Story About Us Part 7^^

Hmm,, Maaf yach, part ni lama. coz kmaren-kemaren InetQ error... Langsung ajja dech...

Story About Us Part 7 starts ::


BRUKK
PRANG
“ARGHH!!! SHIT!!” pekikku saat seorang Waitress menabrakku. Kurasakan sesuatu yang basah dan panas mengenai bajuku dan meresap masuk kedalam sampai menyentuh kulitku. Dan seketika semua orang di tempat ini menoleh kearahku yang tengah memelototi waitress di hadapanku.
“DASAR BEUNGEUL, PUNYA MATA NGGAK SIIH?!!!” Teriakku lagi dengan emosi yang menggebu-gebu.
Author POV
                Teriakan tadi membahana ke seluruh ruangan kafe, berhasil memancing seluruh perhatian pengunjung.
                “Oops, mianhae.” Ucap waitress yang menabrak Moonhwa tadi. Cowok itu berjongkok di depan Moonhwa untuk membereskan pecahan mug yang berserakan di lantai. Moonhwa masih mematung di tempatnya. Emosinya masih belum stabil ditambah rasa panas dari tumpahan kopi merembes ke bagian dalam pakaiannya. Moonhwa mangibaskan tangan di depan badannya sekedar mencoba untuk mendinginkan rasa panas yang mengalir dari tumpahan kopi itu.
                “Ikut aku!” kata cowok tadi sambil menarik tangan Moonhwa menuju sebuah pintu di bagian belakang meja kasir.
                Moonhwa dan cowok itu tiba di Locker Room pegawai kafe. Cowok tadi melepas tangan Moonhwa dan berjalan ke salah satu locker di sisi kanan ruangan. Tangannya merogoh saku celana jeans-nya berusaha menemukan sesuatu. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Ia mengeluarkannya dan tampaklah sebuah kunci kecil berwarna keperakkan. Dijejalkan kunci tersebut ke dalam lubang kunci locker di depannya.
                Moonhwa diam, memperhatikan setiap gerak-gerik namja yang tengah membelakanginya kini. Namja itu mengambil sesuatau di lockernya yang ternyata sebuah sweater rajutan berwarna hitam putih. Setlah itu dia melemparkan sweater yang dengan reflek ditangkap Moonhwa dengan kedua tangannya. Moonhwa memandang bingung kea rah namja itu sedangkan yang ditatap hanya tertawa renyah memamerkan barisan gigi putih di balik bibir merahnya. Tangannya terangkat dan menunjuk sebuah pintu di ujung ruangan. Sebuah kertas bertuliskan ‘toilet khusus pegawai’ yang mulai memudar tertempel cukup rapi di pintu tesebut.
                “Gantilah bajumu dulu!” ujar cowok itu sambil tersenyum. Moonhwa masih saja menatapnya bingung, namun tak urung senyum cowok itu menghanyutkan Moonhwa. Memaksa memasuki setiap inchi sel otaknya dan memberi perintah agar selalu diingat. Moonhwa sadar bahwa mungkin nanti dia akan merindukan senyuman itu.
                “kau masih betah dengan pakaian basahmu itu?” Tanya cowok tadi menyadarkan Moonhwa dari lamunannya. Moonhwa segera berjalan pelan ke toilet itu dan menutupnya perlahan sehingga menimbulkan suara decit pelan.
                Beberapa menit kemudian Moonhwa keluar dengan Sweater rajutan yang pas di tubuhnya. niatnya untuk bertemu cowok tadi buyar sudah ketika tak ditemukannya sosok yang dicarinya. Ruangan itu kosong, mungkin cowok itu sudah pergi untuk melanjutkan pekerjaannya atau mendapat kemarahan dari si pemilik kafe. Terbersit perasaan kecewa di hati Moonhwa, tapi sebisa mungkin ditepisnya rasa itu. Rasanya ada ketidakpuasan yang terasa ketika keluar dari toilet dan tidak melihat senyuma manis itu.
                Moonhwa berjalan kembali menuju meja teman-teman Sohee. Namun apa yang dilihatnya sedikit mengagetkan. Cowok itu tengah bercengkrama dengan salah satu teman Sohee dan keduanya terlihat akrab. Moonhwa berjalan setengah hati namun tetap mencoba tersenyum. Ia menghampiri Sohee yang sedang menyeruput cappuccino-nya.
                “Eh, Moonhwa-ya! Kau sudah kembali?” Tanya Sohee di sela-sela minumnya. Moonhwa hanya tesenyum dan mengangguk.
                “Eh, Moonhwa, kenalkan ini Henry! Waitress disini sekaligus teman sekelasku!” kata Jisun, teman Sohee yang akrab dengan Henry ini.
               “Henry, ini Moonhwa, sepupunya Sohee.” Henry dan Moonhwa pun berjabat tangan dan saling melempar senyum.
                “Ehm, Monhwa-ssi, mianhae atas kejadian tadi. Sebagai gantinya kau boleh makan gratis disini hari ini.” Ucap Henry memberanikan diri.
                “Oh, ne. Gomaweo. Kalau begitu aku ingin cappuccino dan hotcake.” Kata moonhwa. Kemudian henry pergi kea rah dapur.
               “Henry-ya! Aku juga mau ditraktir!” celetuk Jisun sedikit berteriak agar Henry yang sudah menjauh bisa mendengar.
                “Enak saja! WEKK!” canda Henry sambil menoleh dan memeletkan lidahnya yang kemudian disambut ekspresi kesal Jisun yang dibuat-buat sehingga membuat yang lain tertawa.
