin mampir ke rumah Sungmin Oppa. Sujin dan Jaehyeon yang duduk di samping kiri kananku terus menenangkanku dan menghiburku. Aku mengambil handphoneku dari tas sekolahku. Ternyata ada satu pesan. Aku membukanya dan tertera nama Sungmin Oppa di nama pengirimnya. Aku membaca dengan mata berlinangan air mata.
Dear Sohee,
Mianhae aku pergi nggak bilang2. Coz ini jga dadakan. Aku cma mw blg
Mianhae dan gomaweo. Annyeong kesyeyo
Jgn mnungguku. Aku akan trus ingat kamu. Jgan lupain aku yach,,, >,<
Pesan ini membuat airmataku semakin keluar tanpa bisa dihentikan. Dengan segera aku menelponnya tapi handphonenya tidak aktif. Pasti karena sekarang ini dia ada di dalam pesawat. Mianhae dan Gomaweo juga untuk semuanya. Gomaweo dah kasih musim gugur terindah di hidupku. Aku menemukan cinta pertamaku di awal musim gugur dan kehilangan orang yang sama pada akhir musim gugur. Kurasa tahun ini aku akan merasakan musim dingin yang penuh kesedihan. Hikz… hikz… T.T
Taxi berhenti di depan rumahku. Kami bertiga turun. Sujin menopang tubuhku yang lemas dan sudah tidak kuat berdiri. Sedangkan Jaehyeon membayar taxi. Kami masuk ke dalam rumahku. Donghae Oppa kaget melihatku dibopong oleh dua orang cewek. Dengan segera dia mengambilku dari bopongan Sujin dan Jaehyeon. Dia membaringkanku di kamar tidurku. Dilihat dari ekspresi wajahnya sepertinya dia sangat khawatir. Umma dan Appaku sedang tidak ada di rumah. Kalau mereka ada pasti mereka sangat khawatir.
Setelah mendapat posisi wenak (PW) di tempat tidur. Aku segera tidur untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari Donghae Oppa. Dan kurasa actingku berhasil. Dia segera keluar dan menutup pintu kamarku. Aku membuka mataku perlahan. Pasti sekarang ini mataku bengkak. Dari dalam kamarku aku bisa mendengar percakapan di luar kamar.
Donghae : “Hei, apa yang terjadi pada dongsaengku. Kenapa dia menjadi seperti itu.?”
Sujin : “Aku tidak tahu. Jangan tanya aku.”
Donghae : “Bohong! Aku yakin pasti kamu tahu.”
Sujin : “Bawel banget sih. Kalau aku bilang nggak tahu, ya nggak tahu. Tanya orang lain!”
Donghae : “Galak banget sih. Ohya, temanmu yang tadi mana?”
Sujin : “Yang mana?”
Donghae : “Itu Yeoja yang cantik yang ngebopong Sohee tadi.”
Sujin : “Oh, maksudmu Jaehyeon. Dia lagi nelpon Nyokapnya. Eh kenapa cari dia?”
Donghae : “Nggak papa, Cuma mau kenalan aja.”
Sujin : “Heh, jangan-jangan kamu suka sama dia?”
Donghae : “Kalau iya memngnya kenapa? Nggak boleh?”
Sujin : “Jangan mimpi! Dia itu pacar anak pemilik Hyundai Department Store.”
Donghae : “Kalau yang kamu maksud Choi Siwon, aku menyerah.”
Sujin : “Baguslah kalau kau sadar.”
Hanya itu yang bisa kudengar dari percakapan mereka. Karena setelah itu aku memasuki dunia mimpiku. Aku harap bisa menghilangkan rasa sakit di hatiku ini. Dan aku berharap setelah aku bangun nanti, aku akan sadar kalau semua ini hanya mimpi. Adakah orang lain yang bisa menggantikan Sungmin Oppa di hatiku?
Sungmin’s POV
Akhirnya, aku sampai di kota tujuanku, Los Angeles. Mataku menyapu seluruh sudut di airport ini. Berharap menemukan Hyungku. Leeteuk Hyung sudah kembali ke sini 2 hari yang lalu. Dan dia bilang dia akan menjemputku di airport. Sekali lagi kucoba untuk menghubungi handphonenya. Tapi tidak aktif. Aduh, aku kan baru pertama kali kesini. Bagaimana kalau nanti aku tersesat. Aku memperhatikan sekali lagi airport. Dan rasanya lega melihat Leeteuk Hyung berlari menghampiriku.