                “Dasar cewek gratisan!” sindir Sohee bercanda.
                “Alah, bilang aja kamu mau juga!” balas jisun nggak mau kalah.
                Setelah itu Moonhwa menyibukkan diri dnegan mengobrol bareng teman-teman Sohee. Mereka lucu dan asyik diajak ngobrol, apalagi Eunhyuk dan Jisun yang suka nyolot. Sedangkan Kyuhyun asyik dengan PSPnya dan Kibum hanya tersenyum mendengar celotehan teman-temannya. Sohee, Yoora dan Donghae pun tak kalah hebohnya dengan yang lain. Moonhwa pun mulai tenggelam dalam obrolan kumpulan remaja sarap itu.
~~~
                Sohee berjalan sambil sesekali bersenandung pelan. Teman-temannya sudah pulang dari tadi dan Moonhwa pun sudah pulang karena lelah. Sohee ingin pergi ke perpustakaan kota karena ada janji bertemu dengan Sungmin. Hatinya terasa berbunga-bunga karena memang sudah lama ia memendam rasa pada Sungmin, yaitu sejak pertemuan pertama mereka di taman beberapa minggu yang lalu. Ditambah kini mereka dekat karena SMS-an. Dan hari ini mereka berjanji bertemu di perpustakaan kota.
                Kini kaki Sohee sudah berpijak di atas lantai perpustakaan, matanya menelusuri setiap penjuru mencari keberadaan cowok itu, dan dilihatnya laki-laki yang dicarinya sedang duduk tenang dengan buku bacaan di depannya. Perlahan tapi pasti, Sohee berjalan menghampiri cowok itu. Setelah dirasa jarak keduanya cukup dekat, Sohee berdehem pelan.  
Sohee POV
                “Ehemm, Oppa, apa kau menungguku? Mian aku telat, tadi aku mengantar sepupuku pulang dulu.” Sungmin Oppa mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap kearahku. Sebuah senyuman lembut terbentuk di wajah imutnya. OMONA, bagaimana bisa ada cowok seimut dia. Sambil masih tersenyum, dia menarik kursi disampingnya mempersilahkanku untuk duduk. Aku menurutinya dan duduk disampingnya. Selain imut, dia ini baik pula. Selalu tahu cara memperlakukan perempuan dengan baik. Dan kali ini aku sedikit berharap, semoga perlakuan baiknya ini hanya kepadaku.
                Sudah setengah jam berlalu, Sungmin Oppa masih sibuk dengan buku di depannya, buku bercover merah dengan judul, “Belajar Bahasa Mandarin Praktis.” Di sampulnya sebuah gambar kartun perempuan memakai baju khas Cina dengan rambut digulung menambah kesan ‘Cina’ pada buku itu. Kemudian sebuah senyuman terbentuk di wajah Sungmin Oppa. DEG, mangapa terasa ada yang aneh di dadaku. Sepertinya jantungku akan meledak.
                Wajah itu, senyuman itu, entah mengapa beberapa bulan ini seperti sudah menjadi bagian dari hidupku. Ingin rasanya terus memandangi wajahnya seperti ini, menatap dalam pada kedua bola matanya. OMO, Sungmin Oppa, sihir apa yang kau berikan padaku sehingga membuatmu bagaikan narkoba untukku memberikan perasaan candu dihatiku. Mungkin aku akan sakau jika tak bias melihatmu. Apakah ini yang dinamakan cinta. Lalu, kalau iya, berarti yang kurasakan pada Donghae Oppa itu apa? Rasanya tidak seperti ini. Tidak ada desiran aneh di dada yang kurasakan saat di dekatnya. Hanya kenyamanan. Itulah yang kurasa.
                “Sohee-ya! Kenapa melamun?” tegur Sungmin Oppa menyadarkanku dari lamunan di sore hari ini. Aku hanya tersenyum simpul kemudian Sungmin Oppa mengerakkan tangannya dan mulai mengacak-acak rambutku.
                “Sedang memikirkanku, ya?” candanya. Namun seketika wajahku memerah, bagaimana bisa dia menebak tepat isi lamunanku tadi. Agar ekspresi wajahku tak terlihat, aku hanya menunduk menikmati elusan lembut tangannya di kepalaku.
                “Kau pede sekali, Oppa!” jawabku membela diri setelah berhasil mnghilangkan rasa maluku. Semoga ia tidak menyadari perubahan ekspresiku tadi.
                “Ada yang ingin kukatakan padamu.”
                “Eh? Mwoya?”
                “Sebentar, ya!”
                Sungmin Oppa memindahkan tangannya dari kepalaku dan mencar-cari sesuatu di kantung celana jeansnya. Benda itu adalah HP yang tengah bergetar. Wajah Sungmin Oppa berseri-seri saat melihat siapa yang menelponnya.
                “Yeoboseyo.”
                “…”
                “jinjayo? Jigeum Niga eodieso?” (Benarkah? Sekarang kamu dimana?)
                “…”
                “Hm, Aratseo. Aku akan menjemputmu. Tunggu disana, ya!”
                “…”
                “Ne, Annyeong!”
                Setelah panggilan singkat itu, wajah Sungmin Oppa terlihat lebih berseri-seri. Dan aku melihat tanda-tanda dia akan pergi sekarang. OMO, aku akan ditinggal sepertinya. Dia membereskan buku di depannya dan mulai berdiri.
                “Sohee-ya! Mian aku harus pergi dulu. Kamu bisa pulang sendiri kan. Ini urusan yang sangat penting. Tdak apa-apa,ya?” aku hanya mengangguk sambil memandangi wajahnya imutnya yang memancarkan ekspresi bersalah.
                “Ne, Oppa! Tapi, kau mau pergi kemana?” Sedikit ragu kutanyakan pertanyaan itu. Namun aku butuh penjelasan. Urusan sepenting apa yang membuatnya meninggalkanku.
                “Hmm, aku mau menjemput yeoja yang special untukku.” Jawabnya dengan wajah berseri-seri.
                “Oppa!” tegurku saat dia sudah melangkahkan kakinya menjauh dariku.
                “Ne?” Sungmin Oppa berbalik dan menatap bingung ke arahku. “Ada apa?”
                “Eh, Oppa bilang ada yang ingin Oppa katakan padaku. Apa itu?” tanyaku memberanikan diri. Lagi-lagi dia hanya tersenyum namun sedikit membuka mulutnya.
                “Aku akan SMS kamu.” Lalu dia mengambil HP di sakunya. Mengetik sebentar lalu menatap kearahku.
                “Annyeong, Sohee!” Oppa melambaikan tangannya dan berjalan pergi. Aku hanya diam sambil memandangi punggungnya yang lenyap dibalik pintu.
                Drrt… Drrrt… Drrt…
                Handphoneku bergetar. Dengan tidak sabar kurogoh saku cardiganku dan mengeceknya.
                                One Message Received
                                From : Sungmin Oppa
                                Sohee-ya! 520… ^^
                Aku mengerutkan kening sedikit bingung dengan isi pesan itu. 520? Apa maksud ketiga angka itu? Dengan penuh kebingungan ku ketik beberapa kata untuk dikirim ke Sungmin Oppa.
                                To : Sungmin Oppa
                                Oppa, Aku tidak mengerti. Itu apa?”
                                From : Sungmin Oppa      
                                Cari tahulah sendiri! ^^
                Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Sungmin Oppa benar-benar sudah berhasil membuatku bingung. Aku melirik lagi layar Handphoneku yang masih menampakkan pesan darinya. Tidak sengaja mataku melirik pada jam di ujung kanan layar. Sudah jam 5 rupanya. Sepertinya aku harus pulang, lagipula aku sedang tidak terlalu excited untuk membaca hari ini. Akupun membereskan buku-buku di meja di hadapanku dan berjalan malas kearah pintu depan.
                Aku menjalankan skuterku di jalanan kota Seoul yang cukup ramai. Tapi rasanya ada yang janggal. Sepertinya ada sesuatu yang tertinggal. Tapi apa, ya! Setelah berpikir sebentar dan rasanya sudah tak ada yang tertinggal, akupun terus menjalankan skuterku sembari menikmati semilir angin musim semi kota Seoul. Saat melewati sungai han, aku memutuskan untuk berhenti sebnetar dan duduk di pinggir sungai.
                Dan kini aku tengah duduk disana sambil merentangkan tanganku, mencoba merasakan semilir anin sejuk yang sedikit menusuk masuk kedalam cardigan rajutanku. Aku merogoh saku. Mencari HP dan berniat memeriksa sekali lagi SMS dari Sungmin Oppa tadi. Namun yang kutemukan malahan kantong kosong tanpa ada HP didalamnya. Dengan sedikit panic kuperiksa kantong lainnya dan tasku. Namun nihil. Tak ada satupun benda bernama Hp yang kutemukan. Segera kunaiki skuterku dan kembali ke perpustakaan tadi.
                Setelah memarkirkan skuterku, aku berjalan perlahan menuju perpustakaan. Tiba-tba sebuah panggilan membuatku menoleh dan mendapati pemandangan yang sangat tak enak dilihat.
                “Sohee-ya! Kau belum pulang?” tanyanya. Dengan pandangan sedikit nanar aku hanya menggeleng pelan sambil menundukan kepalaku mencoba menutupi ekspresi sedihku saat ini.
                “Oh ya! Perkenalkan. Dia ini orang yang kuceritakan tadi.” Ujarnya sambil member isyarat menunjuk pada gadis yang kini tengah memeluk lengan Sungmin Oppa dengan manja. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Sungmin Oppa sedang tersenyum dan tak melepaskan pandangannya pada gadis itu. Apakah dia pacarnya?? Pandangan Sungmin Oppa menyiratkan kerinduan sekaligus kelegaan karena bias kembali melihat gadis itu. Sakit. Itulah yang kurasakan saat ini seperti jarum-jarum yang tajam tengah menusuk ulu hatiku. Apalagi kusadari bahwa gadis ini special untuk Sungmin Oppa.
                “Sohee-ya! Perkenalkan dia Lee Jaemin.”
                “Annyeong haseyo! Lee Jaemin imnida!” Suaranya pelan, namun sangat enak didengar ditelinga. Lembut dan sopan. Aku meliriknya. Dia tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya. Sekedar member penghormatan formal yang tidak berarti. Senyumannya, wajahnya, tubuhnya, bahkan suaranya merupakan tipe yang amat digemari oleh cowok kebanyakan. Aku membalas senyumannya.
                “Sohee imnida!” kataku singkat.
                “Sohee-ya! Dia ini…”
                “Mian Oppa, aku masih ada urusan. Duluan, ya!” potongku dan dengan sopan aku pamit kemudian melangkahkan kakiku yang terasa berat kearah pintu perpustakaan.
                Sesampainya didalam, aku berlari ke pojok perpustakaan yang tertutup oleh rak buku yang cukup besar. Aku duduk memeluk kedua lututku dan menenggelamkan kepalaku diantaranya. Dan akhirnya air mata yang dari tadi terbendung tumpah saat itu juga.