Aku dan Leeteuk Hyung berada di dalam restoran cepat saji untuk makan malam. Rasanya aku merindukan Sohee. Apakah dia juga merindukanku. Seorang pelayan perempuan mendatangi kami dan menanyakan pesanan kami. Pelayan itu tersenyum pada kami. Kalau kuperhatikan sepertinya dia bukan orang Amerika. Malahan dia lebih mirip orang asia. Kalau kuperhatikan wajahnya sedikit mirip dengan Sohee. Apakah cuma perasaanku saja tapi, rasanya dia benar-benar mirip dengan Sohee.
Pelayan itu berbicara dengan Leeteuk Hyung. Mereka tidak berbicara bahasa Inggris melainkan Bahasa Korea. Jangan-jangan pelayan itu orang Korea. Dan mereka terlihat akrab. “oh ya, perkenalkan ini Dongsaengku, Lee Sungmin.” Ujar Hyungku pada pelayan itu. “Oh. Annyeong haseyo, choneun Kim Tanhee imnida.” Kata pelayan itu sambil membungkukkan badan di depanku. “Sungmin Imnida.” Setelah Tanhee mencatat pesanan kami diapun pergi ke kasir.
“Hyung, dia siapa?” tanyaku pada Hyungku. “Dia dongsaeng temanku. Dia orang Korea, tapi dia ikut kakaknya pindah kesini.” Jelas Hyungku. “Owh.” Jawabku singkat. 5 menit kemudian makanan yang kami pesan akhirnya datang. Kami berdua menghabiskan makanan itu dengan santai. Sama sekali tak ada pembicaraan yang terjadi saat kami makan. Restoran ini sudahsepi karena sudah malam. Hanya ada suara sendok besi yang beradu dengan garpu dan piring. Sampai tiba-tiba terdengar ringtone no other dari handphone Hyungku yang menandakan ada telepon masuk.
Hyungku terlihat pucat saat mendapat telpon itu. Dengan segera dia pergi menghampiri Tanhee yang berada di meja kasir. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Aku hanya melihat Tanhee mengangguk-angguk. Saat pembicaraan dengan Tanhee selesai, Leeteuk hyung menghampiriku lagi. “Aku ada urusan darurat. Kau akan diantar ke apartementku sama Tanhee. Ini kunci apartmentku.” Ucap Leeteuk hyung yang kemudian pergi keluar restoran. Aku hanya memandangi kunci apartment yang dia berikan padaku.
Aku duduk di bangku penumpang, sedangkan Tanhee menyetir mobil ini disampingku. “Apakah kau kenal dekat dengan Hyungku?” tanyaku membuka percakapan. “Ya. Dia teman Oppaku.” Jawabnya. Kami berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhirnya akupun mencoba untuk membuka percakapan. “Kau mirip temanku di Korea.” Kataku karena tidak ada topic pembicaraan lain. “Keuraeyo? Nugu?” tanyanya penasaran. “Namanya Sohee, Lee Sohee.” Jawabku. Dia diam mendengar jawabanku, Tanhee mengerutkan dahinya seperti sedang berpikir. “Apakah yang kau maksud Lee Sohee dongsaengnya Lee Donghae?” tanyanya yang membuatku kaget. “Ne. kau mengenalnya.” Tanyaku dengan antusias. “Tentu saja. Dia sepupuku. Wah, aku tidak menyangka kau teman sepupuku.” Jawabnya.
Kami meneruskan mengobrol sampai tak terasa sudah sampai. Dia mengantarku sampai di depan pintu apartment Hyungku. Ternyata dia anak yang asyik. Umurnya baru 17 tahun. Setahun lebih muda dariku. Restoran tadi adalah milik Oppanya. Dan dia bekerja di situ untuk menambah uang saku. Entah kenapa bertemu dengannya membuatku terasa terhibur. Sampai di kamar, akupun segera tertidur. Dan tenggelam dalam dunia mimpiku. Aku benar-benar merindukan senyuman Sohee.
~7 YEARS LATER~
Sohee’s POV
Aku memandangi halte bis itu dari seberang jalan. Aku menutup mataku mengingat-ingat kembali kenangan yang pernah kualami di halte ini. Kenangan bertemu dengan cinta pertamaku. Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Akupun membuka mataku dan melihat seorang namja yang sangat kukenal sedang duduk di halte tersebut. Aku sangat mengenal namja itu. Dia tak banyak berubah. Masih sama seperti 7 tahun yang lalu. Apakah dia menyadari keberadaanku di seberang halte itu.