                Setelah agak lama aku menangis, sebuah suara menyadarkanku dan membuat tangisku terhenti.
                “Ini milikmu?” Aku menghapus sisa airmataku dengan punggung tangan kemudian mendongakkan kepalaku. Seorang namja menyodorkan sebuah benda kotak kecil yang kukenali sebagai HPku yang tadi sempat hilang.
                “Pulanglah!” Perintahnya datar. Aku mengerutkan alisku sedikit heran dengan orang ini. Apa haknya menyuruhku pulang.
                “Ck, Kenapa masih diam? Cepatlah pulang! Kau itu sudah menyalahgunakan fungsi perpustakaan, tauk!” ujarnya terdengar sedikit kesal.
                “Ne?” aku berdiri dan menghadapnya yang lebih tinggi dariku.  
                “Apa hakmu menyuruhku pulang?” tanyaku sebal.
                “Heh, kau tau, ini perpustakaan. Dan perpustakaan itu tempat orang membaca. Bukan menangis. Kalau kau ingin menangis bukan disini tempatnya. Kau itu sudah menyalahgunakan fungsi perpustakaan. Tidak pernah diajari, huh?”
                “Kau menyebalkan!” rutukku kemudian merebut HPku yang masih ada ditangannya dengan kasar.
                “Key-ah, ada apa? Aku mendengar keributan disini.” Seorang yeoja menghampiri kami dan membuat pandangan kami teralih ke yeoja itu.
                “Ani sunbae, hanya ada seorang pengunjung yang tidak tahu etika.” Seketika aku melotot ke arahnya dan dia balas menatapku dnegan tatapan sinis.
                “Maaf atas ketidaknyamanan ini Nona, dia pegawai baru disini.”
                “Sunbae, dia yang salah.” Namja ini mencoba membela diri ruapanya. Tapi tunggu! Pegawai? OMO, pantas saja dia berani menegurku tadi.
                “Animnida. Gwaencana! Aku akan pulang sekarang.” Pamitku sopan kemudian membungkuk sedikit pada Yeoja ini dan melenggang pergi. Kejadian ini memang membuatku sedikit malu. Tapi tetap saja kata-kata orang itu terlalu kasar untukku. Siapa tadi namanya? “Key.” Gumamku pelan. “Nama yang aneh.” Tambahku.
~~~
Author POV
.:Eunhyuk’s room, 20 of March 2011, 5:00 PM:.
                Eunhyuk duduk merenung di kamarnya. Merenungi nasibnya mungkin. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi di hidupnya. Bahkan tak pernah sedikitpun terbesit dipikannya ini semua kan terjadi. Namun mungkin sudah nasibnya yang seperti itu. Matanya teralih pada foto keluarga besar yang menggantung dengan rapi di dinding kamarnya. Namun penglihatannya hanya focus pada satu siluet wajah yang saat ini sangat dibencinya.
                “HUH, dasar kakek tua! Apa maumu? Mengorbankan cucu sendiri hanya karena perjanjian bodoh dengan rekan seperjuanganmu itu?” teriaknya sambil melemparkan saputangan kearah foto pria itu.
                “Ini sudah keterlaluan! HARABEOJI, NEO JEONGMAL!” teriaknya lagi kemudian terduduk lemas di lantai. Ingatannya kembali pada saat itu.
.:Flashback:.
Eunhyuk POV
.: Lee’s, 12 of March 2011 on Dinner time:.
                “NAEGA WAE? (kenapa aku?)” pekikku nyaring. Aku tidak peduli kini berbicara pada siapa. Yang kupedulikan sekarang adalah bagaimana mempertahankan hakku.
                “Hyukjae-ya! Jangan berteriak di depan Harabeoji!” Tegur seorang ahjjuma yang kukenal sebagai istri kedua harabeojiku. Cish, kenapa sekarang dia ikut campur urusanku dengan harabeojiku. Aku menatapnya kesal.
                “Hyukjae-ya! Uljjima! Dengarkanlah dulu penjelasan harabeoji.” Kata Sora Noona sambil memegang pundakku mencoba menenangkanku. Baiklah, untuk sekali ini akan kudengar penjelasannya. Aku menarik nafas panjang mencoba meredam emosiku yang sudah meluap-luap.
                “Hm, aku punya kenalan. Dia adalah teman seperjuanganku saat dulu aku membangun Lee corps. Kau pasti tahu bahwa perusahaan kita bekerja sama dengan Choi corps dari pertama berdiri. Choi Jaesuk, pendiri Choi corps adalah kerabatku dari sebelum perusahaan kami berkembang dan sukses seperti sekarang ini. Saat baru memulai semuanya, kami ebrjanji untuk menjodohkan anak kami. Tapi sayangnya anakku dan juga anaknya dua-duanya laki-laki. Sehingga kami memutuskan untuk menjodohkan cucu kami.” Tuturnya datar. Sama sekali tak menunjukkan ekspresi. Beginilah dia, Lee Songwook, kakekku yang juga Pemilik dari perusahaan real estate terkenal Lee corps. Beliau terkenal sebagai orang yang jarang menunjukkan ekspresinya.
                “Kenapa bukan Sora Noona?” tanyaku dingin. Walau bagaimanapun aku harus tahu alasan kenapa aku yang dipilih untuk dijodohkan.
                “Karena dia sudah mempunyai kekasih. Lagipula cucu laki-laki Jaesuk seumuranmu. Aku sama sekali tidak bisa mentolerir pernikahan dengan Yeoja yang lebih tua.” Tambahnya masih dengan ekspresi yang sama.
               “Jadi, jika aku punya pacar kau akan menghentikan perjodohan ini?” tanyaku dingin. Dia hanya diam seperti berpikir.
                “Tapi kau tidak punya, kan? Jangan pernah berpikir untuk mengarang kekasih palsu, karena aku punya sumber yang bisa dipercaya.” Ujarnya sambil tersenyum licik. Ekspresinya itu membuatku yakin bahwa keputusannya ini bukan main-main.
                “Kau akan kupertemukan dnegan cucu Jaesuk. Persiapkan dirimu minggu depan. Aku juga akan menyuruh orang tuamu yang sekarang ada di Itali supaya pulang dan membicarakan tanggal pertunangan kalian. Kuberitahu kau bahwa temanku Jaesuk terkena penyakit parah dan difinis hidupnya tinggal satu atau dua tahun lagi. Jadi persiapkan dirimu untuk menjadi pengantin dalam beberapa bulan ini.“ tegasnya dengan tatapan yang tidak bisa dibantah.
                “Jika nantinya aku punya kekasih, apa yang akan kau lakukan, Kakek tua?” tanyaku sinis yang membuat semua orang di meja makan ini terkejut atas kelancanganku menyebutnya kakek tua.
                “Lihat saja nanti apa yang akan terjadi pada kekasihmu itu.” ujarnya penuh penekanan. Glek, kali ini aku hanya bisa menelan ludah. Dan lagi-lagi kakek tua ini berhasil membuatku bergidik ngeri dengan kata-katanya.
                “Tapi kini kuberi kau pilihan. Menerima perjodohan ini, atau kucoret namamu dari surat wasiatku.” Dan kata-kata ini mampu merubah atmosfer di ruangan ini menjadi lebih mencekam. Semua orang terpaku pada kata-katanya.
                “Cish, sudah kuduga kau akan mengancamku seperti ini Kakek tua. Apa kau piker aku tidak bisa mencari sendiri pasangan yang cocok untukku, huh? Akan kubuat kau menarik kembali ucapanmu itu.” Aku berdiri dari meja makan meninggalkan sepiring steak mahal yang sama sekali belum tersentuh di piringku. Berjalan beberpa langkah, aku berbalik.
                “Dan kurasa aku tidak bisa ikut acara kencan butamu itu minggu depan, kakek tua!” tambahku sebelum akhirnya benar-benar pergi dari rumah besar ini.
.:End of Flashback:.
~~~
Author POV
                “Eunhyuk-ah! Kau sudah siap? Sepuluh menit lagi kita akan berangkat ke acara perkenalanmu dengan calon istrimu itu.” Suara lembut seorang yeoja dari balik pintu menyadarkan Eunhyuk dari lamunannya.
                “Aku tidak mau ikut, Umma!” Teriaknya pada yeoja itu yang ternyata adalah Ummanya.
                “Ayolah Hyuk-ah! Nanti harabeojimu marah.”
                “Nan sanggwaneopseo! (Aku tidak peduli)” teriaknya
                “Umma, Jebal! Aku tidak mau dijodohkan!” tambah Eunhyuk dengan nada memohon.
                “Haish, terserah kau lah! Umma sudah capek membujuk Harabeojimu. Jangan salahkan Umma jika kau nanti dimarahi olehnya. Kalian berdua itu sama-sama keras kepala. Kau berangkat sendiri saja kesana. Umma akan pergi dengan Noona dan Appamu.” Teriak Ummanya dengan kesal kemudian beranjak pergi menemui anak sulung dan suaminya yang sudah menunggu di depan rumah. Dan mobil berisikan ketiga orang itupun berangkat menuju restoran tempat pertemuan akan dilakukan.
~~~
                Di tempat lain.
                “AISH! UMMA, SHIREO! AKU TIDAK MAU DIJODOHKAN DENGAN SIAPA ITU? LEE HYUKJAE? BAHKAN NAMANYA SAJA SUDAH MENCERMINKAN BAHWA ORANGNYA TIDAK TAMPAN. POKOKNYA AKU TIDAK MAU PERGI!” Teriak seorang gadis dalam kamarnya yang dikunci dari dalam.
                “Hana-ya, jangan seperti ini. Ini permintaan kakekmu, sayang!” Bujuk Ummanya dari luar kamar.
                “Jebal Umma! Aku masih kelas 2 SMA, belum mau menikah!” bujuk Hana mencoba membela diri.
                “Haish, kau tidak kasihan pada harabeojimu?”
                “Umma! Jangan ungkit-ungkit soal harabeoji. Aku menyayanginya, tapi tetap saja aku tidak bisa memenuhi keinginannya yang satu ini. Umma, jebal~~” kata hana sedikit merajuk.
                “Begini saja, Umma mau pergi dengan Siwon ke rumah Harabeojimu dulu. Kau bisa ke kafe itu sendiri, kan?” Tanya Umma Hana meyakinkan.
                “Ne, Umma, aratseo!” jawabnya lemah.
~~~
.:Bandung, Indonesia, 15th of March, 2011:.
                “APA? Tapi kan aku mau ujian, Halmoni!”
                “Eunra! Seminggu saja, ya! Kau bisa kan izin selama seminggu. Halmoni sangat kangen dengan Appamu. Halmoni ini sudah tua. Halmoni tidak tahu kapan tuhan akan memanggil Halmoni. Oleh sebab itu izin seminggu sajakan tidak masalah. Lagipula ujianmukan masih bulan depan.” Suara renta itu berbicara pada cucu perempuannya.