Aku menatap namja itu sekali lagi. Kemudian pandanganku beralih pada seorang yeoja disampingnya. Aku juga mengenal Yeoja itu. Mereka berdua adalah pasangan yang serasi. Hujan rintik-rintik membuatku tersadar dari lamunanku. Aku tersenyum melihat dua orang itu. Aku berharap mereka bahagia. Aku merapatkan jaketku menghindari udara dingin musim gugur di Seoul.
Aku merasa hujan tidak mengenai kepalaku. “Mianhae, aku terlambat.” Ujar seorang namja dari belakangku. Aku membalikkan badanku dan melihat namja itu memayungiku dengan sebuah payung berwarna putih. “Bisakah kita pergi sekarang?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kemudian namja itu merangkulku. Aku melirik sebentar ke halte itu. Dan melihat orang yang pernah kucintai sedang menatapku sambil tersenyum. Lee Sungmin, aku harap kau bisa berbahagia dengan yeoja disampingmu yang tak lain adalah Kim Tanhee, sepupuku. Kudengar Sungmin Oppa akan menikah bulan depan menyusul Hyungnya yang menikah bulan lalu dengan seorang wanita bernama Hyeonna. Chukae Sungmin Oppa dan Tanhee.
“Chagi, kita mau pergi kemana?” Tanyaku pada namja disampingku. “Kau lihat saja nanti!” jawabnya yang semakin membuatku penasaran. Aku hanya mengikuti kemana dia akan pergi. Berada di dalam rangkulannya sungguh menghangatkanku. Lebih lagi, dia selalu berusaha agar aku tak terkena air hujan yang semakin deras. Aku menatap wajah Namja yang kini adalah pacarku. Pacarku yang pertama dan semoga juga akan menjadi pacar terakhir dalam hidupku. Dialah Kyuhyun, sahabatku yang mampu mengobati semua luka dihatiku karena kepergian Sungmin Oppa. Dia mampu menggantikan Sungmin Oppa dihatiku sekaligus membuatku jatuh cinta padanya.
Kami sampai diparkiran tempat Kyuhyun memarkir mobilnya. Dia membukakan pintu mobil untukku dan akupun masuk tanpa basah sedikitpun. Taak berapa lama kemudian, mobil berjalan dengan mulus melewati jalanan kota Seoul yang bermandikan air hujan. Aku menatap keluar jendela dan melihat dua orang yang kukenal. Dua orang itu berjalan pelan dibawah guyuran hujan tanpa payung. Dua orang itu memang terkenal suka dengan air. mereka adalah Lee Sujin dan Kim Kibum, sahabat sekaligus teman SMUku. Aku masih ingat kalau dulu Sujin sangat membenci Kibum kaena sifat pendiam Kibum. Tapi, tak disangka sekarang mereka berpacaran bahkan sudah bertunangan. Mungkin cinta lokasi karena kuliah di tempat yang sama.
Kemudian aku mulai berpikir tentang Jaehyeon. Sekarang dia sudah bertunangan dengan pacarnya saat SMU dulu yang tidak lain adalah anak pemilik Hyundai Department Store a.k.a Choi Siwon. Aku teringat dengan undangan yang kuterima beberapa hari lalu dari Jaehyeo dan Siwon. Undangan pesta pertunangan mereka berdua yang tentu saja diadakan di hotel bintang lima. Chukkae buat kalian berdua semoga berbahagia. Dan tidak lupa juga kuberi selamat untuk Donghae Oppa yang akan memiliki anak dari hasil pernikahan dengan Siyeong Onnie setahun lalu. Semoga anak ini bisa mempererat hubungan kalian berdua. Chukkae.
Tak terasa mobil ini sudah berhenti dan terpakir rapi di tempat parkir sebuah hotel mewah bintang lima yang letaknya di tengah-tengah kota Seoul. Kyuhyun turun dari mobil kemudian membukakanku pintu mobil dari luar. Akupun merapikan dress putihku setelah turun dari mobil. Dan aku membuka jaketku sehingga dress bertali spaghetti yang kukenakan terlihat. Kyuhyun menggandeng tanganku dan membimbingku ke arah lift. Di dalam lift, kyuhyun memencet tombol 21. Bukannya itu lantai teratas dari hotel ini yang kalau tidak salah di lantai itu adalah sebuah restoran. Aku tidak menyangka Kyuhyun akan membawaku kesini. Dia hanya bilang akan mengajakku Candle Light Dinner.