                “Aish, baiklah. Demi Halmoni. Tapi buatkan surat izin untukku, ya!” pinta gadis itu pasrah. Memang, alasan apapun tidak akan mempan untuk melawan keinginan Halmoninya itu. Tak urung sifat keras kepala itu menurun ke anak dan cucunya.
                “Nah, begitu baru cucu halmoni. Malam ini kita berangkat!” ujar nenek tua itu bersemangat. Sedangkan gadis didepannya hanya bisa melongo parah mendengar keputusan neneknya itu.
                “Aish! Cucuku, jangan hanya melongo! Siapkan barang-barang yang akan kau bawa ke Korea. Nanti sore kita naik travel ke Jakarta lalu segera berangkat naik pesawat ke Incheon. Halmoni sudah mengurus semua akomodasi yang kita berdua perlukan. Arachi?” lagi-lagi nenek tua itu memutuskan seenaknya dan lagi-lagi Eunra hanya bisa melongo tak berkutik. Padahal baru saja beberapa menit yang lalu ia menyetujui keputusan Nenek tercintanya itu. Kali ini dia sadar. Meski tadi ia menolak pun, nenek tua ini tidak akan peduli. Buktinya semua tiket sudah dirusnya dnegan bersih.
~~~
.: Incheon International Airport, Incheon, South Korea – 17th of March 2011, 5:00 AM KTR:.
                Eunra dan neneknya keluar dari pintu kedatangan. Keduanya terlihat sedang merenggangkan badan karena berjam-jam harus duduk dalam pesawat ditambah 2 jam dalam travel Bandung-Jakarta. Di Korea sudah tanggal 17, dan pukul 5 pagi. Hal ini dikarenakan perbedaan 1 hari dari waktu Indonesia dan berbeda 2 jam dari waktu Bandung.
                “Omoni!” seorang ahjussi menghampiri keduanya dan mengambil alih troli dari tangan Eunra.
                “Omoni, Eunra-ya! Bagaimana perjalanannya.” Tanya ahjussi itu antusias.
                “Appa, bisakah kita langsung pulang. Ceritanya di rumah saja. Aku sudah sangat lelah dan ngantuk. HOAMZZ!!!” jawab Eunra pada Ahjussi itu yang ternyata adalah Appanya. Karena Appa Eunra adalah tipikal ayah yang baik, dia hanya menuruti keinginan anaknya dan menuntun dua orang itu ke mobil yang tengah terparkir dengan rapi di tempat parkir bandara. Eunra menarik nafas pasrah lalu bergumam pelan, “Yach, harus duduk dua jam lagi menuju Seoul. Ini semua sangat melelahkan. Nggak di Indonesia, nggak di Korea, rumahku harus nempuh 2 jam dulu ke Bandara. Huft!”
~~
::> 2 hours later. Cho Family’s House.
                “Kau benar-benar Eunra?” Tanya Kyuhyun sambil memegang kedua pipi Noonanya.
                “Aish, Cho Kyuhyun! Lepaskan tanganmu! Aku mau ke kamarku!” jawab Eunra kesal seraya menghempaskan kedua tangan Kyuhyun yang masih menempel di pipi Eunra.
               “WOAH, kau benar-benar Eunra!” pekik Kyuhyun seperti anak kecil yang baru menemukan fakta bahwa 2 x 2 = 2 + 2. Dengan sedikit tidak percaya ia menatap wajah Eunra lekat-lekat dan membuat Eunra merasa risih.
                ”Aish, bocah ini! Jangan ganggu aku! Aku mau ke kamarku.” Ucap Eunra kesal dan berderap menuju kamarnya di lantai dua. Tepatnya di samping kamar Kyuhyun.
                Setelah kepergian Eunra, Kyuhyun berbalik menghadap Halmoninya yang sedang berbincang dengan kedua orang tuanya. Dengan segera dilangkahkan kakinya menuju nenek tua itu. Kyuhyun membungkukkan badannya sopan dan berkata. “Halmoni, lama tidak bertemu! Nan jeongmal bogoshipoyo!” kemudian Kyuhyun meraih tangan Halmoninya dan menciumnya lembut. Perbuatan itu membuat kedua orang tuanya bergenyit jijik dan segera menjauhkan Kyuhyun dari Halmoninya.
***
                Eunra memegang ganggang pintu kamarnya. Sedikit ragu untuk membuka pintu yang kira-kira sudah setahun lama tidak dimasukinya semenjak terakhir kali dia ke pulang ke Korea tepatnya setahun yang lalu. Setelah memantapkan hati, ia segera membuka pintu itu dan mendapati kamar yang masih sangat akrab di ingatannya. Matanya mengelilingi setiap inchi kamar. Tak ada yang berubah semenjak saat itu. Sepertinya Ibunya rajin membersihkan kamar ini selama Eunra tidak ada. Di rumah ini memang tidak ada pembantu karena menurut ibunya beliau masih mampu untuk mengurus rumah besar ini.  
                Melihat kasur empuk bertengger rapi di pinggir kamar, menggoda Eunra untuk segera merebahkan tubuh disana. Mengistirahatkan badan yang selama berjam-jam diharuskan untuk bertahan di satu posisi. Leleh, pegal, semua terasa melayang saat tubuh itu sudah terhempas di atas kasur empuk tadi. Sedikit kelegaan terasa karena setidaknya ia tidak harus mengeluarkan isi perutnya yang terus terperas selama di perjalanan tadi. Mabuk darat, itulah penyakit Eunra yang membuatnya selalu berpikir dua kali jika harus berpergian jauh. Bahkan penyakit itu mampu membuatnya melupakan perasaan lega yang dirasakan saat kembali ke kampung halaman.
~~~
Eunra POV
                “Eunra-ya! Ireona! Ireona! (Ireona= bangun)” suara lembut Umma berhasil membangunkanku dari tidur. Aku mengerjapkan mataku dan merenggangkan badan yang terasa pegal. Setelah mendapatkan kesadaranku sepenuhnya, kudapati Umma sedang menatapku. Tersirat rasa rindu dalam tatapannya. Aku tahu, Umma adalah tipe ibu yang amat menyayangi kedua anaknya. Meskipun sejelak apapun sifatku dan Kyuhyun yang terkadang membuatnya bosan menjadi ibu.
                “Umma!” suaraku parau memanggilnya. Kurasa karena efek setelah muntah membuat tenggorokkanku meradang. Umma hanya bergumam pelan dan memandangku khawatir.
                “Eunra-ya, gwaencanayo? (kamu nggak papa?)” tanyanya khawatir kemudian mendekat dan mengelus kepalaku lembut. Aku hanya mengangguk karena jika berbicara terasa ada yang janggal di tenggorokanku.
                “Minum ini!” Umma menyodorkan segelas air putih dan aku menyambutnya dengan tangan kanan dan segera meneguknya sampai habis. Setidaknya kini tenggorokanku terasa lebih baik.
                “Umma, aku tidur berapa lama?” tanyaku lemah.
                “Yach, sekitar 8 jam-an.” Jawabnya santai. Aku membelalakkan mata menyadari hampir setengah hari aku tertidur. Pantas saja kepalaku terasa pusing dan badanku terasa lengket. Dari kemarin sore aku sama sekali belum menyentuh air untuk mandi.  
                “Apa perutmu masih mual? Kata Halmoni kau muntah sepanjang perjalanan dari Bandung sampai kesini.” Aku hanya mengangguk lemah dan membuka mulutku mulai berkata, “Aniyo, Umma! Sekarang sudah lebih baik setelah beristirahat. Aku ingin mandi!”
                “Yasudah, sana mandi! Ada teman-temanmu dibawah!”
                “Ne? teman-temanku?”
                “Ne, mendengar kabar kau ke korea, pulang sekolah tadi mereka segera kesini. Sudah dua jam mereka menunggu. Saat ini mereka sedang bermain dengan Kyuhyun dibawah.” Jelasnya kemudian pergi dari kamarku. Dengan lemas aku masuk ke kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar tidurku.
                “Eunra-ya! Lama nggak ketemu! Jeongmal bogoshipo!” celetuk Yoora yang segera berlari menghampiriku, lalu disusul oleh yang lain. Mereka mengerubungiku seakan-akan aku adalah makanan gratis yang dibagikan terbatas. Sial, bau tubuhku yang wangi sehabis mandi tertutupi bau keringat mereka. Tapi tetap saja sepertinya makanan yang keluar saat aku muntah terbayar dengan terobatinya rasa rinduku ketika bertemu mereka. Melihat setiap ekspresi kebahagiaan yang mereka tunjukkan tanpa beban. Setelah itu kami terus bercengkrama dan bercanda sampai waktu menunjukkan pukul 8 dan mengharuskan mereka pulang ke rumah masing-masing.
~~~
                Karena tak ada kerjaan, lagipula tak ada orang dirumah karena Kyuhyun sekolah, Appa kerja, Umma dan Halmoni pergi entah kemana, akupun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar apgujung, spot terkenal di Seoul sebagai tempat yang banyak didatengi para artis-artis terkenal. Barangkali aku bisa bertemu dengan artis idolaku jika jalan-jalan disini. Hehehe, sekalian belanja dan refreshing.
                Kulirik jam tangan bling-blingku. Masih jam 9 pagi, beberapa kios dan toko baru membuka dagangan mereka. Ini memang hari sibuk dan jam sibuk pula. Pantas saja tempat ini masih sepi. Tapi tak apalah, setidaknya aku tidak akan tenggelam dalam ramainya pengunjung.
                Setelah puas keliling-keliling daerah ini meskipun tak membeli apapun, aku memutuskan untuk minum teh di sebuah caffe yang dulu pernah kudatangi dengan teman-temanku. Kalau tidak salah namanya Mocappu Caffe, nama yang unik bukan. Seperti namanya, caffe ini terkenal dengan Mocachino dan Cappucinonya yang lezat dan menjadi populer di kalangan pencinta kopi. Tapi teh hijaunya juga tak kalah enak. Namun permasalahannya saat ini adalah, aku lupa dimana letak Caffe itu. Apakah aku harus berkeliling di daerah ini. OMO, kalau seperti itu namanya memperbesar betis.
                Aku melirik sana-sini, berusaha mencari toko bertuliskan Mocappu Caffe, tapi sepertinya tidak ada. Di saat sedang asyik berkeliling, aku menabrak seorang pria berseragam sekolah yang sedang berjalan dengan santainya. Apa orang ini bolos? Dari seragamnya kuketahui ia murid Neul Pharan High School.
                “Mianhae.” Ujarku pelan sembari menundukkan kepalaku. Kemudian mendongak dan menatap wajahnya. Dia tersenyum dan saat ini seakan-akan ada efek angin lewat yang semakin mendramatisirnya. Entah kata apa yang bisa mendeskripsikan senyuman itu. Manis tapi juga imut, penuh karisma dan tampan.
                “Ehm gwaencana! Tapi sepertinya aku yang harus minta maaf karena kopiku tumpah dibajumu.”