Aku terperangah ketika sampai di restoran itu. Lampu di restoran ini tidak menyala. Hanya ada satu meja di tenah ruangan dan kelopak bunga mawar tersebar di lantai restoran ini yang terbuat dari marmer. Suara instrument music piano yang indah dan Lilin-lilin kecil yang tersebar di seluruh ruangan membuat suasananya semakin romantis. Kyuhyun menggengam tanganku kemudian menuntunku yang masih takjub ke tengah ruangan dan mendudukkanku di kursi. Kemudian Kyuhyun duduk di kursi dihadapnku. Aku rasanya ingin menangis karena terharu. Dinding restoran yang terbuat dari kaca membuat pemandangan di luar terlihat. Sungai Han terlihat sangat indah. Apakah sekarang ini aku berada dlam mimpi. Ini semua terasa tak nyata bagiku.
Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan dengan pakaian resmi mendatangi kami dan menghidangkan menu termewah direstoran ini juga 2 gelas champagne. Tubuhku rasanya kaku meskipun makanan di depanku terlihat enak, aku sama sekali tak bertenaga untuk mengambilnya. Apa lagi, kejutan apa lagi yang akan kau berikan untukku, Kyuhyun? Kamu benar-benar namja terhebat. Aku semakin mencintaimu.
Kyuhyun bangun dari duduknya kemudian berjalan ke arahku dan berlutut dihadapanku. Dia mengeluarkan sebuah kotak dari kantong celananya kemudian kemudian membuka kotak itu dihadapanku. 2 benda bersinar terlihat di dalamnya. “Nawa gyuhrhonhaejullae?” ucapnya yang semakin membuatku matirasa kerena senang. Sekarang ini lidahku tidak mampu untuk berkata apa-apa. Air mata terharu keluar dari kedua mataku. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi. Melihat anggukanku, Kyhyun memelukku kemudian mengecup keningku. Dia memakaikan cincin permata itu di jari manis tangan kiriku. Dia memelukku lagi kemudian mengecup bibirku sesaat. Dia memandangku dan tersenyum senang. Ekspresinya seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapat permen dari kedua orangtuanya. Kyuhyun berdiri dan mengajakku berdansa diiringi dengan instrument piano yang dari tadi terdengar. Kyuhyun, saranghaeyo. >,<
4 bulan kemudian…
Aku benar-benar cantik hari ini. Dengan gaun putih panjang menjuntai ke lantai. Hiasan kepala bunga-bunga yang menghias sanggulan rambutku. Riasan simple yang mempercantik wajahku. Hari yang kutunggu-tunggu tiba juga. Hari pernikahanku yang akan selalu kuingat sampai aku mati. Hari bersejarah sebagai awal hidupku sebagai seorang istri. Aku sangat bahagia hari ini. Aku menutup mataku dan mengingat kembali malam disaat Kyuhyun melamarku. Bahkan, sekarang ini perasaanku lebih bahagia daripada malam itu. Tapi aku tak bias memungkiri bahwa jantungku deg-degan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah ini yang dirasakan calon pengantin yang akan menikah? Kurasa ya, karena sekarang ini aku adalah calon pengantin dan beberapa menit lagi aku akan menjadi pengantin yang sesungguhnya. Berdiri di altar bersama calon suamiku dan mengucap janji suci untuk terikat selamanya.
Semua ini mengajarkan satu hal padaku, satuhal penting tentang cinta. Bahwa kita tidak bisa menduga siapa yang akan menjadi cinta sejati kita nantinya. Bahkan, terkadang orang yang sangat dekat dengan kita yang tidak pernah terduga oleh kitalah yang menjadi cinta sejati kita. Terkadang soulmate kita bukanlah jodoh kita. Dan terkadang orang yang kita benci ternyata adalah jodoh kita. Taukah kau artinya? Menurutku artinya adalah jodoh di tangan Tuhan. Dan kita sebagai makhluk yang mengabdi kepada-Nya hanya harus mengikuti permainan hidup ini yang sudah tergaris sebagai takdir. Dan kau hanya harus bisa mengantisipasi segala kemungkinan tentang cinta sejatimu.
The End ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Ada yang ngerasa aneh dengan endingnya? Jangan salahkan saya! salahkan orang yang ngerequest!!! Hehehe, karena endingnya sesuai dnegan keinginan orang ini. Di awal pembuatan FF, dia biasnya Sungmin, eh dipertengahan ganti jalur jadi biasnya Kyuhyun. Jadi begini dech, Endingnya ama Kyu. n' sekedar informasi, orang ini sudah ganti bias lagi jadi Key Shinee. Haduhkok bisa sih orang cepet banget berubah haluan. Saya aja dari dulu ampe sekarang cuma jadi ciasnya Aa' Embum. LOL
FIN
Komentar
Posting Komentar