                “Eh?” aku memperhatikan baju kuningku yang kini sudah ternodai noda kopi dari kopi instantnya. Aku menggosok-gosok bajuku namun mataku terpaku pada label yang tertempel pada cup kopi ditangannya. Label itu bertuliskan Mocappu Caffe, tepat sekali itu caffe yang kucari-cari sejak tadi. Sedikit ragu-ragu aku bertanya, “Ehm, kau beli kopi itu dimana?”
                “Eh, disana.” Dia menunjuk jalan dibelakangnya namun tetap saja tak memberiku kejelasan dimana letak caffe itu.
                “Bisa kau tunjukkan letak pastinya?” tanyaku sedikit merasa ragu. Dia diam seperti berpikir sejenak.
                “Begini, kau jalan lurus kesana! Sampai di pertigaan, belok kanan! Setelah itu jalan terus kau akan menemui pertigaan lagi. Belok kiri, 3 toko dari situ adalah caffe ini. Tapi palang pengenalnya sedang rusak jadi kau tidak akan melihat nama caffe.” Jelasnya singkat. Tapi jujur, aku belum mengerti. Wajahku terlihat bingung dan kurasa itu membuatnya menarik nafas pelan dan mendekat ke arahku. Dia berdiri disampingku dan mulai menjelaskan ulang, kali ini lebih perlahan dan tangannya bergerak-gerak menunjuk jalan yang harus kulalui. Aku hanya manggut-manggut mengerti, akhirnya ia menarik nafas lega dan tersenyum. Lagi-lagi aku terbuai dengan senyumannya. Belum lagi perlakuannya padaku sangat lembut, suaranya tak seberat kebanyakan laki-laki dan senyum pun terus terpasang di wajah imutnya. OMO~~, Pria ini berhasil membuat jantungku cenat-cenut.
                Ia tersenyum lagi entah sudah yang keberapa kalinya, tapi meskipun begitu aku tak pernah bosan melihat senyuman penuh karisma itu. Dia menunjuk bajuku dan ekspresinya Nampak tak enak, “Sekali lagi, maaf atas bajumu. Pakai ini!” katanya lembut ssambil menyodorkan jaket warna soft pink padaku. Aku hanya menerimanya dangan ikhlas, bau pewangi pakaian menyeruak masuk ke hidungku saat jaket itu sudah terpasang rapi di badanku.
                “Oh ya, Ne ireumi mwoya? (siapa namamu?), nan Sungmin ieyo! Lee Sungmin.” Dia memperkenalkan dirinya. Bahkan namanya pun imut. Bagaimana bisa ada cowok yang sepaket imut semua. (ieyo = imnida –informal-)
                “Cho Eunra ieyo.” Jawabku singkat seraya membungkuk ringan.
                “Ehm… Eunra-ssi, aku pergi dulu, ya! Permisi!” ia pergi menjauh, dan sesekali berbalik untuk tersenyum.
                Tunggu, aku hanya tahu namanya. Bagaimana caraku untuk mengembalikan jaket ini, nanti? Hmmm,,, yasudahlah, nggak uasah dipikirin. Yang penting aku udah tahu letak caffe itu. Setidaknya bertemu dengannya memberikan keuntungan bagiku. “Lee Sungmin-ssi, semoga kita bisa bertemu lagi, dan aku bisa melihat senyuman penuh karisma-mu.” Gumamku pelan.

TBC..

~~~



Part 7 FIN...

 Hmm,,, dah selese dech ni part. untuk part-part selanjutnya, setiap part bakal fokus ke satu pasangan aja. misalnya part depan khusus couple JiBum. tapi aku belum tahu mau nyeritain couple mana dulu. Ada yang bisa kasih ide?

Ohya, satu couple bakal dapet jatah antara satu atau dua part tergantung porsi keluar couple itu di part-part sebelumnya.


Ini daftar couplenya. 

1. JiBum (Jisun-Kibum)
2. YooHae (Yoora-Donghae)
3. YoungSung (Youngmi-Yesung)
4. HyeonSoo (Hyeona-Jungsoo)
5. HyoWon (Hyoran-Siwon)
6. ChaeWook (Chaerin-Ryeowook)
7. KyuChan (Kyuhyun-Hyechan)
8. KeyHee (Key-Sohee)
9. OnHee (Onew-Tanhee)
10. HyukNa (Eunhyuk-Hana)
11. SungRa (Sungmin-Eunra)
12. MoonRy (Moonhwa-Henry)


Partnya nggak sesuai sama urutan couple diatas kok. Bagi yang mau cepat, baik-baiklah padaku dan nggak boleh lupa comment. 

Buat Gusti ama Puti, aku ganti foto ulzzang kalian karena agak nggak sreg sama yang lama. Kalau mau lihat buka aja Story About Us cast introduction, dah ku edit.


Seperti biasa, makasih yang masih bersedia baca ni ff, dan maaf karena typo bertebaran. *malas ngedit*


Akhir kata, Wassalamualikum wr, wb.


FIN

Komentar

  1. aku suka banget part ini..hoho...selain part 6 kemaren..nggak sabar baca ceritaku ama kyuhyun...hehehe....;)
    sukses yah ji...semoga idenya mengalir lancar selancar sungai Han, sungai mahakam, sungai nil, sungai amazon, air terjuni niagara dan air2 mengalir lainnya wkwkwk

    BalasHapus
  2. dikit banget ! gak ada akunya sihh wkwk

    BalasHapus
  3. Sabar gus, nanti dapet katah sendiri. Kamu bilang ini dikit? ini udah 14 lembar tauk...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How it feels when you fall in love?

Ulzzang Girl List Name Part 2